Berita Jakarta
Rangga Rahayuna Banting Setir dari Pengusaha Konveksi ke Kuliner Pakai Resep Ibu
Berangkat dari hobi berburu dan mencicipi kuliner, Rangga Rahayuna Cahyadi (29) memutuskan banting setir dari konveksi jadi pengusaha kuliner
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara
Rangga mengatakan, awalnya ia tak berniat mendirikan resto yang besar untuk warung nasi tersebut.
Ia hanya ingin membangun tenda sederhana dan memasarkan masakan ibundanya agar bisa juga dinikmati orang banyak.
"Sebenarnya tadinya enggak mau sebesar ini, kami sekeluarga mau buka tenda aja. Cuma Alhamdulillah mungkin dikasih rezeki sama Allah, ya sudahlah kami hajar aja. Makanya Alhamdulillah jadi sebesar ini," ungkap Rangga.
Menurutnya, ide membangun warung nasi tersebut sebenarnya telah ada sejak lama, yakni sekira tiga tahun lalu.
Namun karena terhalang Pandemi Covid-19 serta sulitnya mendapatkan tempat yang cocok, membuat warung nasi tersebut baru bisa terealisasi tahun ini.
"Resto ini kan baru dua bulan ke belakang, kalau ide buka resto ini sudah dari tiga tahun yang lalu. Tapi karena terkendala dan lain sebagainya dan proses pencarian tempat itu juga kan susah karena jodoh-jodohan lah, jadi baru terealisasi," ujar Rangga.
Kendati begitu, warung makan seluas 400 meter persegi yang buka sejak 12 Februari 2023 ini, kini sudah memiliki 12 karyawan dan berbagai ragam menu masakan khas Sunda paling populer di Indonesia.
Selain rasa yang otentik dan berkualitas, Rangga juga mengatur strategi dengan menyediakan menu masakan yang murah meriah dan ramah di kantong para keluarga yang hendak mencicipi menu masakan khas tanah Pasundan.
"Di Jakarta ini banyak sekali restoran Sunda, saya lihat banyak yang makanannya enak tetapi tempatnya tidak nyaman karena panas dan segala macam. Ada yang restorannya besar, tetapi makanannya biasa saja. Nah jadi kalau kami mau restoran besar, bikin lah tempat yang nyaman," kata dia.
Selain itu, pria asal Bandung, Jawa Barat tersebut juga mengaku sengaja banting harga murah untuk menarik konsumen.
Namun, murahnya harga tersebut tak membuat kualitas makanan yang disajikan menurun. Justru Rangga menantangnya dengan memberikan porsi atau ukuran yang jauh lebih besar dari kompetitor lainnya.
"Karena saya awam sama keluarga, memang kesulitan (di dunia FnB), kami cuma mengambil ilmu dari kompetitor-kompetitor yang ada," kata Rangga.
"Kami buka restoran, terus kami lihat harga kompetitor yang ada menunya sekian (harganya), terus kami banting lebih murah dan rasanya lebih enak juga porsinya lebih banyak," imbuh dia.
Rangga memberikan contoh, misalnya sate-satean angkringan yang biasanya dibanderol Rp 13.000, ia hanya menjualnya dengan harga Rp 8.000 saja.
Tentunya, dengan porsi yang jauh lebih besar.
| Jakarta Tuan Rumah POPNAS XVII & PEPARPENAS XI, Transportasi dan Wisata Digratiskan untuk Atlet |
|
|---|
| Catatan Partai Ummat Jelang Setahun Kepemimpinan Pramono-Rano di Jakarta |
|
|---|
| Trotoar Disabilitas di Grogol Jakbar Mubazir, PKL Berdalih Hanya Cari Nafkah |
|
|---|
| Puluhan Pemuda Balap Liar dan Tutup Jalan Raya di Duren Sawit Jakarta Timur, Kabur Didatangi Polisi |
|
|---|
| Foto-foto Kenaikan Tarif Transjakarta Masih Dikaji Dishub DKI Jakarta |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.