BNPT: Masyarakat Skeptis pada Pemerintah dan Pemahaman Agama Dangkal Jadi Target Khilafatul Muslimin

Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Baraja ditangkap polisi di Kota Bandar Lampung, Selasa (7/6/2022).

Editor: Yaspen Martinus
Twitter
Aksi konvoi puluhan motor sambil membawa poster Khilafah Islamiyah viral di media sosial. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA – Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Baraja ditangkap polisi di Kota Bandar Lampung, Selasa (7/6/2022).

Tak cuma menggelar konvoi khilafah, Khilafatul Muslimin nyata-nyata memiliki agenda terselubung untuk mengganti ideologi Pancasila dengan khilafah.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid mengungkapkan, Khilafatul Muslimin tidak terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Baca juga: KRONOLOGI Polisi Ciduk Pimpinan Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Baraja, Ingin Ubah Pancasila

Namun, mereka memiliki sebaran cabang sangat besar, setidaknya ada 23 kantor wilayah dan tiga daulah di Jawa, Sumatera, dan Indonesia bagian Timur.

“Pola penyebaran ideologi khilafah yang dilakukan Khilafatul Muslimin jelas bertentangan dengan ideologi bangsa, Pancasila."

"Ideologi itu mereka sebarkan dengan berbagai cara, antara lain berkedok pengajian atau dakwah."

Baca juga: Buronan Jepang Mitsuhiro Taniguchi Diciduk di Lampung, Tinggal di Rumah Warga, Mengaku Investor Ikan

"Melalui kampanye terbuka seperti konvoi, penyebaran buletin yang rutin setiap bulanan dan melalui internet,” ungkap Nurwakhid, Rabu (8/6/2022).

Nurwakhid juga mengungkapkan, pimpinan Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Baraja sudah dua kali ditangkap dan dihukum karena terlibat jaringan terorisme.

Pertama pada Januari 1979 terkait teror Warman. Kedua, dia ditahan atas kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal 1985.

Baca juga: Rencana Kenaikan Tunjangan Kinerja KPU Jadi Rp150 juta, Mendagri Bilang Tak Masuk Akal

“Sekali lagi, persoalan ideologi tidak bisa dipatahkan dengan jeruji besi, tapi butuh transformasi menuju ideologi alternatif."

"Persoalannya, Baraja adalah ideolog dari sejak zaman NII, MMI, hingga KM yang tentu tidak sekadar dihukum, tetapi membutuhkan proses dialog, deradikalisasi, dan pembinaan ideologi."

"Itu pun akan terasa sangat sulit jika sasarannya adalah tokoh dan ideolognya,” terang Nurwakhid.

Baca juga: Pemerintah Lakukan Evaluasi Tiap Pekan Sebelum Cabut PPKM

Mantan Kabag Banops Densus 88 ini memaparkan, keberadaan orang-orang seperti Baraja dengan Khilafatul Muslimin-nya, akibat kekosongan pimpinan di kalangan kelompok masyarakat yang mendambakan khilafah.

“Baraja mengklaim sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar Al-Badgdadi mengklaim mempunyai teritori khilafah di Irak-Suriah, dan mendeklrasikan diri sebagai khalifah."

"Efeknya adalah tersedotnya magnet kelompok-kelompok radikal di berbagai negara untuk hijrah ke Irak-Suriah."

Baca juga: Kapolri Bakal Tinjau Ulang Putusan Sidang Etik Terhadap AKBP Raden Brotoseno, Juga Revisi Perkap

"Begitu pula klaim khalifah Baraja mempunyai magnet besar bagi masyarakat yang sudah tercemari dengan ideologi khilafah,” paparnya.

Nurwakhid menambahkan, sasaran kelompok-kelompok seperti Khilafatul Muslimin adalah masyarakat yang skeptis pada pemerintah.

“Bukan hanya mereka yang skeptis terhadap pemerintah yang menjadi rentan terpengaruh ide-ide khilafah dan propaganda teroris."

"Tetapi mereka yang masih memiliki imajinasi tentang khilafah, dengan pemahaman keagamaan yang dangkal, sangat rentan direkrut teroris,” beber Nurwakhid. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved