PPKM Darurat

Kisah Para Sopir Bajaj: Triple Kill PPKM Darurat, Penghasilan Menghilang, Bansos pun Tak Dapat

Kisah para sopir bajaj yang ditemui Wartakotalive.com mengaku penghasilannya menghilang selama PPKM darurat, sudah begitu mereka tidak menerima bansos

Wartakotalive.com/Muhamad Fajar Riyandanu
Foto dari Kiri: Subkhi, Yanto, Basuki, para sopir bajaj saat ditemui di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur, pada Rabu (7/7/2021) 

Hal yang sama juga dirasakan oleh Basuki dan Subkhi. Sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB, Basuki hanya mendapat tiga kali order.

Masing-masing bernilai Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 15.000.

Sementara Subkhi, selama sehari ini hanya mendapat dua penumpang dengan total jumlah penghasilan sejumlah Rp 30.000.

Yanto, Basuki, Subkhi menetap di satu wilayah yang sama. Mereka tinggal di daerah Bukit Duri, Jakarta Selatan.

Tiga unit bajaj terparkir di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur pada Kamis (8/7/2021) malam menunggu penumpang di jalanan yang sepi.
Tiga unit bajaj terparkir di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur pada Kamis (8/7/2021) malam menunggu penumpang di jalanan yang sepi. (Wartakotalive.com/Muhamad Fajar Riyandanu)

“Jadi satu blok tapi lain kontrakan. Subkhi di ujung, saya di tengah, Basuki di pojok,” jelas Yanto.

Dari ketiga sopir bajaj ini, hanya Basuki yang tinggal bersama anak dan istri.

Yanto dan Subkhi menetap sendirian. Anak dan istri mereka tinggal di Tegal.

Selama pelaksanaan PPKM darurat, mereka bertiga mengalami sejumlah masalah yang sama.

Beberapa di antara masalah tersebut meliputi sulitnya membayar setoran harian dan penghasilan yang menurun.

Bagi Yanto dan Subkhi, mereka kesulitan untuk mengirim uang ke anak dan istrinya di kampung.

“Sudah tiga bulan ini belum bisa kirim uang. Mertua udah nanyain aja, mana kirimannya buat anak. Kasian,” ucap Yanto, menirukan ucapan mertuanya.

Di kampung halaman, Yanto memiliki dua orang anak. Satu laki-laki, satu perempuan.

Anak yang paling besar saat ini sudah menginjak bangku kelas 1 SMP, sementara anak nomer dua sudah duduk di kelas 6 SD.

Seperti halnya Yanto, Subkhi juga memiliki dua orang anak yang seluruhnya tinggal di Tegal.

“Sekarang susah, duitnya buat makan dan nalangin kerusakan bajaj aja gak ada, apalagi buat kirim ke kampung. Ini sudah 10 bulan belum pulang ke Tegal. Jadi Bang Toyib. Lebaran di sini,” keluh Subkhi, dengan nada tawa.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved