Berita Jakarta

Berdiri di Atas Genangan Air Besar, Kampung Apung Cengkareng Dulunya Tempat Pemakaman Umum

Tak banyak yang tahu jika di Jakarta, ada sebuah kampung apung yang masih berdiri tegap di atas genangan air di Cengkareng, Jakarta Barat.

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
Potret munculnya makam tua akibat kekeringan di kampung apung Kapuk Teko, Cengkareng, Jakarta Barat. Tak banyak yang tahu jika di Jakarta, ada sebuah kampung apung yang masih berdiri tegap di atas genangan air di Cengkareng, Jakarta Barat. Dulunya kampung ini ternyata adalah tempat pemakaman umum 

"Jadi air hujan besar (masuk banjir) enggak bisa keluar. Dulu mah kuburannya enak buat main anak kecil (seperti lapangan). Kalau sekarang air dari mana-mana masuk sini. Masuk bisa, keluar enggak bisa," lanjutnya.

Menurut Siti, rumah-rumah panggung yang berada di Kampung Apung itu mulanya hanya berjumlah dua saja.

Lambat laun, banyak orang yang membangun rumah dengan konsep yang sama.

Yakni ditinggikan dengan kayu, bambu, atau beton sebagai sanggahannya ke dasar tanah. 

"Awalnya Kampung Teko, terkenalnya Bioskop Kampung Teko. Gara-gara itu (yayasan Kampung Apung) dibikin, jadi ada dua rumah apung yang dibangun," kata Siti.

"Yang bikin bekas mantan RW di depan, jadi sekarang mah tersebutnya rumah apung bukan Kampung Teko," imbuh dia.

Wanita paruh baya yang tinggal di sebuah petakan triplek berukuran 3x3 meter itu menyampaikan, menetap di kampung apung itu bak simalakama.

Satu sisi, dirinya mendapatkan kenyamanan tinggal, namun juga ia khawatir akan adanya banjir bandang yang mungkin menenggelamkan tempat tinggalnya.

Meski kini debit air di kampung apung tersebut tengah surut, sama seperti saat pertama kali dirinya masuk ke tempat tersebut, namun ia berharap cemas apabila musim hujan tiba.

Baca juga: Rayakan HUT ke-17, Putra Chandra Sentosa Berbagi Ratusan Paket Sembako untuk Warga Kampung Apung

"Ini sudah lama enggak banjir-banjir, alhamdulillah, kalau banjir enggak kerja-kerja, bengkel (tempat suaminya kerja) tenggelam," ungkap Siti.

"Makanya saya beli tempat tidur ini (tingkat dua) takut ada banjir, mending kan. Dulu saya enggak punya tempat tidur, tidur lesehan sampai ambil meja di rumah apung, tidur saya meringkuk saja, sedih kalau banjir," lanjutnya.

Bahkan, wanita yang kini memiliki lima cucu tersebut menyebut bahwa lantai rumahnya yang terbuat dari kayu, pernah amblas akibat banjir di kampung apung tersebut.

"Jeblos, kemarin habis dibenerin. Sering, kalau habis banjir kan air naik. Karena sering kena air jadi lapuk kayunya," ungkap Siti.

Siti mengaku sebenarnya ia tidak berharap banyak atas lingkungan tempat tinggalnya.

Baca juga: VIDEO Fenomena Munculnya Makam Tua di kampung Apung Akibat Kekeringan

Sebab Siti menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang pengontrak yang tiap bulannya menyetor Rp 500 ribu kepada pemilik bangunan.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved