Virus Corona Jabodetabek

Kisah Pak Ogah di Tengah Pandemi: Siapa Sih yang Enggak Takut? Yang Penting Jangan Sampai Kelaparan

Keseharian Pak Ogah alias polisi cepek‎ mencari rupiah selama pandemi Covid-19, membuat prihatin.

Penulis: |
TRIBUNNEWS/THERESIA FELISIANI
Sahroni (40) hanya membekali diri dengan masker kain, saat mencari nafkah menjadi Pak Ogah alias polisi cepek di Kalimalang, perbatasan Bekasi-Jakarta, di tengah pandemi Covid-19. 

WARTAKOTALIVE, BEKASI - Keseharian Pak Ogah alias polisi cepek‎ mencari rupiah selama pandemi Covid-19, membuat prihatin.

Mereka mengaku lebih takut kelaparan dibandingkan terjangkit virus ganas tersebut.

Sahroni (40) misalnya, ‎mau tidak mau tetap harus keluar rumah berbekal masker dan tongkat seadanya, menjadi 'palang manusia' di Kalimalang, perbatasan Bekasi dengan Jakarta.

Anggap Jakarta New York dari Asia, Marco Motta Ketagihan Nasi Goreng

Ia membantu mengatur keluar masuk kendaraan di persimpangan jalan.

Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar, bekerja, beribadah dari rumah, dan membatasi aktivitas sosial demi memutus rantai penyebaran Virus Corona, pendapatan Sahroni kian sedikit.

‎Kantong celana hingga saku baju Sahroni tidak lagi penuh berisi uang koin maupun kertas pecahan Rp 2 ribu dan Rp 5 ribu, hasil pemberian dari para pengendara.

Minta Staf Khusus Milenial Dibubarkan, Legislator PKB: Anak-anak Ini Malah Merepotkan

"Hidup makin susah, dulu sehari saya bisa dapat Rp 100 ribu."

"Sekarang semenjak ramai Corona paling sehari dapat Rp 30 ribu-Rp 40 ribu."

"Itu sudah paling banyak, ya disyukuri saja, yang penting istri sama dua anak saya bisa makan," ucap Sahroni saat ditemui di Kalimalang, Sabtu (25/4/2020).

Masa Kerja dari Rumah Pegawai BPJamsostek di Jakarta Diperpanjang Hingga 7 Mei 2020

Demi bisa memberikan uang dapur untuk istri dan uang jajan untuk dua anaknya, Sahroni ‎harus mencari sampingan lain, baik menjadi tukang ojek, hingga kuli panggul pasar.

Bagi Sahroni, pekerjaan apapun bakal dilakoni asalkan halal dan bisa menafkahi keluarga tercintanya, agar jangan sampai dilanda kelaparan.

"‎Karena pendapat turun drastis lebih dari separoh, ya saya cari sampingan lain seperti ngojek atau kuli barang di pasar, yang penting halal," tuturnya.

Kak Seto: Banyak Anak Rindu Kembali ke Sekolah karena Stres Diajar Orang Tua di Rumah

"Ya siapa sih yang enggak takut sama virus."

"‎Keadaan seperti ini, mau virusnya bahaya dan ganas, yang penting saya dan keluarga jangan sampai kelaparan," ucap Sahron.

Selama wabah Virus Corona, pria asli Bekasi ini mengaku sama sekali belum mendapatkan bantuan, baik sembako maupun dana bansos dari pemerintah pusat maupun pemda.

Mahfud MD: Larangan Bepergian Antar Wilayah Bisa Diperpanjang Hingga Desember

Alhasil, Sahroni dan istri harus pintar-pintar mengelola keuangan untuk mengolah makanan setiap hari.

Bagi keluarga mereka, yang terpenting ada tempe dan tahu.

"Makanan ya paling sayur, tempe, dan tahu, itu yang utama."

Limbah Medis Meningkat 382 Ton per Hari Saat Pandemi Covid-19, ODP Penyumbang Terbanyak

"Kalau ayam, apalagi daging, nanti dulu deh, belum bisa."

"Habis Corona selesai mungkin baru bisa makan ayam lagi. Ya kita sabarin aja," cetusnya.

Modal Masker dan Tongkat

Orang-orang kini melengkapi diri dengan masker maupun hand sanitizer sebagai penangkal Virus Corona untuk tetap bisa beraktivitas.

Hal ini tidak berlaku bagi para pekerja sektor informal, seperti Pak Ogah atau polisi cepek di persimpangan jalan. ‎

Sahroni misalnya, dia hanya melengkapi diri dengan masker dan tongkat pengatur lalu lintas.

13 Remaja Janjian Lewat Facebook untuk Perang Sarung, Belum Sempat Tawuran Keburu Diciduk Polisi

Pantauan Tribunnews, Sabtu (25/4/2020), selama mengatur lalu lintas di persimpangan Kalimalang, perbatasan Bekasi-Jakarta, pria berumur 40 tahun ini hanya berbekal masker, tanpa pelindung lain, termasuk sarung tangan.

Alih-alih mengganti masker kainnya setiap empat jam sekali sesuai protokol kesehatan, masker itu hanya diganti per hari.

Terkadang, Sahroni membiarkan maskernya terlepas, hanya menutupi mulut.

Larangan Mudik Bikin Juanda Gagal Pulang ke Rumahnya di Serang yang Rutin Dilakukan Tiap Akhir Pekan

"Pas rame-rama Corona ini aja jadi pakai masker."

"Pemerintah kan suruh pakai masker kain, tapi saya gantinya sehari sekali."

"Kadang suka enggak betah juga, dilepas."

Loket Bus di Tanjung Priok Tutup Akibat Larangan Mudik, Calon Penumpang Cuma Booking dan Belum Bayar

"Lama-lama engap pakai masker," ungkap Sahroni.

Ditanya apakah Sahroni membawa hand sanitizer di tas kecil berwarna biru yang disempangkan di dadanya? Ayah dua anak ini mengaku tidak pernah membeli hand sanitizer.

"‎Kalau masker punya, kalau hand sanitizer enggak ada."

1.947 Warga DKI yang Positif Covid-19 Dirawat di Rumah Sakit, 1.050 Isolasi Mandiri di Rumah

"Enggak pernah beli juga, apalagi kan harganya sekarang mahal."

"Mending uangnya buat beli lauk," ucap Sahroni.

Lantas bagaimana Sahroni melindungi dirinya dari penyebaran Virus Corona? Sahroni menjawab dia hanya rajin membersihkan diri.

UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia: 1.042 Pasien Sembuh, 8.607 Positif, 720 Meninggal

"Ya paling seperti ini, pakai masker sih pasti."

"Terus sampai rumah langsung mandi, cuci tangan, itu aja."

"Sebenernya sih takut juga ada virus seperti ini."

71.970 Warga Jakarta Sudah Jalani Rapid Test Virus Corona, 2.489 Orang Positif, 69.121 Negatif

"Siapa sih yang enggak takut, ngelawan virus yang enggak keliatan."

"Bismillah saja tiap berangkat," bebernya. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved