Virus Corona
Apakah Covid-19 Benar-benar Ada? Ini Kata Dokter Reisa
Salah satu pertanyaan yang masuk melalui laman covid19.go.id dan kanal media sosial adalah soal kebenaran keberadaan COVID-19.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Banyak masyarakat ingin memahami seluk-beluk mengenai SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Salah satu pertanyaan yang masuk melalui laman covid19.go.id dan kanal media sosial adalah soal kebenaran keberadaan COVID-19.
“Apakah COVID-19 benar-benar ada?” kata dokter Reisa Broto Asmoro menyampaian pertanyaan dari warga yang menanyakan keberadaan penyakit itu.
• Moeldoko: Masyarakat Mulai Tidak Waspada, di Pasar Seolah-olah Tidak Ada Lagi Covid-19
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan salah satu jenis Virus Corona, yakni SARS-CoV-2.
“Saya perlu sampaikan, virus ini benar-benar ada saudara-saudari,” tegas Reisa selaku Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional saat konferensi pers di Media Center, Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Ia mengatakan, ilmuwan dari LBM Eijkman telah memetakan beberapa whole genome sequence (WGS), atau merinci identitas virus dari pasien yang ada di Indonesia.
• Rakyat Masih Bisa Makan, Moeldoko Tepis Komentar Pemerintah Tak Punya Strategi Jitu Tangani Covid-19
Data ini bermanfaat untuk penelitian lanjut untuk mengetahui epidemiologi virus, pengembangan vaksin, dan juga obat antivirus.
Menurutnya, Kepala Lembaga Eijkman Profesor Amin Subandrio mengatakan, dengan mengetahui virus yang beredar, kita juga bisa mendesain vaksin sesuai dengan yang ada di Indonesia.
“Maka dari itu, penting sekali mengetahui status kesehatan kita. Apakah kita positif atau negatif COVID-19."
• Pemerintah Alihfungsikan Laboratorium Flu Burung Jadi Tempat Pengembangan Vaksin Covid-19
"Apabila positif, maka penyembuhan dapat dilakukan."
"Ingat, lebih dari 15.000 saudara-saudari kita sudah sembuh dari COVID-19."
"Dan jika negatif, kita harus makin waspada melindungi diri kita dari penularan virus COVID-19 oleh orang lain,” pesannya.
• Status Terdakwa Sebagai Aparat Jadi Hal Meringankan, Novel Baswedan: Cara Berpikirnya Terbalik-balik
Dokter Reisa mengatakan, virus yang pertama kali ditemukan pada Desember 2019 memiliki banyak jenis.
Virus ini biasanya ditemukan pada satwa.
Beberapa jenis virus Corona menginfeksi manusia, seperti severe acute respiratory syndrome atau SARS pada awal tahun 2000-an, dan middle east respiratory syndrome atau MERS di 2012.
• Asisten Pribadi Mantan Menpora Imam Nahrawi Divonis 4 Tahun Penjara, Jaksa KPK Banding
“Sejauh ini, kita ketahui ada beberapa jenis Virus Corona yang dapat menyerang manusia."
"Tipe virus-virus tersebut adalah penyebab wabah raya dunia sebelumnya, yang tadi saya sebutkan SARS dan MERS Cov, dan ketiga ini SARS-CoV-2,” jelas Reisa.
COVID-19 yang ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020 lalu dapat masuk ke tubuh manusia melalui mukosa mata, hidung, dan mulut.
• Faisal Basri Sebut Pandemi Covid-19 Kini Masuk Fase Baru, Bergeser dari Kota ke Desa
Virus ini menggandakan diri di dalam sel tubuh manusia, terutama di bagian saluran pernapasan bawah, seperti paru-paru.
“Ia (virus) juga mengganggu imunitas atau kekebalan tubuh."
"Dan bagi mereka yang sudah memiliki penyakit penyerta, atau penyakit bawaan, seperti penyakit ginjal, diabetes, darah tinggi, akibatnya dapat menjadi fatal,” papar dokter Reisa.
• UPDATE 16 Juni 2020: RS Wisma Atlet Rawat 610 Pasien Positif Covid-19, RS Pulau Galang 51 Orang
Reisa mengatakan, penyebaran virus dari satu manusia melalui percikan cairan yang berasal dari saluran pernapasan dan mulut.
Seperti, buliran yang keluar saat batuk atau bersin, yang kita sebut sebagai droplets.
Penularan dapat terjadi melalui kontak terhadap droplets tersebut, baik secara kontak langsung dengan orang yang membawa virus atau melalui perantara permukaan yang dipegang oleh orang tersebut.
• Tim Divisi Hukum Polri Sebut Kerusakan Mata Novel Baswedan Bukan Akibat Langsung Perbuatan Terdakwa
Ketika seseorang batuk atau bersin atau saat berbicara pun, virus tersebut dapat keluar bersamaan dengan percikan liur atau cairan hidung.
“Apabila kemudian percikan tersebut tersentuh oleh tangan atau jatuh di permukaan benda yang ada di sekitar orang tersebut, maka besar kemungkinannya dapat menjadi sumber penularan bagi orang lain,” tuturnya.
Upaya pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan sangat penting untuk dilakukan setiap individu.
• KISAH Putra Asli Papua Pertama Jabat Jenderal Bintang Tiga di TNI AD, Pernah Jadi Buruh Aspal Jalan
Penggunaan masker yang baik dan benar sangat dianjurkan, bahkan wajib apabila di ruang publik.
Di samping itu, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau dengan cairan pencuci tangan yang mengandung alkohol.
“Paling penting jaga jarak, percikan droplets atau air tersebut bisa mencapai jarak 1 sampai 2 meter."
• Dituding Andre Rosiade Incar Jatah BUMN, Adian Napitupulu: Energinya Berlebih, Awasi PSK Hingga Hati
"Baik ketika seseorang berbicara, atau saat lawan bicaranya batuk, atau bersin."
"Kalau misalnya batuk atau bersin, jaraknya bisa lebih jauh lagi bisa sampai 3 sampai 5 meter."
"Maka sekali lagi, kita harus saling jaga jarak."
• Faisal Basri Sebut Pandemi Covid-19 Kini Masuk Fase Baru, Bergeser dari Kota ke Desa
"Ingat, 3 kombinasi tadi adalah protokol kesehatan yang efektif, ampuh memutus penularan COVID-19,” ucap Reisa.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 15 Juni 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 9.122 (23.2%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 8.063 (20.5%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 2.941 (7.5%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 2.621 (6.7%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 2.175 (5.5%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 1.953 (5.0%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 1.448 (3.7%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 1.249 (3.2%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 1.243 (3.2%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 937 (2.4%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 932 (2.4%)
BALI
Jumlah Kasus: 760 (1.9%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 681 (1.7%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 676 (1.7%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 631 (1.6%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 452 (1.2%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 382 (1.0%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 312 (0.8%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 286 (0.7%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 272 (0.7%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 268 (0.7%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 254 (0.6%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 209 (0.5%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 208 (0.5%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 171 (0.4%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 170 (0.4%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 166 (0.4%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 144 (0.4%)
RIAU
Jumlah Kasus: 126 (0.3%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 108 (0.3%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 108 (0.3%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 101 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 98 (0.2%)
ACEH
Jumlah Kasus: 27 (0.1%). (*)