Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Mampang Prapatan dari Pusat Peternakan Susu Sapi Hingga Kawasan Sibuk
Mampang Prapatan yang kini menjadi salah satu daerah tersibuk di Jakarta ternyata memiliki banyak sejarah Jakarta.
Iring-iringan kendaraan Mega terlihat kerap melintasi Jalan Mampang, tembus Kebun Binatang Ragunan, dan keluar di Pintu Timur Kebagusan.
Namun pada sejarah Mampang Prapatan lainnya, menurut Sejarawan Alwi Shihab mempercayai selain diambil dari nama perempatan, nama Mampang diambil dari sebuah kali atau sungai yang melintasi wilayah itu.
Sebabnya, nama Mampang atau Land Mampang sudah dikenal sejak pendudukan Hindia Belanda.
Baca juga: Sejarah Jakarta: Jatinegara Saksi Bisu Kegigihan Pangeran Jayakarta Melawan Penjajah
Ada juga pendapat lain yang menyebut, Mampang merupakan nama pohon yang dulu banyak tumbuh di kawasan itu. Lebih tepatnya pohon Jalu Mampang yang nama latinnya Monstera Pertusa Auct.
Pada sejarah Mampang Prapatan nama tersebut memang sudah tercatat dalam sejarah Hindia Belanda.
Di Land Mampang sudah sejak lama dikenal Prapatan Mampang, suatu persimpangan jalan dari Tanah Abang ke Duren Tiga/Pejaten dan dari Pancoran ke Slipi.
Pada Peta 1938 jalan dari Mampang Prapatan ke Menteng yang kini menjadi jalan Rasuna Said (Kuningan) yang tegak lurus ke utara belum ada.
Jalan yang sudah ada adalah dari Prapatan Mampang ke arah barat laut menuju Tanahabang melalui Dukuh.
Dalam perkembangannya, jalan dari Mampang Prapatan yang menuju ke arah Duren Tiga disebut Jalan Mampang Prapatan.
Sementara terusan Jalan Mampang Prapatan disebut Jalan Warung Buncit (Jalan Warung Rawa Jati Barat).
Tercatat pada 2 Desember 1695, kawasan dari hulu sampai muara Mampang merupakan milik Hendrik Lucaasz Cardeel alias Pangeran Wiraguna.
Sosok Pangeran Wiraguna pun masih simpang siur.
Dalam buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, disebutkan Pangeran Wiraguna merupakan nama seorang tuan tanah Belanda kelahiran Steenwij bernama Hendrik Lucaasz Cardeel.
Cardeel mendapat gelar bangsawan tertinggi itu dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar atau biasa disebut Sultan Haji.
Disebutkan, Cardeel mendapat gelar itu karena telah berjasa membantu Sultan Haji renovasi Keraton Surosowan di Banten yang terbakar sebagian.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.