Berita Nasional
Pameran Lukisan Bertajuk ‘Literasi Lukisan Menjawab Pandemi’ Digelar di Jakarta
Pameran bertemakan Literasi Lukisan Menjawab Pandemi ini digelar di Ruang Gallery Perpustakaan Nasional RI Lt. 4, dan berlangsung hingga 10 Juni
Ia menginfokan pula bahwa jumlah koleksi digital yang terdata dalam website khastara.perpusnas.go.id, antara lain 1.460 naskah kuno, 227 judul buku langka, 1.548 judul pada koleksi peta, 5.712 judul pada koleksi foto, gambar, dan lukisan, serta 112 judul untuk koleksi majalah dan surat kabar langka.
“Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional RI yang berada di Jalan Merdeka Selatan No 11, tidak statis hanya untuk dikunjungi atau aktivitas pemustaka.
Ada area pameran, studio musik, teater, teater mini, hingga ruang diskusi yang bisa dimanfaatkan oleh pemustaka,” ajak Muhammad Syarif Bando.
Baca juga: Perpusnas Gelar Workshop Konservasi Bahan Perpustakaan dan Naskah Kuno
Syafruddin Nisyam dalam sesi yang sama menceritakan bahwa pandemi Corona takan bisa menyurutkan semangat manusia di dunia untuk tertunduk lesu, meratapi nasib.
Ini adalah tantangan yang jarang ada, yang sejatinya membuat manusia bisa berkarya dengan banyak cara.
Ia mencontohkan dirinya sendiri yang pada saat melakukan aktivitas WFH, sebagai salah Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi di Kementerian Sekretariat Kabinet RI, tetap melakukan berbagai aktivitas produktif. Termasuk membuat puisi, memelihara anggrek, menulis novel dan buku hingga menghasilkan 74 karya lukis yang dipamerkan ini.
“Ini untuk mendorong anak-anak muda serta diri saya untuk ‘Ayo, kita bisa melakukan sesuatu’,” katanya.
Dari ke-74 lukisan karya Syafruddin Nisyam ini, ia mengambil berbagai tema sosial budaya dan kemasyarakatan yang kurang lebih terjadi dalam situasi pandemi ini.
Ada goresan yang menggambarkan kecantikan pemandangan Indonesia, sampai pada peristiwa pilu tenggelamnya KRI Nanggala 402 tak luput dari sapuan kuasnya.
“Begitu saya lihat di tivi, dan ada dorongan di perasaan saya, saya tuangkan dalam lukisan,” sambungnya.
Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP, Wakil Ketua Komisi X DPR RI juga memberi dorongan besar untuk seni lukis dalam bingkai literasi ini. Ia menjabarkan bahwa seni memiliki nilai ekonomi, dimana industri seni dan kreatif mendukung pembangunan berkelanjutan dan membuka kesempatan kerja yang inklusif.
“Di seluruh dunia, sektor ini berkontribusi terhadap US$250 milyar penghasilan per tahun, serta membuka 29.5 juta pekerjaan,” katanya.
Baca juga: Galeri Nasional Indonesia Kembali Dibuka dan Gelar Pameran Tetap untuk Umum
Di kontekskan dalam momen pandemi kali ini, Hetifah juga melihat seni berdampak positif kepada kesehatan mental masyarakat sehingga meningkatkan kebahagiaan.
Beberapa perguruan tinggi dan organisasi telah melakukan terapi seni kepada anak-anak korban bencana di Aceh, Padang, Palu, diantaranya ITB dan UGM.
“Pengembangan terapi seni untuk anak lebih menekankan kepada melukis dan menggambar. Terapi ini cukup berhasil untuk memulihkan kembali (recovery) kondisi psikis mereka pasca Tsunami. Seni memang memiliki efek katarsis (pelepasan stress), sehingga sangat efektif dalam trauma healing,” sambung dia.