Pemilu 2024
Ditanya Soal Capres 2024, Mahfud MD Sebut Prabowo di Urutan Pertama, Kemudian Anies dan Ganjar
Ditanya Soal Capres 2024, Mahfud MD Sebut Prabowo di Urutan Pertama, Kemudian Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Ini Alasannya
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD blak-blakan ketika menghadiri podcast Najwa Shihab pada beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Najwa Shihab menanyakan pendapatnya soal ketiga Calon Presiden (Capres) 2024.
Ketiga Capres tersebut antara lain Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Ketika itu, Mahfud MD mennyampaikan seluruh nama kandidat yang kini muncul dalam sejumlah lembaga survei adalah teman baiknya.
Dimulai dari Prabowo Subianto.
Kemudian Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
"Kandidat?" tanya Najwa Shihab.
"Temen saya semua, kandidat yang mucul di survei ya," ungkap Mahfud MD.
"Itu temen deket saya semua," tegasnya.
Baca juga: Dapat Info Soal Dana Korupsi BTS ke 3 Partai, Mahfud MD Lepas Tangan-Minta KPK & Kejaksaan Mendalami
Baca juga: Mahfud MD Soal Info Dana Korupsi BTS Mengalir ke 3 Partai: Saya Tidak Masuk, Itu Urusan politik
Prabowo katanya merupakan teman dekatnya sejak lama.
Bahkan, Mahfud mengaku pernah menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014 silam.
"Pak Prabowo saya pernah menjadi Ketua Tim Suksesnya dan sekarang dia menjadi struktur di Kemenkopolhukam-sering ketemu," ungkap Mahfud MD.
Hal senada disampaikan mengenai Anies Baswedan.
Mahfud MD mengungkapkan telah mengenak Anies sejak kecil.
Hal tersebut lantaran dirinya bersahabat baik dengan Almarhum Rasyid Baswedan.
"Anies Baswedan, itu sejak dia kecil sudah dekat dengan saya-ikut dengan saya, bahkan di depan saya ayahnya itu pernah bilang gini waktu Anies masih SMA kelas 1 atau SMP kelas 3, 'Nis, ini Pak Mahfud nih mau berangkat ke Amerika, kamu besok kalau besar tiru Pak Mahfud, inilah orang sukses, inilah orang tekun, inilah orang pinter'," ungkap Mahfud MD.
"Itu (ayah) Anies dibilang begitu oleh bapaknya kepada Anies ketika saya mau perpisahan ke Amerika pada waktu itu," tambahnya.
Sementara soal Ganjar, Mahfud MD mengaku telah mengenalnya sejak lama.
Tepatnya ketika dirinya dan Ganjar duduk di Komisi 3 dan Komisi 1 DPR RI.
Ketika itu, Mahfud mengaku sepemikiran dengan Ganjar mengenai keresahan atas maraknya kasus korupsi di Indonesia.
"Dengan Ganjar, temen diskusi. Dulu satu Komisi di DPR di Komisi 3, di Komisi 1 pernah diskusi," ungkap Mahfud MD.
"Saya tahu ada kegundahan Ganjar tentang korupsi di negeri ini karena diskusi-diskusinya dengan saya, jadi dia gundah juga dan sama pemikirannya dengan saya. Saya pernah berkunjung makan di rumah dia untuk diskusi itu, dia pernah khusus datang ke rumah saya juga makan untuk diskusi," bebernya.
"Jadi semua nih baik lah semua, apalagi sampai menang di survei biasanya kan karena punya kelebihan," tambah Mahfud MD.
Merujuk pernyataan Mahfud MD, Najwa Shihab langsung menembaknya dengan sebuah pertanyaan.
Pertanyaan itu mengenai alasan Mahfud MD menempatkan Prabowo di urutan pertama dalam penjelasannya.
"Tapi yang disebut pertama kan Pak Prabowo?" tanya Najwa Shihab.
"Hah.. Ya sekarang saya balik," belum sempat melanjutkan pernyataannya, Najwa Shihab pun tertawa.
Survei LSI Denny JA Prabowo Subianto Menang Pilpres Salip Ganjar Pranowo
Dalam survei Lembaga Survei Indonesia atau LSI Denny JA Bakal Capres Prabowo Subianto menang Pilpres.
Hasil survei LSI Denny JA menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi calon presiden (capres) yang paling banyak dipilih masyarakat.
Elektabilitas eks Danjen Kopassus itu unggul dari Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Fakta tersebut terungkap dari hasil survei nasional LSI Denny JA pada 3 Mei sampai 14 Mei 2023 seperti dikutip Tribunnews.com pada Jumat (19/5/2023).
Dalam survei tersebut, Prabowo unggul dengan elektabilitas 33,9 persen.
Sementara itu, Ganjar Pranowo berada di posisi kedua dengan angka 31,9 persen, Anies Baswedan sebesar 20,8 persen, dan tidak menjawab sebesar 13,4 persen.
"Bila pemilihan Presiden dilakukan sekarang ini, siapa yang akan Ibu/Bapak pilih sebagai Presiden di antara 3 nama-nama berikut? hasilnya Prabowo unggul sementara sebesar 33,9 persen," ujar Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dalam paparannya, Jumat (19/5/2023).
Baca juga: VIDEO Survei Indikator Politik Sebut Pasangan Ganjar-Sandi Ungguli Prabowo-Ertoh dan Anies-Agus
Dengan perolehan itu, kata Adjie, Prabowo menjadi satu-satunya capres yang berpotensi melaju ke putaran kedua.
Khususnya, kata dia, jika nantinya pemilihan presiden menghadirkan tiga pasang calon presiden.
"Jika 3 pasang capres, pilpres berpotensi dua putaran. Hanya Prabowo yang diprediksi masuk putaran kedua dengan minimal memperoleh dukungan 33,3 persen," tukasnya.
Sebagai informasi, survei LSI Denny JA dilakukan pada 3 Mei sampai 14 Mei 2023 melibatkan 1.200 responden di seluruh Indonesia.
Rentang usia responden 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random sampling dengan cara tatap muka. Margin of error survei diperkirakan ± 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Ganjar dan Prabowo Berebut Suara Pemilih Jokowi
Dikutip dari Kompas.com, Pengamat menilai calon presiden dari PDI-Perjuangan, Ganjar Pranowo, dan calon presiden yang diusung Partai Gerindra, Prabowo Subianto, saling berebut suara.
Meski demikian, para pemilih Joko Widodo tetap memiliki preferensinya masing-masing.
Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, ada perubahan pola politik.
Ketika kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) naik, perebutan suara pemilih terbagi pada dua sosok yang mengeklaim sebagai penerusnya.
”Di situlah upaya saling klaim dari kedua belah pihak sebagai sosok yang di-endorse Jokowi menjadi lebih menarik dalam pemberitaan dan manuver-manuver politik. Dan itu, kan, disebabkan (oleh) Jokowi sendiri,” ujar Yunarto saat dihubungi dari Jakarta, Senin (22/5/2023).
Jokowi memang mendukung dua sosok, yakni calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan capres yang diusung Gerindra, Prabowo Subianto.
Kedua tokoh ini pun saling berebut dukungan, sebab ketika kepuasan publik terhadap petahana tinggi, maka ia berpengaruh besar pada pemilih setianya untuk memilih.
Meski demikian, pengaruh itu tak begitu besar.
Sebab, Yunarto menilai, mayoritas publik yang puas dengan kinerja Jokowi dapat menafsirkan sendiri sosok yang dianggap dapat meneruskan warisannya.
Selain itu, karakter kepemimpinan seperti Jokowi juga jadi salah satu penilaian.
Dalam survei Charta Politika dan Indikator, memang masih lebih banyak pemilih Jokowi yang memihak Ganjar daripada Prabowo.
Sebab, Gubernur Jawa Tengah itu dianggap memiliki kesamaan latar belakang, sejarah kesamaan posisi politik, termasuk karakter kepemimpinan yang lebih mirip antara Ganjar dan Jokowi.
Daya tarik perebutan
Hal serupa dikatakan Deputi Direktur Eksekutif Populi Center Rafif P Imawan. Jokowi memang sosok yang tak identik dengan partai tertentu.
Rekam jejak pekerjaannya menjadi daya tarik yang diperebutkan pemilih.
Dalam survei Indikator juga terlihat bahwa dukungan Jokowi berpengaruh signifikan.
Hal ini menunjukkan, orang-orang memilih seorang tokoh yang makin kuat dibanding pilihannya pada partai.
Narasi-narasi Prabowo yang serupa dengan Jokowi, seperti pentingnya berdikari dan berdaulat jadi keunggulannya pula saat berkampanye.
Namun, hal itu menguat, sebab kini Prabowo telah masuk dalam pemerintahan dan bisa dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Jokowi.
”Partainya juga makin kuat dengan masuknya Prabowo dalam pemerintahan, mendorong daya tawar yang makin signifikan bagi Prabowo. Itu yang diwaspadai PDI-P,” ujar Rafif.
Sikap Jokowi untuk tetap di tengah, tanpa terang-terangan memihak salah satu capres justru menjadikannya sosok yang unik.
Sebab, dia tetap ada di garis tengah sebagai kepala negara, tetapi dia juga tak terlalu dekat dengan partai tertentu.
Hal ini membuat Jokowi tetap ada di tengah kekuasaan agar dapat menegosiasikan banyak hal pada beragam pihak pula.
Rafif menilai, migrasi suara pemilih Jokowi di antara capres sangat dimungkinkan di luar partai utama. Sebab, para pemilih Jokowi tak hanya berasal dari partai-partai utama.
Guna tak kehilangan ”efek Jokowi”, Ganjar Pranowo dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri perlu memikirkan dukungan dalam koalisinya.
Sebab, jika PDI-P hanya didukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan berat melawan koalisi besar Gerindra yang disokong Golkar dan Partai Kesatuan Bangsa (PKB).
Kenaikan suara Gerindra yang naik akhir-akhir ini hampir 20 persen patut diwaspadai PDI-P yang ada di titik 21-22 persen.
Megawati juga perlu memperhatikan peta koalisi serta orang-orang yang apatis dengan partai.
Sebab, merebut suara pemilih Jokowi perlu dengan narasi-narasi yang mengenal langsung ke masyarakat, seperti agenda infrastruktur ke depan dan isu energi terbarukan.
Hal-hal itu lebih melekat pada kapabilitas tokoh dibandingkan latar belakang partai.
Disurvei Selalu Urutan Buncit, Ini Jawaban Menohok Anies Soal Jegal Menjegal Pilpres 2024
Hal tersebut disampaikan Calon Presiden dari Koalisi Perubahan itu lewat video yang diunggah Geisz Khalifah lewat instagram @geisz_khalifah pada Jumat (19/5/2023).
Dalam video itu, Anies mengungkapkan soal banyaknya lembaga survei yang menempatkannya pada urutan buncit di bawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
"Tak ada satu pun survei yang pernah memenangkan kita, nggak ada, nggak ada. Bahkan Litbang sebuah koran sangat terkenal itu menempatkan kita jauuuuh sekali di bawah," ungkap Anies.
"Kalahnya berlebihan, sampai di ujung pun kita masih kalah," imbuhnya lagi.

Dirinya justru heran dengan banyaknya hasil survei yang menempatkannya serta Partai Koalisi Perubahan berada jauh di bawah.
"Jadi saya sering bilang, 'ini sebetulnya aspirasi masyarakat atau aspirasi penyelenggara survei ya?'," ungkap Anies.
"Ini yang mana nih, kita nggak tahu. Hari ini juga kita menemukan itu. Bahkan ada yang tanya kemarin di sebuah wawancara, 'Pak Anies ini banyak yang Jegal-Jegal, gimana komentarnya?'," jelas Anies.
"Saya komentari gini, 'mungkin yang menjegal-jegal itu sedang mengatakan bahwa survei aslinya tidak seperti itu'. Loh iya, karena kalau-kalau di survei nomor tiga, buat apa dijegal?," tanya Anies.
Dirinya pun mengungkapkan analogi sederhana terkait 'aksi jegal menjegal'.
Menurutnya, aksi tersebut dipicu dari hasil survei yang justru memenangkan dirinya dibandingkan dengan Capres dalam Pilpres 2024 lainnya.
"Nomor tiga, kalau surveinya dijegal, nomor tiga tapi tetap dijegal, mungkin 'dia' punya survei yang sesungguhnya yang kita tidak tahu. Ini logika sederhana saja, kalau dia percaya, nggak usah dijegal, tungguin saja," ungkapnya.
"Jadi kalau sekarang NasDem, Demokrat, PKS di surveinya kelihatannya angkanya rendah, tapi tekanannya kuat. Mungkin sesungguhnya ada survei lain yang angkanya lebih tinggi," jelasnya.
Sekretaris KPU Jakarta Dirja Abdul Kadir Ungkap Pekerjaan KPUD Jakarta Belum Selesai |
![]() |
---|
Sempat Khawatir pada Kerawanan, KPU Jakarta Apresiasi Kinerja Polri Amankan Pelaksanaan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
DKPP Prihatin Masih Banyak Penyelenggara Pemilu Tidak Netral di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Bawaslu Kabupaten Bekasi Rilis Laporan Akhir Pengawasan Pemilu 2024, Ini Hasilnya |
![]() |
---|
Gugatan Kader PKB Calon Anggota DPR Terpilih yang Dipecat Cak Imin Dikabulkan Bawaslu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.