Belajar Online

Survei Save the Children Temukan 7 dari 10 Anak di Indonesia Jarang Belajar Selama Pandemi Covid-19

Pandemi virus corona (Covid-19) yang terjadi di Indonesia membuat proses belajar mengajar dilakukan secara online atau daring.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Sigit Nugroho
Dokumentasi Kepala Dukuh Petir B
Seorang Pelajar Belajar di Gunung Temulawak, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pandemi virus corona (Covid-19) yang terjadi di Indonesia membuat proses belajar mengajar dilakukan secara online atau daring.

Lebih dari 60 juta anak di Indonesia harus melaksanakan belajar secara online atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sejak Maret 2020.

Selama PJJ dilaksanakan, Survei Save the Children menemukan tujuh dari 10 anak jarang belajar selama pandemi Covid-19.

Studi secara global tersebut dilakukan pada Juli 2020 yang dilakukan di 46 negara, khususnya Indonesia.

Penyebab anak jarang belajar, mulai dari tidak tersedianya materi pelajaran hingga demotivasi karena sulit memahami materi.

Save the Children Indonesia melakukan survei di 30 provinsi, yang mana sebanyak 4.568 orangtua dan 2.232 anak menjadi responden, termasuk DKI Jakarta.

Hasilnya, lembaga swadaya masyarakat itu menemukan kendala yang membuat anak menjadi malas belajar.

Baca juga: KPAI Sebut Belajar Online Tak Efektif dan Membosankan Anak Lebih Suka Main Game dan Nonton YouTube

Baca juga: Wagub DKI Ariza Libatkan Istri Dampingi Anaknya Belajar Online Setahun Lebih

Baca juga: Kisah Remaja di Balikpapan Nekat Rekam dan Sebar Video Syur saat Belajar Online, Begini Nasibnya

“Dua pertiga (63 persen) anak perempuan lebih banyak dibebani tugas rumah, dibanding anak laki-laki (43 persen),” ujar Media and Brand Manager Save the Children Indonesia, Dewi Sri Sumanah.

Satu dari lima anak atau sekitar 21 persen mengatakan “Tidak ada yang bisa membantu saya belajar selama pandemi”.

Sementara, sebanyak 45 persen anak kesulitan memahami pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru.

“Karena tantangan anak sumbernya adalah dari orang dewasa di sekitarnya, seperti orangtua dan guru, maka yang kami lakukan adalah melakukan pendampingan kepada guru dan orangtuanya,” tutur Dewi.

Sementara untuk si anak, Dewi menjelaskan bahwa Save the Children Indonesia mempunyai program Coaching for Life di Jakarta.

Program tersebut mendampingi anak-anak yang tinggal di sekitar tujuh RPTRA di Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakara Selatan.

Seperti, membuat kelas online yang bertujuan untuk memotivasi anak dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Save the Children Indonesia juga memberikan edukasi kepada anak dan orangtua tentang bagaimana beradaptasi pada situasi sulit yang dialami seperti saat ini.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved