PPKM Darurat

Kisah Para Sopir Bajaj: Triple Kill PPKM Darurat, Penghasilan Menghilang, Bansos pun Tak Dapat

Kisah para sopir bajaj yang ditemui Wartakotalive.com mengaku penghasilannya menghilang selama PPKM darurat, sudah begitu mereka tidak menerima bansos

Wartakotalive.com/Muhamad Fajar Riyandanu
Foto dari Kiri: Subkhi, Yanto, Basuki, para sopir bajaj saat ditemui di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur, pada Rabu (7/7/2021) 

Pria asal Purworejo, Jawa tengah ini juga bercerita, pemilik dari bajaj yang ia sewa memberi kesempatan kepada para sopir bajaj untuk membayar setoran secara dicicil.

“Nanti kalau penghasilan sudah normal ya dicicil. Rp 10.000, Rp 20.000.  Yang penting faktor utama itu kita bertanggung jawab,” ujar Basuki.

Setoran yang tak kunjung mencapai target juga dirasakan oleh Yanto.

Pada hari minggu, 4 Juli lalu, Yanto dipanggil oleh pemilik bajaj. Ia ditanya soal kapan sanggup membayar tunggakan setoran.

“Kok banyak banget bos? Gak terasa. Jadi kapan bayarnya? Nanti aja bos kalau keadaannya sudah normal lagi. Nanti saya cicil tiap minggu. Utamakan kirim anak dulu, bos,” ungkap Yanto.

Di tengah situasi yang tak menentu, mereka tetap bersyukur. Mereka sering mendapat makan dari masyarakat.

“Kadang-kadang ada yang ngasih nasi. Bawa mobil atau motor,” cerita Subkhi.

Mereka lebih sering menerima bantuan dari sesama rakyat ketimbang bantuan pemerintah.

Dari tiga orang sopir bajaj itu, hanya Basuki yang menerima bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.

Yanto dan Subkhi sama sekali belum pernah menerima bansos  

"Nggak dapat. Kemarin kondisinya untuk dapat bansos harus pakai surat pindahan dulu, dari kampung ke DKI. Saya gak ada,” papar Yanto.

Hal serupa juga menimpa Subkhi, ia tidak mendapat bansos karena statusnya yang pendatang.

“Enggak dapat. KTP saya alamat kampung. Yang dapat itu kan yang punya rumah, saya di sini cuma ngontrak,” beber Subkhi.

Sebelum menjadi sopir bajaj, Yanto bekerja di sebuah usaha katering. Di sana, ia bekerja selama empat tahun.

“Saya di bajaj baru tiga tahun,” kata pria yang sudah tiga tahun tidak pulang ke kampung halaman tersebut.

Yanto diminta keluar dari usaha jasa katering karena pemutusan hubungan kerja.

Nasib serupa juga menimpa Basuki, ia juga diminta keluar dari tempat dulu ia bekerja. Basuki dulu adalah sopir travel antarkota dan provinsi.

“Saya kurang lebih tiga tahun di bajaj,” ujar Basuki.

Lain cerita dengan Subkhi, ia bisa dibilang sudah veteran sebagai sopir bajaj.

“Saya 31 tahun di bajaj. Dari tahun 1990. Umur 15 tahun lah udah narik bajaj,” ujar Subkhi.

Di antara sorot lampu kendaraan bermotor, wajah mereka tampak lelah. Rencananya, mereka akan pulang pada pukul 21.00 WIB.

Suasana malam di Jalan Slamet Riyadi, Matraman mulai sepi. Mobil dan motor yang lewat melaju dengan cepat.

Kondisi jalan tersebut kosong. Hanya ada tiga buah bajaj, satu sepeda motor, dan empat orang manusia (m29).

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved