Warta Pendidikan

Di Kampus UMJ, Shaikh Mustafa Ceric Tegaskan Wasathiyah Islam Kunci Perdamaian Dunia

Mustafa juga mengatakan makna Qur’ani  mengenai umat Islam sebagai  ummatan wasatan  yaitu umat yang adil dan seimbang.

Editor: Feryanto Hadi
Dok UMJ
President of the World Bosniak Congress sekaligus Ketua Dewan Penasehat Internasional Poros Dunia Wasathiyah Islam, Shaikh Prof. Dr. Mustafa Ceric saat berceramah di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta 

 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- President of the World Bosniak Congress sekaligus Ketua Dewan Penasehat Internasional Poros Dunia Wasathiyah Islam, Shaikh Prof. Dr. Mustafa Ceric, menyampaikan ceramah agama, membahas “Wasathiyah Islam Jadi Kunci Perdamaian Dunia”.

Hal ini ditegaskan pada acara Hari Bermuhammadiyah ke-12 Spesial Milad 70 Tahun di Auditorium KH. Ahmad Azhar Basyir Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Rabu (12/11/2025).

Pada kesempatan tersebut, Mustafa menyampaikan bahwa prinsip Wasathiyah Islam tidak hanya bermakna “jalan tengah” atau “moderasi”, tetapi juga metodologi aktif untuk menyatukan perbedaan.

Di hadapan warga Muhammadiyah dan civitas academica UMJ, ia menegaskan bahwa nilai-nilai Qur’ani dan sejarah Islam dapat menjadi landasan untuk membangun perdamaian antar-umat beragama.

 “Kita dapat memanfaatkan hermeneutika Qur’ani  dan sejarah islam  untuk menyatukan perbedaan. Selain itu, wasathiyah Islam yaitu bukan hanya menjadi jalan tengah, melainkan juga dapat menjadi metodologi aktif yang dapat kita lakukan untuk menyatukan keberagaman, melalui cara itu kita dapat menjadi muslim yang bertoleransi dengan umat lainnya,” ujar Mustafa.

Baca juga: Pakar Kedokteran UMJ : Lonjakan Kasus ISPA di Jakarta Dipicu Perubahan Iklim dan Polusi Udara

Sebagai contoh, Mustafa mengangkat sejarah ketika umat Muslim dipercaya memegang kunci Gereja Makam Kudus di Yerusalem dan melindungi tempat-tempat suci umat Kristen di bawah pemerintahan Islam.

Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi simbol toleransi dan kepercayaan antarumat beragama yang telah terjaga selama berabad-abad.

Mustafa juga mengatakan makna Qur’ani  mengenai umat Islam sebagai  ummatan wasatan  yaitu umat yang adil dan seimbang.

 Sebagai penghubung berbagai agama, peradaban, dan pandangan dunia serta menegakan perdamaian sebagai amanah ilahi dan kewajiban sebagai umat manusia.

Baca juga: UMJ Ajak Guru Kuasai Kecerdasan Artifisial Tanpa Keluar dari Nilai Etika dan Agama

“Wasathiyah dalam kerangka kosmopolitanisme etis berarti bahwa nilai Islam memiliki sifat yang menyeluruh dan humanis, tidak hanya berlaku bagi diri sendiri dan sesama umat Islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Konsep ini mengajarkan pentingnya hidup dalam kedamaian, ketenteraman, serta menjauhkan diri dari segala bentuk pertikaian dan permusuhan, dengan menumbuhkan sikap saling menghargai, adil, dan berbelas kasih di tengah keberagaman,” ujarnya.

Pada akhir ceramahnya Mustafa menyampaikan bahwa sebagai umat beragama menerapkan wasathiyah pada abad ke-21 perlu merubah cara pandang.

Berawal dari etika menahan diri menuju etika keterlibatan, dari moderasi yang netral menjadi moderasi yang berperan aktif.

"Konteks etika menahan diri tertuju kepada nilai moral yang menekankan pentingnya menahan emosi atau melakukan tindakan yang tidak baik. Dari tahap awal tersebut menjadi etika keterlibatan yaitu etika yang aktif dan partisipatif untuk menciptakan kebaikan dan perdamaian," tutupnya.

Turut hadir Ketua Bidang Garapan Pustaka dan Kearsipan PP Persatuan Islam (PERSIS), Hadi Nur Ramadhan, S.Sos., M.Pd. Sekretaris Jenderal PB Al Jam’iyatul Washliyah, Dr. Ir. H. Amran Arifin, MM., MBA., Staf Ahli Mentri Bidang Talenta Mariman Darto, Jajaran Wakil Rektor UMJ, dekan, dosen, dan mahasiswa di lingkungan UMJ serta Pengurus Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah daerah Banten dan Jakarta.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved