Aksi Terorisme

Satu dari Dua Anak Buah Ali Kalora Diduga Tewas Kena Bom Rakitan Sendiri

Dua orang tewas dalam insiden itu, dan satu di antaranya diduga tewas karena terkena bom sendiri.

Polri
Polri merilis selebaran daftar pencarian orang (DPO) kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora, terlibat baku tembak dengan Satgas Madago Raya.

Dua orang tewas dalam insiden itu, dan satu di antaranya diduga tewas karena terkena bom sendiri.

Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Didik Supranato mengatakan, anak buah Ali Kalora yang tewas diduga terkena bom yang dibawanya sendiri, bernama Khoirul.

Baca juga: DAFTAR Terbaru 16 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Bali Terbanyak, Jakarta Nihil

"Si Khoirul membawa bom rakitan dan ini meledak."

"Jadi mereka kena ledakannya sendiri. Jadi mereka luka kena ledakan."

"Ada beberapa luka karena bom yang dibawanya," kata Didik kepada wartawan, Selasa (2/3/2021).

Baca juga: KRONOLOGI Baku Tembak Satgas Madago Raya dengan Ali Kalora Cs, Disergap Saat Hendak Ambil Logistik

Namun begitu, Didik menyampaikan pihaknya belum mengetahui secara pasti bom yang digunakan oleh Khoirul.

"Kita belum tahu, pasti rakitan karena kan luka-luka bakar."

"Tujuannya pasti untuk ke personel TNI/Polri. Cuma kena dia sendiri," jelasnya.

Baca juga: Kenapa Penyintas Covid-19 Baru Bisa Divaksin Setelah 3 Bulan Sembuh? Ini Penjelasannya

Sedangkan anak buah Ali Kalora lainnya bernama Alfin, tewas karena tertembak, saat kontak senjata dengan Satgas Madago Raya.

"Jadi yang satu Si Alfin ini kan luka tembak karena kontak senjata."

"Sekarang satgas masih melakukan pengejaran sisa-sisa dari kelompok MIT yang ada di Poso."

"Ini kan masih ada 11. kemudian, tertangkap dua yang kemarin ini. Jadi masih ada 9 orang," bebernya.

Kronologi

Satgas Madago Raya terlibat baku tembak dengan kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

Insiden berawal saat kelompok pimpinan Ali Kalora itu hendak mengambil bahan makanan.

Ketika itu, kelompok Ali Kalora Cs tengah akan mengambil makanan atau logistik dari seorang kurir di wilayah pegunungan Andole, Poso, Pesisir Utara, Senin 1 Maret 2021 sekitar pukul 18.20 WIB.

Baca juga: Satgas Madago Raya Kontak Tembak dengan Kelompok MIT, 2 Orang Tewas, Ali Kalora Lolos

Namun, Satgas Madago Raya telah terlebih dahulu mengendus gerak-gerik pelaku.

Alhasil, keduanya pun terlibat kontak tembak yang berujung tewasnya 2 anggota kelompok Ali Kalora Cs.

"Jadi berdasarkan informasi, mereka ini mau mengambil bahan makanan dari kurir."

Baca juga: Nurdin Abdullah Korupsi, PSI: Meneguhkan Anggapan Politik Berprestasi dan Bersih Sulit Diwujudkan

"Kemudian dilakukan penyergapan, hasilnya dari tim Madago Raya ini ada terjadi kontak tembak," kata Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Didik Supranato kepada wartawan, Selasa (2/3/2021).

Namun, Didik tidak menjelaskan lebih lanjut soal identitas kurir yang menyuplai logistik kepada Ali Kalora Cs.

Dia hanya bilang kurir tersebut menyimpan logistik ke titik lokasi yang ditentukan.

Baca juga: SBY Dibilang Tak Berdarah-darah Besarkan Partai, Demokrat: Yang Ngomong Tinggal di Planet Mars

"Mereka ada kurirnya yang rencana mau naik, mau ambil makanan."

"Tapi sebelum itu sudah dilakukan penyatronan, mereka kan punya titik tertentu."

"Tidak naik gunung, artinya ada titik tertentu yang sudah disepakati untuk mereka mengambil."

Baca juga: Baiq Nuril Hingga Ahmad Dhani Dihadirkan untuk Dimintai Pendapat Soal UU ITE

"Informasi ini yang kami peroleh dari Satgas," paparnya.

Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, Satgas Madago Raya terlibat kontak tembak dengan kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso alias kelompok Ali Kalora Cs, Senin (1/3/2021).

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Didik Supranato menyatakan, dua orang yang tergabung dalam kelompok Ali Kalora Cs, tewas dalam baku tembak tersebut.

"Iya betul, yang (tewas) satu atas nama Alvin, yang satu atas nama Khairul," kata Kombes Didik kepada wartawan, Selasa (2/3/2021).

Baca juga: Nurdin Abdullah Bantah Korupsi Sampai Sebut Nama Tuhan, KPK: Itu Hal Biasa, Kami Punya Bukti

Didik menjelaskan, kontak tembak terjadi di sekitar pegunungan Andole, Poso, Pesisir Utara, sekitar pukul 18.20 WIB pada Senin 1 Maret 2021.

Dalam kontak tembak itu, pimpinan MIT Ali Kalora juga dikabarkan berada di tempat tersebut.

Namun, dia bersama kawanannya melarikan diri usai terdesak TNI-Polri.

Baca juga: Bantah Ada Konsultasi dengan Bareskrim Saat Laporkan Jokowi, GPI: Mereka Tak Mau Debat

"Iya, informasinya demikian (ada Ali Kalora)."

"Cuma Satgas Madago Raya masih dilakukan pengejaran untuk yang lain di sekitar Poso Pesisir Utara," jelasnya.

Hingga kini, jenazah dua anggota kelompok MIT telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan proses autopsi.

Baca juga: Senior Demokrat: SBY Bukan Pendiri Partai, Tidak Terlibat Sama Sekali Apalagi Berdarah-darah

Satgas Madago Raya juga menyita sejumlah barang bukti dalam baku tembak tersebut.

Di antaranya, amunisi laras panjang, bahan makanan, sayur mayur, jam tangan, GPS, dan perlengkapan lainnya.

Anggaran Besar Hasil Tak Memuaskan

Asops Kapolri Irjen Imam Sugianto meminta personel Operasi Tinombala di Sulawesi Tengah dan Nemangkawi di Papua, harus membuat perubahan radikal dalam bertugas.

Menurutnya, operasi tersebut menyerap anggaran yang cukup signifikan. Namun, efisiensi operasi tersebut masih dipertanyakan.

"Yang jadi perhatian ini khususnya di 2020 itu Operasi Tinombala dan Nemangkawi."

Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Ubah Sandi Operasi Tinombala Jadi Madago Raya, Ini Maknanya

"Ini yang betul-betul mohon rekan Kapolda senior, Kapolda Sulteng dan Papua itu betul-betul menjadi perhatian khusus."

"Karena ini betul-betul menyerap biaya yang cukup tinggi," kata Imam dalam rapat pimpinan (Rapim) Polri 2021, Rabu (17/2/2021).

Imam meminta personel yang bertugas dalam Operasi Tinombala dan Nemangkawi, segera mengevaluasi setiap perencanaan dalam kegiatannya tersebut.

Baca juga: DAFTAR Terbaru 44 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jawa Tengah Masih Dominan, Jakarta Ada 5

"Tolong dievaluasi dengan hasil yang dicapai."

"Kalau memang hasilnya tidak signifikan dengan perencanaan dan anggaran yang sudah kita alokasikan, mohon buat perubahan-perubahan yang radikal."

"Sehingga target operasi yang harusnya di 2020 itu bisa kita capai, itu bisa kita wujudkan di 2021 ini," pintanya.

Ubah Nama

Polri mengubah nama atau sandi satuan tugas (Satgas) Tinombala menjadi Operasi Madago Raya.

Perubahan nama itu dimulai pada Rabu (17/2/2021) hari ini.

Menurut Asisten Operasi Kapolri Irjen Imam Sugianto, perubahan nama itu atas instruksi langsung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dalam rapat pimpinan (Rapim) Polri 2021.

Baca juga: Makin Banyak Masyarakat Saling Lapor ke Polisi, Jokowi Bakal Minta DRR Revisi UU ITE

"Operasi Tinombala 2020 yang sekarang sudah berupa menjadi sandinya."

"Yaitu menjadi operasi Madago Raya dan mohon mulai disosialisasikan," kata Imam dalam Rapim Polri 2021, Rabu (17/2/2021).

Imam menyampaikan, satgas ini merupakan tim yang bertugas di wilayah Poso, Sulawesi Tengah.

Baca juga: Setuju Revisi UU ITE, Wakil Ketua DPR Sudah Jenuh dengan Pasal Pencemaran Nama Baik dan Penghinaan

Mereka bertugas memberantas jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Dalam paparannya, Madago Raya merupakan bahasa daerah Poso, yang secara umum artinya adalah baik hati dan dekat dengan masyarakat. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved