Vaksinasi Covid19

Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Inisiatif Sendiri Jadi Relawan Vaksin Nusantara Gagasan Terawan

Setelah Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, kini mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari juga menjadi relawan untuk Vaksin Nusantara.

Penulis: Junianto Hamonangan |
kompas.com
Atas inisiatifnya sendiri, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menjadi satu dari sekian orang yang menjadi relawan Vaksin Nusantara. Foto dok: Siti Fadilah Supari, mantan Menteri Kesehatan, yang memprotes WHO terkait virus Flu Burung. 

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH -- Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menjadi satu dari sekian orang yang menjadi relawan untuk Vaksin Nusantara. 

Langkahnya itu bagian dari inisiatifnya sendiri untuk mendukung apa yang dilakukan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto

“Aku ikut jadi relawan, inisiatif. Saya yang minta karena pengin tahu. Saya ikut karena pengin tahu hasilnya seperti apa ya,” ujar Siti, Jumat (16/4/2021) malam. 

Wanita yang kini berusia 71 tahun tersebut ingin mengetahui seperti apa hasil penelitian dari dokter Terawan  terkait dengan Vaksin Nusantara. 

“Saya pengen tahu banget makanya pengen jadi relawan, sampai mentok, akhirnya seperti apa,” kata Siti. 

Penelitian seperti yang dilakukan Terawan tidak melulu berbicara mengenai hasil, tapi juga proses yang harus dilalui untuk mendapatkannya. 

Baca juga: Tetap Tak Beri Izin Uji Klinis Tahap Dua, Kepala BPOM Ogah Komentari Vaksin Nusantara Lagi

Baca juga: Abaikan Kaidah Sains dan Tak Taat Aturan, Epidemiolog Minta Pengembangan Vaksin Nusantara Dihentikan

“Makanya saya mendukung dia supaya nggak putus asa,” sambung Siti.

Gatot Nurmantyo Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Nusantara

Sebelumnya, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo ikut menjadi relawan uji klinis vaksin Covid-19 Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Gatot tampak hadir untuk pengambilan sampel darah di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Gatot mengaku Terawan menawari dirinya menjadi relawan uji klinis vaksin Nusantara.

Baca juga: Jokowi Teken Keppres 7/2021, Cuti Bersama ASN Tahun Ini Cuma Dua Hari

"Begini, saya ini lahir di sini, makan di sini minum di sini, diberi ilmu dan dididik seorang prajurit di Bumi Pertiwi."

"Kemudian ada hasil karya putra Indonesia yang terbaik, kemudian uji klinik, kenapa tidak?"

"Apa pun saya lakukan untuk bangsa dan negara ini," kata Gatot di lokasi.

Baca juga: Barang Bukti Suap Pajak Dibawa Kabur Truk, Boyamin Saiman Mau Laporkan Sumber Kebocoran ke Dewas KPK

Gatot tidak mempermasalahkan meski Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum merestui vaksin Nusantara dilanjutkan ke uji klinis fase II.

Dia menegaskan akan mendukung setiap produk yang diciptakan anak bangsa.

"Saya tidak tahu ada izin atau tidak, tapi saya ditawari untuk jadi uji klinik saya siap," ucapnya.

Baca juga: Tuding Guru SD yang Ditembak Mati Mata-mata TNI-Polri, OPM: Kami Tidak Sembarang Tembak

Gatot mengungkapkan, dirinya belum menerima vaksin Nusantara, melainkan baru pengambilan sampel darah untuk diambil sel dendritiknya.

Dia meyakini, seluruh dunia akan mengikuti cara pembuatan vaksin yang digagas Terawan.

"Belum disuntik, diambil darahnya dulu, mudah-mudahan ini yang terbaik."

Baca juga: Polisi Terlibat Penyalahgunaan Narkoba, Kapolri: Kalau Sudah Tidak Bisa Dibina, Binasakan Saja

"Ingat kata-kata saya, dua tahun yang akan datang VVIP seluruh dunia pasti menggunakan cara seperti ini, mudah-mudahan benar," harapnya.

Selain Gatot, sejumlah anggota DPR juga mendatangi RSPAD untuk menjalani proses vaksinasi menggunakan vaksin Nusantara.

Proses pertama penggunaan vaksin Nusantara adalah dengan mengambil darah dari tubuh seorang subyek atau pasien.

Baca juga: Firli Bahuri: Masih Banyak Orang Baik, yang Ditangkap KPK karena Korupsi Tidak Lebih dari 1.550

Selanjutnya darah itu akan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan antara sel darah putih dan sel dendritik (sel pertahanan, bagian dari sel darah putih).

Sel dendritik ini akan dipertemukan dengan rekombinan antigen di laboratorium, sehingga memiliki kemampuan untuk mengenali virus penyebab Covid-19 SARS-CoV-2.

Kemudian setelah sel berhasil dikenalkan dengan Covid-19, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh subyek atau pasien (yang sama) dalam bentuk vaksin.

Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 RI 13 April 2021: Dosis Pertama 10.373.963, Suntikan Kedua 5.431.997

Dengan ini, pasien diharapkan memiliki kekebalan atau antibodi yang baik dalam melawan Covid-19.

Dari proses pengambilan darah, laboratorium, hingga akhirnya menjadi vaksin yang siap disuntikkan, diperlukan waktu satu minggu.

Sebelumnya, vaksin Nusantara yang digagas Terawan belum bisa lanjut ke tahap uji klinis fase II, oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Tambah Jadi 9, Tetap di Papua, Nias, dan Maluku

Dokumen hasil pemeriksaan tim BPOM menunjukkan berbagai kejanggalan penelitian vaksin.

Misalnya, tidak ada validasi dan standardisasi terhadap metode pengujian.

Hasil penelitian pun berbeda-beda, dengan alat ukur yang tak sama.

Baca juga: Arief Poyuono Ungkap Dugaan Jual Beli Jabatan di Kemendes PDTT, Minimal Rp 1 Miliar untuk Eselon I

Selain itu, produk vaksin tidak dibuat dalam kondisi steril.

Catatan lain adalah antigen yang digunakan dalam penelitian tidak terjamin steril dan hanya boleh digunakan untuk riset laboratorium, bukan untuk manusia.

Tertulis dalam dokumen tersebut, BPOM menyatakan hasil penelitian tidak dapat diterima validitasnya.

Baca juga: Gatot Nurmantyo Tokoh Oposisi yang Layak Jadi Presiden Versi Survei KedaiKOPI, Juga Rocky Gerung

Dalam bagian lain dokumen disebutkan, uji klinis terhadap subjek warga negara Indonesia dilakukan oleh peneliti asing yang tidak dapat menunjukkan izin penelitian.

Bukan hanya peneliti, semua komponen utama pembuatan vaksin Nusantara pun diimpor dari Amerika Serikat.

"Bahwa ada komponen yang betul-betul komponen impor dan itu tidak murah."

"Plus ada satu lagi, pada saat pendalaman didapatkan antigen yang digunakan, tidak dalam kualitas mutu untuk masuk dalam tubuh manusia," beber Kepala BPOM Penny Lukito, dalam rapat dengar dengan Komisi IX DPR yang disiarkan secara daring, Kamis (8/4/2021).

Update Vaksinasi

Sejak program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 2021, pemerintah sudah menyuntikkan dosis pertama kepada 10.373.963 (25,66%) penduduk hingga Selasa (13/4/2021).

Sedangkan dosis kedua sudah diberikan kepada 5.431.997 (11,27%) orang.

Dikutip dari laman kemkes.go.id, rencana sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia adalah 181.554.465 penduduk yang berumur di atas 18 tahun.

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Bertambah Jadi 11, Bali Mendominasi

Hal ini untuk mencapai tujuan timbulnya kekebalan kelompok (herd immunity).

Karena ketersediaan jumlah vaksin Covid-19 bertahap, maka dilakukan penahapan sasaran vaksinasi.

Untuk tahap pertama, vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Tambah Jadi 9, Tetap di Papua, Nias, dan Maluku

Yang meliputi tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Berdasarkan pendataan yang dilakukan sampai saat ini, jumlah SDM Kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 adalah 1.468.764 orang, sedangkan populasi vaksinasi sebanyak 12.552.001 orang.

Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 12 April 2021, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:

DKI JAKARTA

Jumlah Kasus: 393.290 (25.8%)

JAWA BARAT

Jumlah Kasus: 260.048 (8.9%)

JAWA TENGAH

Jumlah Kasus: 174.457 (8.4%)

JAWA TIMUR

Jumlah Kasus: 142.805 (12.7%)

KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Kasus: 65.701 (3.5%)

SULAWESI SELATAN

Jumlah Kasus: 60.713 (4.4%)

BANTEN

Jumlah Kasus: 45.333 (2.3%)

BALI

Jumlah Kasus: 41.903 (2.8%)

RIAU

Jumlah Kasus: 37.141 (3.6%)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Kasus: 35.716 (0.9%)

SUMATERA BARAT

Jumlah Kasus: 33.126 (3.6%)

KALIMANTAN SELATAN

Jumlah Kasus: 30.479 (2.8%)

SUMATERA UTARA

Jumlah Kasus: 28.220 (3.2%)

PAPUA

Jumlah Kasus: 20.052 (2.2%)

SUMATERA SELATAN

Jumlah Kasus: 18.566 (1.9%)

KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Kasus: 18.354 (1.1%)

SULAWESI UTARA

Jumlah Kasus: 15.430 (1.3%)

LAMPUNG

Jumlah Kasus: 14.578 (0.5%)

NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah Kasus: 12.842 (0.2%)

SULAWESI TENGAH

Jumlah Kasus: 11.579 (0.2%)

KALIMANTAN UTARA

Jumlah Kasus: 11.398 (0.2%)

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jumlah Kasus: 10.373 (0.1%)

SULAWESI TENGGARA

Jumlah Kasus: 10.319 (1.2%)

ACEH

Jumlah Kasus: 10.106 (1.8%)

NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Kasus: 9.867 (1.0%)

KEPULAUAN RIAU

Jumlah Kasus: 9.586 (1.0%)

PAPUA BARAT

Jumlah Kasus: 8.543 (1.0%)

MALUKU

Jumlah Kasus: 7.435 (0.9%)

JAMBI

Jumlah Kasus: 6.645 (0.3%)

KALIMANTAN BARAT

Jumlah Kasus: 6.413 (0.4%)

BENGKULU

Jumlah Kasus: 5.801 (0.3%)

SULAWESI BARAT

Jumlah Kasus: 5.390 (0.2%)

GORONTALO

Jumlah Kasus: 5.258 (0.7%)

MALUKU UTARA

Jumlah Kasus: 4.357 (0.5%). (jhs/Chaerul Umam)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved