Liputan Khusus Warta Kota

Utang Pinjol Warga Jakarta Capai Rp 10,3 Triliun, Sosiolog UI: Masyarakat Sudah 'Lekat' dengan Utang

OJK catat akumulasi utang warga Jakarta di pinjol per April 2023 mencapai Rp 10,3 triliun. Sosiolog UI nilai masyarakat Indonesia lekat dengan utang.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
https://sosiologi.fisip.ui.ac.id/ida-ruwaida/
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Dr. Ida Ruwaida, M.Si. 

Faktor pemicu terjerat pinjol

Ida mengungkapkan, ada beberapa faktor pemicu orang terjerat pinjol, yaitu kebutuhan yang mendesak, perilaku konsumtif dan literasi yang rendah sehingga mudah teriming-iming dari keuntungan mengakses pinjol.

"Mengapa masyarakat bisa terjerat pinjol? selain juga pengetahuan dan  kesadaran masyarakat akan pinjol dan resikonya  tergolong minus,  karena masyarakat lebih  tergiur dengan iming-iming 'Benefit'," ujarnya.

Ida menjelaskan, akses masyarakat terhadap pinjol mulai banyak ketika adanya pandemi Covid-19 yang imbasnya hingga kini  banyak usaha  sulit berjalan bahkan terancam tutup, banyak PHK, sulit mencari pekerjaan, dan pengangguran semakin meningkat.

Disisi lain, biaya hidup semakin tinggi, daya beli menurun, dan di saat ada kebutuhan-kebutuhan mendesak maka mengakses pinjol dianggap sebagai jalan keluar dan pilihan yang rasional menurut masyarakat. 

Menariknya, sebagian pemanfaat pinjol bukan untuk kebutuhan mendesak, namun untuk pola hidup konsumtif. 

Ditambah lagi, dengan kemudahan yang ditawarkan pinjol, maka ada masyarakat yang terjebak utang di beberapa provider pinjol, dan dengan besar pengembalian yang sudah berlipat-lipat. 

"Kecenderungan berhutang atau meminjam dana untuk kebutuhan konsumtif bukan hal baru di masyarakat kita, bahkan tidak sedikit yang mengajukan kredit modal usaha, namun pemanfaatannya justru untuk konsumsi," ungkapnya. 

Di beberapa konteks budaya, praktek berhutang juga terjadi jika ada hajatan. Ada masyarakat yang rela berhutang untuk menggelar hajatan secara besar-besaran dengan mengundang ratusan orang demi mendapatkan social prestise ('kata orang'), padahal secara ekonomi kurang mampu.

"Meski memang belum ada bukti empiris apakah mereka meminjam ke pinjol untuk menutupi kebutuhan tersebut," ungkap Ida.

Berdasarkan kajian yang dilakukan LabSosio FISIP UI dimana Ida menjadi salah satu perisetnya, menunjukkan bahwa budaya hajatan ini termasuk yang memiskinkan secara ekonomi. 

Namun bagi mereka, penerimaan dan rekognisi sosial lebih dikedepankan. Makannya jika sedang tidak ada dana, maka mereka mengupayakan pinjam sana sini.

"Riset kami juga menunjukkan tidak mudah dapat pinjaman dari keluarga, kerabat, apalagi tetangga, salah satu alasan utama adalah ada tidak penjamin akan pengembalian dana tersebut? Dalam kondisi ini, maka pinjol bisa jadi jalan keluar," jelas Ida.

Pengetahuan komprehensif tentang pinjol

Menurut Ida, pentingnya masyarakat memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang pinjol berikut resiko-resikonya.  

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved