Lipsus Warta Kota
Kena Diabetes Sejak Usia 6 Tahun, Nita Ceritakan Anaknya Harus Suntik Insulin 4 Kali Sehari
Nita menerima takdir bahwa sang putra divonis diabetes sejak usia enam tahun, membuatnya kuat menjalani hari-hari menjadi seorang ibu.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH — Sudah tak terhitung berapa kali Nita (33) mendampingi putra pertamanya Muhammad Amar Kadavi atau kerap disapa Davi (7), kontrol kesehatan ke Rumah Sakit Anak dan Bunda /RSAB Harapan Kita, Palmerah, Jakarta Barat.
Kepasrahan Nita menerima takdir bahwa sang putra divonis diabetes sejak usia enam tahun, membuatnya kuat menjalani hari-hari menjadi seorang ibu.
Apalagi, tiap harinya dia harus menyaksikan tubuh sang anak yang menjadi biru-biru lantaran efek suntik insulin setiap mau makan.
Kala menyaksikan hal tersebut, batin Nita teriris. Ia bergumam dalam hati dan berandai-andai bisa menggantikan penderitaan sang anak.
"Kalau bisa digantikan sama bunda, biar bunda aja nak," ujar Nita sembari memandang pilu ke arah Davi usai melakukan kontrol di RSAB Harapan Kita, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (18/7/2023).
Baca juga: Diabetes Pada Anak Kebanyakan Tipe 2 karena Disebabkan Gaya Hidup Tak Sehat dan Obesitas
Nita bercerita, putranya pertama kali didiagnosis terkena diabetes pada Juli 2022 lalu.
Kala itu, umur Davi baru menginjak 6 tahun 8 bulan.
Ibu dua anak itu tak pernah menyangka jika bulan tersebut menjadi mimpi buruk terpanjangnya selama hidup.
Pasalnya, kata dia, baik dari riwayat keluarganya ataupun sang suami, tak ada satupun yang pernah terkena diabetes.
Bahkan, meski Davi kerap mengonsumsi teh kemasan, namun porsi minumnya tidaklah banyak.
Alih-alih begitu, rupanya Davi memiliki gangguan di bagian pankreasnya sehingga membuat gula darahnya kerap tinggi.
Diapun divonis dokter mengidap diabetes tipe 1.
"Awalnya dia bulan Juli 2022 umur 6 tahun 8 bulan, dia pertama saat malam hari buang-buang air kecil, terus nafsu makan berlebihan, minum juga berlebihan," ujar Nita.
"Terus berat badannya berkurang, kurus banget. Dari berat badan 23 kilogram dalam seminggu turun 3,5 kilo jadi 19,5 kilogram," imbuhnya.
Kendati begitu, saat mendapati ada yang tak beres dengan Davi, ia tak lantas berpikir bahwasannya sang putra terkena diabetes.
Walhasil, Nita pun hanya membawa Davi ke puskesmas terdekat.
"Saya enggak pikir kalau dia kena diabetes, jadi saya bawa ke puskesmas katanya kena infeksi saluran kemih, katanya harus disunat," jelas Nita.
Baca juga: Cegah Diabetes Anak, TK Al-Azwa Sunter Agung Beri Edukasi Makanan Sehat Sambil Bernyanyi
"Saya bawa ke klinik mau disunat, terus dipegang perutnya (Davi) sama dokter kesakitan, kata dokternya enggak bisa disunat, itu ada kemungkinan penyakit dalam, antara ginjal, tbc, atau penyakit lainnya," lanjut dia.
Setelah itu, Nita pun membawa Davi ke rumah sakit besar untuk cek lab dan memeriksa kesehatannya.
Betapa terkejutnya Nita setelah hasil lab keluar, diketahui jika kadar gula darah dalam tubuh Davi mencapai 498 dari normalnya hanya 120-an.
Ditambah lagi, kala itu putranya sudah hilang kesadaran sehingga perlu dirawat selama tiga hari akibat tingginya gula darah tersebut.
"Tiga malam di RS Bakti Mulia, habis itu malah dirujuk ke Hermina Bekasi selama 10 hari, 5 hari di ruang ICU, 3 harinya di ruang rawat," ungkap Nita.
Sejak saat itu, kata Nita, hari-hari Davi berubah. Dirinya terpaksa harus melakukan suntik insulin setiap hendak mengonsumsi makanan.
Bahkan dalam sehari, Davi harus disuntik insulin sebanyak empat kali pada pagi, siang, sore, dan malam hari sebelum tidur.
Dia juga rutin melakukan berobat jalan ke Rumah Sakit Harapan Kita, demi memastikan putranya dalam keadaan baik.
"Awalnya sih sebulan bisa dua kali (kontrol), tapi sekarang alhamdulillah sebulan sekali," kata Nita.
"Bahkan sebelum puasa, (Davi) rutin satu bulan sekali dirawat. Alhamdulillahnya pas udah puasa itu ke sininya alhamdulillah enggak dirawat-rawat," lanjutnya.
Kendati begitu, Nita berujar jika emosi sang anak masih belum stabil.
Davi yang kini baru menginjakkan kaki di kelas 1 sekolah dasar (SD) itu kerap kali tantrum kala kondisi tubuhnya sedang tak nyaman.
Selain itu, putranya juga kerap merasa kepanasan pada malam hari, sehingga ia kerap berdiam di kamar mandi atau membasahi tempat tidurnya menggunakan air.
"Sekarang sudah di bawah 300 (gulanya) tapi emosinya belum stabil banget, masih suka marah-marah. Semuanya dimarahin, kakek neneknya, saya juga sampai nangis dimarahin dia," jelas Nita.
"Karena hawa dia di dalam (tubuh) panas. Kalau malam aja pukul 22.00 WIB, dia di kamar mandi basahin badannya, tidur harus selalu ada yang basah, tidur aja enggak pernah pakai baju," lanjutnya.
Meski begitu, ujian yang diberikan Tuhan kepada Nita bukanlah satu penghalang baginya untuk mengasihi Davi sepenuh hati.
Sang putra yang kini sedang aktif-aktifnya mengeksplor hobinya bermain sepak bola itu, tetap diawasinya setiap hari.
Misalnya saja kala Davi berangkat sekolah, Nita tak luput sekalipun menyuntikkan insulin kepada putra pertamanya itu.
Bahkan kini, Nita sudah berhasil memberi pemahaman kepada Davi terkait pentingnya menyuntikkan insulin sebelum dirinya mengonsumsi makanan.
"Jadi pas mau jalan sekolah suntik dulu, dicek dulu (gula darahnya), saya juga enggak kasih uang jajan," jelas Nita.
"Awalnya dia enggak mau, ngamuk terus sampai harus dipegangin empat orang kakinya tangannya, lama-lama dijelasin 'Mau makan suntik dulu biar abang sehat', dokternya juga kan ngasih tau, alhamdulillah sekarang kalau kami lupa mau suntik malem, (Davi ngingetin) 'Bun bangun suntik', sekarang cek gulanya kadang-kadang dia sendiri," imbuhnya dengan air muka bangga kepada sang putra yang duduk di sebelahnya.
Nita mengatakan, Davi sebenarnya sudah mulai menawarkan diri untuk menyuntikkan insulin sendiri, hanya saja dia belum mengizinkannya.
Kini, Nita hanya bisa berharap sang putra tidak mudah drop seperti awal-awal terkena diabetes.
Baginya, melihat sang putra tumbuh ceria sudah merupakan kebahagiaan paling luar biasa.
Selain itu, dirinya juga bersyukur lantaran semua kebutuhan dan penanganan diabetes sang putra dibantu oleh BPJS dan organisasi non kepemerintahan Changing Diabetes in Childern (CDiC).
Denyut Nadi Davi Sempat Hilang 5 Menit
Ujian berat memiliki anak yang terkena diabetes, dirasakan Nita beberapa bulan belakangan ini, tepatnya saat H-3 puasa ramadan 1444 hijriyah.
Nita bercerita, kala itu dirinya mendapati sang anak menjadi kurus dan pucat pasi. Selain itu, tubuh Davi lemas dan tak karuan sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.
"Waktu itu (kejadiannya) pas mau puasa tiga hari, awalnya panas tiga hari saya kasih kelapa hijau, larutan. Saya enggak mikir bakal tinggi gulanya," kata Nita.
"Badannya juga pucat, kurus. Ini enggak beres, malam-malam saya ke IGD, setelah saya telepon dokter dan suruh saya bawa ke IGD," lanjutnya.
Betapa terkejutnya Nita, rupanya kala itu sang putra mengalami peningkatan gula darah hingga menyentuh angka 900.
Seketika dunia Nita runtuh. Ditambah lagi, setelah pemeriksaan itu diketahui jika jantung sang anak berhenti berdetak.
"(Dokter tanya) 'Ibu tau enggak gula anak ibu berapa? 900', astagfirullah. Itu kondisinya pas hujan besar, langsung linglung, karena denyut jantungnya (Davi) berhenti 5 menit. Saya pingsan langsung," ungkap Nita mengingat-ingat kejadian tak menyenangkan itu.
Dia berujar, kala itu sang putra sampai hampir diikat oleh perawat RS karena kerap mengamuk.
Namun batin seorang ibu yang tak tega, membuat Nita memohon agar anaknya tak diikat.
"Udah ngamuk sampai pengen diikat sama suster, saya bilang 'Jangan, anak saya jangan diikat-ikat, saya masih bisa kontrol dia'," kata Nita.
"Akhirnya enggak diikat, denyut jantungnya berhenti pas itu saya pingsan, alhamdulillah ada lagi denyut jantungnya. Dibangunin sama suami saya, 'Abang udah sehat'," lanjutnya.
Sontak ia memeluk sang putra dan bernapas lega akan kesembuhan tersebut.
Kini, Nita tak pernah memberinya minuman atau makanan manis kepada Davi.
Bahkan, gula serta sirup yang ada di dapur rumahnya disembunyikan agar Davi tak mencoba membuatnya sendiri.
Ia khawatir putranya itu terlalu banyak mengonsumsi minuman manis seperti sebelum ia terkena diabetes.
"Minum minuman manis, teh kemasan itu enggak banyak, tapi sering. Ngikut teman-temannya biasa, tapi (sehari) di bawah lima (gelas) konsumsinya," jelas Nita. (m40)
| Pedagang Bunga Rawa Belong Sejak 1997, Pilih Bertahan Meski Harga Anjlok |
|
|---|
| Dulu Jadi Surga Tekstil, Kini Pasar Anggada Bogor Sepi dari Pembeli |
|
|---|
| Disdik DKI Keluarkan Aturan Study Tour Hanya Boleh untuk Belajar dan Lokasi di Jakarta |
|
|---|
| SMAN 14 Jakarta Tegas Tak Pernah Adakan Study Tour untuk ke Luar Kota Sejak Lama |
|
|---|
| Sudah Diklaim Terdaftar di BPOM, Tetap Harus Waspada dengan Produk Kecantikan Berbahaya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/kisah-orangtua-anaknya-diabetes1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.