Bisnis
50 Tahun, GGRP Ganti Logo, Ini Napak Tilas Tiga Pendiri hingga Raih Prestasi Industri Pipa Besi Baja
"Perubahan logo di tengah selebrasi 50 tahun berdiri, adalah bentuk rasa emosi dan optimisme...."
“Napak tilas keberhasilan GGRP mengukir prestasi bermula dari ambisi tiga pendirinya, Djamaluddin Tanoto, Kamaruddin dan Margareth Leroy..."
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dibangun dari ambisi untuk memproduksi baja berkualitas tinggi dari dalam negeri, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) tak berhenti menempa diri untuk terus berinovasi.
Semangat yang turun temurun sudah diwarisi oleh para founders dan kemudian tertuang kembali ke dalam selebrasi perubahan logo baru dan 50 tahun berdirinya PT Gunung Raja Paksi (GRP) dan Gunung Steel Group.
Selebrasi itu digelar pada Selasa, 20 Oktober 2020, di Hotel Holiday In, Cikarang Barat, Bekasi.
Baca juga: Inovasi Jadi Strategi Memperkuat Industri Baja Nasional dalam Percepatan Pengembangan Infrastruktur
Baca juga: VIDEO: Kemenperin Apresiasi PT Tata Logam Cikarang Tetap Ekspor 5000 Ton Lebih Baja Selama Pandemi
Napak tilas
Napak tilas keberhasilan GGRP mengukir prestasi bermula dari ambisi dari Djamaluddin Tanoto, Kamaruddin dan Margareth Leroy.
Ketiganya sepakat untuk menyatukan visi dan memulai langkah pertama mereka, mewujudkan mimpi dengan membangun sebuah pengolahan pabrik pipa besi dan baja di Kota Medan, Sumatera Utara, dengan nama PT. Gunung Gahapi.
Bermodalkan kecanggihan mesin Electric Arc Furnace (EAF) berkapasitas 5 Ton, perlahan pabrik kecil yang mereka miliki menyumbang kuantitas produsi pipa besi nasional meningkat pesat menjadi 500 Ton.
Langkah demi langkah terus diambil dengan penuh ketekunan dan perhitungan, hingga mereka membulatkan tekad untuk berani berekspansi ke Pulau Jawa dengan mendirikan pabrik PT Gunung Garuda di daerah Cikarang Barat pada 1986.
Baca juga: Thermos Shuttle Chef Thermal Cooker, Memasak Jadi Lebih Mudah dan Efisien, Ini Ragam Keunggulannya
Baca juga: OPPO Art Jakarta Virtual 2020, Pemeran Virtual Karya Seni Rupa, Tetap Bermakna di Tengah Pandemi
Semangat inovasi untuk terus berkarya kemudian mendorong para founders untuk melakukan observasi, mencari ilmu dan turut berpartisipasi dalam kegiatan industri besi baja dunia.
Di 1971, nama PT Gunung Garuda dan Indonesia perlahan mulai diperhitungkan perannya karena ikut berpartisipasi dalam pembentukan IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association) dan SEAISI (The South East Asian Iron and Steel Institute).
Baca juga: Hari Ini Meluncur, Mitsubishi Xpander Terbaru Masih Menyisakan Teka-Teki
Baca juga: Pfizer dan American College of Cardiology Hadirkan NCD Academy, Platform Edukasi Kedokteran Gratis
Dengan tekad dan ketekunan tinggi, para founders terus meningkatkan kapasitas produksi dan berinovasi membuat produk yang lebih beragam demi memenuhi berbagai kebutuhan baja yang semakin tinggi di era pembangunan dan perbaikan infrastruktur Indonesia.
Pada 1997, mereka kemudian membangun EAF berkapasitas 190 ton untuk memenuhi kebutuhan Steel Plate dan Hot Rolled Coil. Di 2014, keberlanjutan inovasi dan semangat membangun negeri ditunjukkan dengan tersedianya fasilitas Steel Melting Shop 2 (SMS2) yang didirikan untuk memproduksi Slab- yang merupakan bahan pembuatan Steel Plate dengan inovasi Blast Furnace yang masih dikembangkan sampai saat ini.
Baca juga: Antispasi Biaya Tak Terduga ketika Sakit, Sulanjena Daftarkan Keluarga Kecilnya Jadi Peserta JKN-KIS
Jadi GGRP
Baru di tahun 1990 lahirlah PT Gunung Naga Mas yang memproduksi Lembaran Baja yang terdiri dari Pelat dan Gulungan Baja hingga akhirnya di 1991 berganti nama menjadi PT Gunung Raja Paksi (GGRP).
Sejak itu nama GGRP berkibar di industri pipa besi baja.
Dengan keunggulan fasilitas normalizing dan ultrasonic test yang diresmikan di 2011, produk GGRP semakin diakui dunia.