Warta Bisnis
Sri Mulyani Diingatkan Jangan Malu pada Rakyat Apalagi Sampai Sembunyikan Defisit APBN
Solusinya adalah fokus saja memperkecil defisit, tidak perlu bawa perasaan dengan kritik dari publik.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dinilai tidak perlu berusaha menyembunyikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lagi apapun hasilnya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, solusinya adalah fokus saja memperkecil defisit, tidak perlu bawa perasaan dengan kritik dari publik.
"Solusi untuk kecilkan defisit APBN dengan lakukan pemangkasan belanja ke sektor yang birokratis yakni belanja barang dan belanja pegawai," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Senin (26/4/2021).
Baca juga: Lampaui Target, Mitsubishi Mampu Jual 980 Mobil selama Gelaran IIMS Hybrid 2021
Baca juga: Sri Mulyani Disebut Berusaha Sembunyikan Defisit APBN, Ekonom Soroti Transparansi Menkeu
Kemudian, Bhima menyarankan, menkeu juga bisa memangkas pos belanja pembayaran bunga utang dengan negosiasi ulang atau renegosiasi.
"Caranya pemerintah bisa renegosiasi utang dengan kreditur bilateral atau multilateral. Intinya minta pengurangan bunga utang, bahkan penghapusan pokok utang," katanya.
Solusi berikutnya, dia menambahkan, yaitu soal menaikkan rasio pajak yang saat ini cuma 8 persen atau terendah dalam 8 tahun terakhir.
Baca juga: GAWAT, Defisit APBN Sudah Tembus Rp 144,2 Triliun hingga Maret 2021
"Mau tidak mau rasio pajak harus naik dengan cara insentif pajak dikaji ulang, misalnya bagi-bagi diskon tarif PPH Badan dievaluasi lagi. Naikkan rasio pajak bisa juga dengan mendorong penyidikan terhadap pengemplang pajak korporasi kakap, ini masalah political will saja," pungkas Bhima.
Dibela staf khusus
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menanggapi cuitan Rizal Ramli terkait Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sempat menyembunyikan kenaikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode Januari hingga Maret 2021.
Yustinus menjelaskan, Ekonom senior yang juga mantan menteri keuangan era Gus Dur itu terbawa nafsu dalam menyerang Sri Mulyani.
"Tak sulit menanggapi Pak Rizal Ramli. Anda yang termakan framing dan terburu nafsu menyerang Menkeu," ujarnya melalui akun Twitter @prastow, Jumat (23/4/2021).
Baca juga: GAWAT, Defisit APBN Sudah Tembus Rp 144,2 Triliun hingga Maret 2021
Baca juga: Kemenkominfo Blokir 44 Konten Ujaran Kebencian Jozeph Paul Zhang di Media Sosial
Menurut dia, kenaikan defisit sebesar 89,7 persen pada Januari hingga Maret 2021 tersebut dibanding periode sama tahun lalu tidak relevan.
Sebab, Yustinus menjelaskan, Indonesia belum kena dampak pandemi Covid-19 pada kuartal I tahun lalu, sehingga wajar saja minusnya dalam periode di tahun ini.
"Membandingkan kuartal I 2020 (belum pandemi) vs kuartal I 2021 (pandemi) jelas bedanya adalah pendapatan negara 2020 masih tinggi, belanja 2021 lebih tinggi. Defisit 2020 6,09 persen, target 2021 5,70 persen, jelas," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Rizal Ramli menilai, Menkeu Sri Mulyani sebagai bendahara negara tidak menjalankan fungsi transparansi karena berusaha menyembunyikan defisit APBN.
Baca juga: Meninggal karena Sakit, Begini Kenangan Semasa Hidup dan Sajak Fenomenal Radhar Panca Dahana
Baca juga: Polisi Bongkar Investasi Kripto Ilegal, 57.000 Orang Jadi Korban, Kerugian Mencapai Rp500 Miliar