Wawancara Eksklusif

Begini Strategi Bandara Soekarno-Hatta agar Penumpang Merasa Aman dari Covid-19 di Pesawat

Covid-19 di DKI Jakarta dan Tangerang Raya mengalami peningkatan tapi diklaim tak berimbas terhadap aktivitas penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta

Warta Kota/Andika Panduwinata
Wartawan Warta Kota (kiri) saat mewawancarai Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta, Agus Haryadi. 

Indikatornya sederhana. Kalau ada toilet yang terbuka, kira-kira HEPA belum terbuka. Nah, memang kalau kita lihat teknologi pesawat sekarang sangat berbeda dengan dulu.

Tahun 2000-an masih ada bau aroma yang tercium dari toilet, sekarang sudah tidak ada, karena HEPA beroperasi.

Bagaimana layanan PT AP2 di Bandara Soetta sekarang ini?
Layanan-layanan kami sesuaikan terutama model pelayanan yang berhadapan atau berinteraksi langsung. Kalau memang bisa dihindari, kami akan gunakan teknologi.

Transisi menuju new normal sekarang. Kalau dulu menyediakan petugas informasi, sekarang kami ganti dengan teknologi namanya Vika (video asisten).

Jadi kalau ada penumpang yang nanya, cukup pakai monitor untuk hindari kontak. Parkir juga tidak menggunakan tombol. Begitu juga lift dan sebagainya.

Geliat penerbangan mulai terasa, apa tidak khawatir akan menimbulkan klaster baru?
Ya Alhamdulilah sejauh ini kami kan bekerja berdasarkan SOP yang ada. Jadi otorirtas kesehatan dalam hal ini KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) juga melaksanakan SOP-nya.

Nah, selama 6 bulan ini kalau kita dengar ada klaster perkantoran, sekarang malah pindah ke keluarga. Saya berharap semoga tidak terjadi klaster airport.

Tapi kalau dilihat dari tipikalnya, airport ini cepat berganti karena orang datang pergi, datang pergi sehingga kemungkinan menjadi klaster ini kecil di Bandara Soetta.

Potensi malah terjadi di sekitar perkantorannya seperti kantor saya. Ini yang kemudian kan di situ ada konsentrasi, ada pengumpulan orang yang sewaktu-waktu bahkan lama di situ.

Sejauh ini Alhamdulilah untuk di Bandara Soetta kalau pun ada penumpang yang terdeteksi, itu bisa diantisipasi dengan beberapa teknologi seperti thermal scanner dan rapid test. Jangan salah, sehari-harinya juga ada yang reaktif ya.

Memang sekarang ini metode deteksi sifatnya masih indikatif. Sifatnya belum tentu benar juga. Tapi dari indikasinya sudah layak dicurigai.

Misalnya suhu tubuh tinggi, rapid test hasilnya reaktif pada penumpang di Bandara Soetta.

Rute penerbangan ke mana yang sudah ramai sekarang ini?
Bandara ini punya dua opsi melayani yakni penerbangan internasional dan domestik.

Tapi kita tahu kalau penerbangan internasional ini masih dibatasi sementara sebagian besar penerbangan internasional hanya melayani repatriasi.

Sedangkan untuk penerbangan domestik 5 besar ini ada sedikit pergeseran.

Dulu Surabaya, sekarang tertinggi justru Makassar lalu disusul Surabaya, Medan, Denpasar, dan Pontianak.

Kalau Yogyakarta justru aneh kalau diakumulasi lima besarnya itu, Yogyakarta keluar lima besar padahal biasanya ramai pada saat weekend.

DKI Jakarta dan Tangerang Raya kembali ke zona merah. Antisipasi apa yang dilakukan pihak bandara?
Sementara sejumlah fasilitas masih diistirahatkan. Jadi TOD belum difungsikan kembali, kami masih buka untuk kemudian parkir diarahkan.

Kami tahu kondisi TOD cukup padat. Saya kira selaras dengan pemberlakukan PSBB. Skytrain juga diistirahatkan.

Kalau shuttle bus terminal dimanfaatkan sebagai pengganti skytrain, artinya menyesuaikan kondisi terutama di fasilitas publik yang menimbulkan kerumunan. (Warta Kota/Andika Panduwinata)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved