Aksi Terorisme

Protes Rizieq Shihab Ditangkap, Terduga Teroris Ini Bikin Rencana Ledakkan SPBU Pertamina

Dalam video yang diterima awak media, awalnya Aljufri mengaku sebagai simpatisan FPI sejak 2019.

Tribunnews.com
Ilustrasi: Nabil Aljufri, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri, terlibat dalam pembuatan bom aseton peroksida (TATP). 

Untuk itu, kata Ahmad, radikalisme terorisme mengatasnamakan agama adalah cermin dari krisis spritual dalam beragama.

Ia pun menegaskan aksi terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apa pun, baik kejadian di Gereja Katedral Makassar maupun di Mabes Polri Jakarta.

Namun demikian, kata Ahmad, aksi teror tersebut terkait dengan pemahaman dan cara beragama umatnya, dan biasanya didominasi dengan umat beragama yang menjadi mayoritas di suatu wilayah.

Baca juga: Jokowi: Tidak Ada Tempat Bagi Terorisme di Tanah Air

"Jadi sekali lagi kita harus samakan persepsi, kita harus fair dalam hal ini."

"Sekali lagi ini tidak ada kaitannya dengan agama apa pun, tapi sangat terkait dengan pemahaman, cara beragama, umat beragama, dalam konteks ini Islam," jelas Ahmad.

Ahmad Nurwakhid juga mengatakan, radikalisme banyak menjangkiti generasi milenial.

Baca juga: Pemerintah Tolak Sahkan Hasil KLB Partai Demokrat, Relawan Jokowi: AHY Harusnya Malu dan Minta Maaf

Hal itu berdasarkan tingkat keterpaparannya, dibandingkan generasi Z yang berusia 14-19 tahun, dan generasi X yang berusia 40 tahun ke atas.

Ahmad mengatakan, radikalisme banyak menjangkiti mereka yang berusia 20-39 tahun, karena beberapa faktor.

Baca juga: Tembak Mati Terduga Teroris Zakiah Aini, Polri: Awalnya Ingin Melumpuhkan

Pertama, karena generasi milenial ada di masa pertumbuhan yang tingkat kedewasaannya masih proses pembentukan, dan masih mencari jati diri.

Selain itu, kata dia, emosi mereka belum stabil dan senang dengan tantangan.

Selain itu, kata Ahmad, kecenderungan semangat keagamaan mereka tinggi.

Baca juga: Wujud Kontribusi Lestarikan Lingkungan, MSIG Indonesia Dukung Toyota EV Smart Mobility Project

"Ini mudah sekali keterpaparannya, apalagi dengan maraknya atau fenomena dunia maya."

"Apalagi tentu saja generasi milenial yang banyak menggunakan fasilitas dunia maya ini," kata Ahmad ketika berbincang dengan Tribun Network, di kantor redaksi Tribunnews, Jakarta, Kamis (1/4/2021).

Untuk itu, kata dia, BNPT telah membuat sejumlah strategi pencegahan pemaparan radikalisme terhadap mereka.

Baca juga: Sri Mulyani: 70 Persen Rakyat Indonesia Diprediksi Bergaji Rp 28 Juta per Bulan pada 2045

Di antaranya dengan menguatkan dan melibatkan secara aktif dan produktif civil society moderat, tokoh agama, dan civitas academic.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved