Berita Jakarta
Polusi Udara di Ibu Kota Memprihatinkan, Kasus ISPA di Jakarta Barat Diklaim Tidak Signifikan
Belum ada peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang signifikan, meskipun tingkat kualitas udara di Jakarta kini sedang buruk.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Junianto Hamonangan
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA BARAT — Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari memastikan jika di wilayahnya belum ada peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang signifikan, meskipun tingkat kualitas udara di Jakarta sedang buruk.
Bagaimana tidak, pada Minggu (13/8/2023), laman IQAir merilis bahwa Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota paling berpolusi di dunia.
"Laporan bulanan sampai akhir Juli enggak ada perbedaan signifikan (kasus ISPA), dengan bulan-bulan sebelumnya," ujar Erizon saat dihubungi, Senin (14/8/2023).
Erizon mengungkap, total ada 9.709 kasus ISPA mulai dari usia lima tahun sampai lansia di atas 60 tahun yang tercatat Sudin Kesehatan Jakarta Barat.
Adapun rinciannya, 1.615 kasus ISPA pada Januari 2023, 1.518 kasus pada Februari 2023, 1.831 kasus pada Maret 2023, dan 1.237 kasus ISPA pada April 2023.
Baca juga: Polusi Udara di Ibu Kota Meresahkan, Dua Hal Ini Diyakini Jadi Solusi Efektif di Jakarta
"Mei 1.095 kasus, Juni 1.311 kasus, dan Juli 1.102 kasus," ungkap dia.
Kendati begitu, Erizon memastikan jika ketersediaan obat-obatan untuk penanganan pasien ISPA tercukupi.
Namun hingga kini, belum ada persiapan khusus di fasilitas-fasilitas kesehatan wilayah Sudin Jakarta Barat untuk pasien ISPA yang mungkin meningkat sepanjang musim pancaroba ini.
"Ketersediaan obat dipastikan tercukupi," imbuhnya.
Diberitakan Warta Kota sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk mengunakan masker agar tidak terkena penyakit selama kualitas udara DKI Jakarta buruk.
Baca juga: Pemprov DKI Menaruh Asa pada Kendaraan Listrik, Polusi Udara Turun 45 Persen Tahun 2030
Mengenai ramainya perbincangan kualitas udara Kota Jakarta buruk hingga disarankan mengenakan masker, dikatakan langsung oleh Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Ngabila Salama.
Ngabila Salama menjelaskan, pencegahan penyakit selama kualitas udara Jakarta buruk dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan.
"Kalaupun kita di outdoor sebaiknya menggunakan masker medis atau lebih bagus masker 95," terangnya Ngabila melalui keterangan tertulisnya, Senin (14/8/2023).
Kemudian, setelah beraktivitas di luar ruangan agar hindari interaksi dengan kelompok rentan penyakit seperti bayi, balita, lansia maupun ibu hamil.
Ngabila meminta kepada masyarakat untuk ikut ambil bagian mengurangi polusi udara dengan menggunakan transportasi umum.
"Kita bisa jadi lebih sehat karena dengan transportasi publik minimal kita akan jalan 6.000 langkah perhari yang dianjurkan untuk hidup sehat," kata Ngabila. (m40)
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.
| Rebut Poster Pendukung Delpedro Marhaen Cs di PN Jaksel, Kapolsek Pasar MInggu Bantah Arogan |
|
|---|
| Sebelum Pandemi Covid-19 TPU Kawi Kawi Sudah Penuh, Sistem Tumpang jadi Solusi |
|
|---|
| Kesaksian Warga Soal Ambruknya Lapangan Padel di Meruya yang Hampir Celakai Tasya Farasya |
|
|---|
| Alasan Yuli Tolak Pindah dari Pasar Barito ke Sentra Fauna Lenteng Agung |
|
|---|
| Lapangan Padel yang Ambruk Diterpa Angin Kencang di Meruya Jakarta Barat Kini Disterilkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/polusi-udara-jakarta-memprihatinkan20190629.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.