Virus Corona

Sekum PP Muhammadiyah Lebih Pilih Istilah New Reality Dibanding New Normal, Ini Alasannya

Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, pihaknya lebih memilih konsep new reality dibanding new normal.

istimewa
Protokol kesehatan di kantor selama new normal 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, pihaknya lebih memilih konsep new reality dibanding new normal, untuk mendefinisikan kondisi di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Abdul, penggunaan istilah new normal lebih bersifat netral dibanding new reality.

Dirinya menilai konsep new reality lebih bersifat netral.

IPW Tuduh Novel Baswedan Sandera Nurhadi, KPK: Kami Tidak akan Berpolemik dengan Isu Tak Jelas

"Saya sebenarnya secara konseptual tidak terlalu setuju dengan istilah new normal itu."

"Tapi lebih cenderung menggunakan istilah new reality atau realitas baru," ujar Abdul dalam dialog antar-tokoh beragama melalui saluran daring, Senin (8/6/2020).

"New reality lebih bersifat netral dan kemudian lebih mudah untuk kita menjelaskannya."

UPDATE 8 Juni: RS Darurat Wisma Atlet Rawat 547 Pasien Positif Covid-19, RSKI Pulau Galang 46 Orang

"New normal itu ada dimensi, ada dimensi moral dan ada dimensi ideologinya sebenarnya," tambah Abdul.

Menurutnya, dibutuhkan ukuran yang jelas mengenai situasi new normal dalam kehidupan saat ini.

Bahkan, Abdul menilai konsep new normal tidak dikenal dalam konstruksi perundang-undangan di Indonesia.

Kloter Pertama Calon Jemaah Haji Berangkat 26 Juni Jika Arab Saudi Kasih Kepastian, Wajib Karantina

Abdul menilai istilah ini menjadi lazim digunakan setelah diungkapkan pemimpin negara.

"Cuma karena istilah ini dikemukakan oleh seorang pemimpin negara, jadi kita pun seperti harus hiruk-pikuk dengan istilah itu," tutur Abdul.

Meski begitu, Abdul mengatakan kedua konsep tersebut tidak perlu menjadi perdebatan.

Anies Baswedan Bilang Penerapan Ganjil Genap untuk Motor Direrapkan Jika Kasus Covid-19 Meningkat

Saat ini, menurutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan sikap dalam menghadapi kondisi tersebut.

"Dalam kaitan ini memang ada sesuatu yang kita harus menghadapi sesuatu itu dengan segala kekuatan yang kita miliki."

"Dan tidak mungkin juga itu kita hentikan, karena proses sudah senantiasa berjalan," papar Abdul.

DAFTAR Mal di Kota Bekasi yang Sudah Buka Lagi, Mulai Beroperasi Pukul 11.00

Abdul Mu'ti lantas mengajak para tokoh agama mencari solusi untuk dampak sosial yang menimpa masyarakat akibat pandemi Covid-19.

Dirinya membeberkan banyak masalah sosial yang saat ini mendera masyarakat.

"Yang penting kita lakukan adalah bagaimana kita ini memberikan solusi terhadap berbagai macam persoalan yang sekarang itu sudah ada di depan mata kita," bebernya.

Ganjil Genap Cuma Jadi Rem Darurat, Hanya Digunakan Jika Kasus Covid-19 di Jakarta Melonjak

Problem yang dihadapi masyarakat saat ini akibat Covid-19, menurut Abdul di antaranya masalah pengangguran, sulitnya akses pendidikan, hingga kematian orang tua akibat Covid-19.

"Oleh karena itu maka bagaimana kita mengisi new reality ini, ini yang sesungguhnya lebih penting bagi kita umat beragama untuk bisa berbuat sesuatu," ucap Abdul.

Abdul meyakini meski antar-umat beragama memiliki kepercayaan berbeda, tetap mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan antar-sesama.

PSBB Masa Transisi Dimulai, Doni Monardo Minta Pegawai Berpenyakit Kronis Tetap Kerja dari Rumah

"Kitab suci kita yang berbeda-beda untuk mengajarkan ajaran yang sama atau common teaching."

"Yang saya kira semuanya bermuara pada pentingnya kita ingin memuliakan manusia dan melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan," cetus Abdul.

Akibat dampak pandemi Covid-19, 3,05 juta masyarakat Indonesia menjadi pengangguran.

Perampok Modus Tawarkan Layanan Seks Sesama Jenis Beraksi di Medsos, Dalangnya Mengaku Gay

Pandemi Covid-19 juga berdampak pada dunia pendidikan, sehingga pihak sekolah memutuskan untuk mengadakan pembelajaran jarak jauh.

Sementara, jumlah pasien Virus Corona (COVID-19) di Indonesia bertambah 847 orang, per Senin (8/6/2020).

"Sehingga total ada 32.033 kasus positif," ujar Juru bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (COVID-19) Achmad Yurianto, Senin (8/6/2020).

Sementara, jumlah pasien sembuh bertambah 406 orang, sehingga total pasien sembuh ada 10.904 orang.

 Kloter Pertama Calon Jemaah Haji Berangkat 26 Juni Jika Arab Saudi Kasih Kepastian, Wajib Karantina

Sedangkan pasien yang meninggal bertambah 32 orang, sehingga total ada 1.883 pasien Covid-19 yang meninggal.

Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 7 Juni 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:

DKI JAKARTA

Jumlah Kasus: 8.033 (25.8%)

JAWA TIMUR

Jumlah Kasus: 5.948 (19.1%)

JAWA BARAT

Jumlah Kasus: 2.404 (7.7%)

SULAWESI SELATAN

Jumlah Kasus: 1.904 (6.1%)

JAWA TENGAH

Jumlah Kasus: 1.615 (5.2%)

KALIMANTAN SELATAN

Jumlah Kasus: 1.285 (4.1%)

SUMATERA SELATAN

Jumlah Kasus: 1.129 (3.6%)

PAPUA

Jumlah Kasus: 1.064 (3.4%)

BANTEN

Jumlah Kasus: 1.035 (3.3%)

NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Kasus: 808 (2.6%)

SUMATERA BARAT

Jumlah Kasus: 626 (2.0%)

SUMATERA UTARA

Jumlah Kasus: 605 (1.9%)

BALI

Jumlah Kasus: 582 (1.9%)

KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Kasus: 496 (1.6%)

SULAWESI UTARA

Jumlah Kasus: 495 (1.6%)

KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Kasus: 329 (1.1%)

MALUKU

Jumlah Kasus: 269 (0.9%)

SULAWESI TENGGARA

Jumlah Kasus: 259 (0.8%)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Kasus: 244 (0.8%)

KEPULAUAN RIAU

Jumlah Kasus: 228 (0.7%)

KALIMANTAN BARAT

Jumlah Kasus: 210 (0.7%)

MALUKU UTARA

Jumlah Kasus: 186 (0.6%)

PAPUA BARAT

Jumlah Kasus: 179 (0.6%)

KALIMANTAN UTARA

Jumlah Kasus: 169 (0.5%)

SULAWESI TENGAH

Jumlah Kasus: 159 (0.5%)

LAMPUNG

Jumlah Kasus: 144 (0.5%)

GORONTALO

Jumlah Kasus: 134 (0.4%)

RIAU

Jumlah Kasus: 118 (0.4%)

JAMBI

Jumlah Kasus: 103 (0.3%)

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jumlah Kasus: 102 (0.3%)

NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah Kasus: 97 (0.3%)

SULAWESI BARAT

Jumlah Kasus: 94 (0.3%)

BENGKULU

Jumlah Kasus: 92 (0.3%)

ACEH

Jumlah Kasus: 20 (0.1%). (Fahdi Fahlevi)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved