Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Mampang Prapatan dari Pusat Peternakan Susu Sapi Hingga Kawasan Sibuk
Mampang Prapatan yang kini menjadi salah satu daerah tersibuk di Jakarta ternyata memiliki banyak sejarah Jakarta.
Keraton itu merupakan tempat bertahtanya Sultan Ageng Tirtayasa, ayah Sultan Haji.
Disebutkan pula, Cardeel berada di Banten setelah melarikan diri dari Batavia karena ingin memeluk agama Islam dan membaktikan diri kepada Sultan Banten.
Namun ada juga yang percaya bahwa sosok Pangeran Wiraguna ialah Mbah Kumpi.
Konon, panggilan ini karena dulu Pangeran Wiraguna punya pasukan satu kompi. Dalam dunia militer, satu kompi kurang lebih seratus orang.
Masyarakat sekitar makam juga meyakini bahwa Pangeran Wiraguna merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit.
Dia disebutkan sebagai anak Brawijaya V, raja terakhir dari Kerajaan Majapahit di abad ke-15. Konon sang pangeran dan pasukannya sebanyak satu kompi membawa misi mengelola kemakmuran di Batavia.
Dari situlah istilah Mbah Kumpi muncul. Wiraguna sendiri bukan nama asli, melainkan nama julukan.
Makam Pangeran Wiraguna masih ada hingga saat ini dan dijaga oleh seorang juru kunci. Lokasinya di Jalan Pejaten Barat, RT 5 RW 3, Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Baca juga: Sejarah Jakarta: Cilandak Pernah Alami Tragedi Mencekam Hingga Jadi Tempat Nongkrong Anak Gaul
Pada zaman dulu Mampang Prapatan merupakan salah satu tempat penghasil susu terbesar di Jakarta, selain Kemang. Kawasan Mampang dahulu ialah pemukiman orang Betawi yang enggan disebut sebagai warga Batavia.
Para penduduk ketika itu banyak yang memiliki peternakan kecil, sekitar tiga atau empat ekor sapi. Seperti juga minyak, susunya pun mereka jual.
Daerah tersebut, pada masa Betawi tempo dulu merupakan pusat usaha peternakan sapi.
Namun nahas, pada masa kini sudah tidak berbekas sama sekali. Peternakan yang dulu merupakan penghasilan rakyat juga ikut sirna.
Pemprov DKI Jakarta sempat berencana mengganti nama jalan terusan Rasuna Said-Jalan Mampang Prapatan-Jalan Warung Jati Barat (Warung Buncit) menjadi Jalan AH Nasution. Usulan ini muncul dari Ikatan Keluarga Nasution.
Namun usulan ini ditolak sejumlah sejarawan lantaran nama Mampang Prapatan dan Warung Buncit memiliki makna yang bagus.
Ide mengubah nama Mampang Prapatan dan Warung Jati Barat telah ditunda oleh Gubernur DKI Anies Baswedan.
Anies mengatakan ia menghentikan sosialisasi perubahan nama karena ingin mengubah Keputusan Gubernur Nomor 28 tahun 1999 terlebih dahulu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.