Alasan Nadiem Makarim Hapus UN: Luar Biasa Diskriminatif, Masa Depan Tergantung Tes 2-3 Jam
Asesmen nasional terdiri dari tiga bagian, yaitu asesmen kompetensi minimum (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar.
Berdasarkan data PISA, terjadi perbandingan yang sangat mencolok antara sekolah swasta dan sekolah negeri, khususnya di tingkat SMP dan SMA.
Mayoritas anak-anak dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi justru bersekolah di sekolah negeri.
Sementara, anak-anak dengan tingkat ekonomi lebih rendah justru ada di sekolah swasta.
Baca juga: Rizieq Shihab Cs Jadi Tersangka, Kuasa Hukum FPI Bakal Sambangi Polda Metro Jaya
Nadiem mengatakan, temuan PISA ini menjadi penanda gagalnya pemerintah dalam memberikan kesetaraan di bidang pendidikan.
Penyebabnya tak lain adalah sistem asesmen nasional yang masih menggunakan Ujian Nasional (UN).
"Semua yang tingkat ekonominya tinggi itu justru ada di sekolah negeri."
Baca juga: Imigrasi Terima Surat Pengajuan Pencekal Rizieq Shihab Cs dari Polisi Sejak 7 Desember 2020
"Semua yang ekonominya lebih rendah itu ada di sekolah swasta.
"Kenapa di sekolah negeri banyak yang dari tingkat ekonominya lebih tinggi?"
"itu karena UN."
Baca juga: Sebelum Jadi Tersangka, Rizieq Shihab Diklaim Janji Penuhi Panggilan Penyidik pada 14 Desember 2020
"Karena semua anak-anak yang nilai UN-nya lebih tinggi itu bisa masuk sekolah negeri," sambung eks bos Gojek itu.
Nadiem menyebut para peserta didik yang memperoleh nilai UN tinggi kebanyakan berasal dari keluarga mampu.
Orang tua daripada anak-anak itu secara finansial mampu memberikan program bimbingan belajar (bimbel).
Baca juga: Jelaskan Tugas Berantas Premanisme di Jakarta, Kapolda Pakai Analogi Gajah Mada dan Preman Kampung
"Anak-anak yang bisa dapat UN tinggi itu, anak-anak yang orang tuanya mampu mengikutkan bimbel bagi anaknya, untuk dapat nilai UN yang lebih tinggi," beber Nadiem.
Sementara, yang tidak punya uang untuk mengikuti program bimbel, kebanyakan gagal masuk sekolah negeri.
Mereka adalah para peserta didik yang berasal dari keluarga dengan perekonomian lebih rendah.
Baca juga: Banyak Pasien Belum Sembuh, Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia Naik Jadi 14,46 Persen