Imlek
Tutup Cap Go Meh di Glodok, Anies Baswedan: Beragam Adalah Kehendak Tuhan, tapi Bersatu Pilihan Kita
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menutup acara Cap Go Meh di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Sabtu (8/2/2020).
Penulis: Desy Selviany |
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menutup acara Cap Go Meh di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Sabtu (8/2/2020).
Dalam penutupan Cap Go Meh, Anies Baswedan menyelipkan pesan dari Presiden Pertama RI Soekarno.
Memakai kemeja koko berwarna biru muda, Anies Baswedan naik ke panggung festival di depan Plaza China Town, Glodok.
• Jokowi Ogah Pulangkan 600 WNI Mantan Kombatan ISIS, Fadli Zon: Jangan Pakai Perasaan
Dalam sambutannya, ia menyinggung keberagaman di Jakarta.
"Saya sudah 3 kali datang ke festival Cap Go Meh ini."
"Acara ini sengaja diselenggarakan Pemprov DKI Jakarta sebagai bentuk syukur, karena kota ini merupakan kota yang beragam," kata Anies Baswedan dalam sambutannya.
• Tak Undang Jokowi ke Acara HUT ke-12 Partai Gerindra, Prabowo: Malu, Kecil-kecilan
Kata Anies Baswedan, kawasan Glodok sengaja dipilih untuk penutupan Festival Cap Go Meh di Jakarta, karena kawasan itu punya sejarah panjang.
Di mana, kawasan Glodok menjadi satu di antara kawasan tertua di Jakarta.
Kawasan Glodok menjadi saksi bisu perjalanan sejarah keberagaman Jakarta, khususnya perjalanan untuk anak suku bangsa.
• BOS Wedding Organizer Penipu Beli Rumah Rp 1,2 Miliar Pakai Uang Korban, Karyawan Digaji Rp 1 Juta
Lewat kawasan inilah ia teringat dengan pesan Presiden Pertama RI Soekarno, yang menggunakan istilah suku bangsa bukan sebagai perbedaan etnis, namun perbedaan kaki.
"Maka inilah Bangsa Indonesia, punya kaki yang banyak dan beragam."
"Jadi Indonesia itu harus memilih untuk Bhinneka Tunggal Ika," tutur Anies Baswedan.
• Rekonstruksi Kasus Penyiraman Air Keras Digelar Pagi-pagi Buta, Novel Baswedan Bilang Begini
Oleh karena itu, lanjutnya, acara Cap Go Meh ini dibuat sebagai bentuk pilihan Jakarta untuk bersatu.
Ia berharap acara ini bisa menjadi wadah warga Jakarta untuk saling mengenal sejarah budaya satu sama lain, baik budaya Tionghoa maupun Budaya Betawi.
"Beragam adalah kehendak Tuhan, tapi bersatu adalah pilihan kita," cetus Anies Baswedan.
• Masalah Serius di Mata Jadi Alasan Novel Baswedan Tak Ikut Rekonstruksi Penyiraman Air Keras
Pantauan Wartakotalive, ribuan pengunjung memadati Jalan Pancoran, Glodok, Sabtu (8/2/2020).
Belasan tenda pedagang berjejer di sepanjang jalan tersebut.
Beragam kuliner Tionghoa dan kuliner Betawi dijajakan di kawasan itu.
• TEROWONGAN Silaturahmi Bakal Hubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Jokowi Setuju
Selain itu di atas panggung, beragam budaya Tionghoa dan Betawi disajikan.
Misalnya saja musik keroncong Betawi dan barongsai ditampilkan di atas panggung.
Dari Bandung
Choi Wong Fat (70), warga Caringin, Bandung, Jawa Barat, sengaja jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk merayakan kemeriahan Tahun Baru Cina.
Bersama 3 keluarganya, Choi Wong Fat sudah di Jakarta sejak sepekan sebelum Imlek.
Choi Wong Fat terlihat menikmati festival Cap Go Meh yang diadakan Pemprov DKI Jakarta di depan Pasar Glodok Market, Chinatown di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.

Pakai baju berwarna merah, pria itu tersenyum-senyum melihat penampilan musik kroncong Betawi yang ditampilkan di atas panggung.
"Saya sudah di Jakarta dari seminggu sebelum Imlek."
"Memang sudah biasa setiap tahun baru imlek ke Jakarta," kata Choi Wong Fat ditemui di Festival Cap Go Meh, Sabtu (8/2/2020).
• Perda KTR Bogor Tekan Pedagang, Padahal Industri Hasil Tembakau Sumbang PAD Rp 43,6 Miliar
Menurut Choi Wong Fat, kemeriahan imlek di Jakarta jauh berbeda dari kemeriahan di Bandung.
Di Bandung tidak ada festival-festival untuk masyarakat Tionghoa merayakan tahun baru.
"Kalau di sini ramai. Jadi saya benar-benar merasakan suasana tahun barunya. Seperti festival saat ini," jelas Choi Wong Fat.
• Singgung Utang Kader Gerindra di Pilpres 2019, Prabowo: Pak Sandi Senyumnya Agak Ada Kecut-kecutnya
Belum lagi, banyak kuliner khas Tionghoa Jakarta yang selalu ia rindukan setiap kali tahun baru. Misalnya saja Lontong Sayur Cap Go Meh.
"Jadi sekalian saya tahun baru, sekalian berkunjung juga bersama keluarga yang ada di Jakarta," ujarnya.
Banjir Kuliner Betawi
Cap Go Meh di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat dipenuhi berbagai macam kuliner Betawi.
Mulai dari dodol khas Betawi sampai kerak telor, dijual di festival tersebut.
Satibi (33), penjual dodol Betawi, bahkan sampai memboyong wajan besar untuk menjual dodolnya di festival tersebut.

Dodol bermerek Satibi itu dijualnya dengan harga beragam, yang termurah Rp 15 ribu dan termahal Rp 100 ribu.
"Dodolnya dari Depok, tapi khas Betawi. Kalau ada festival memang saya selalu ikut," terang Satibi.
Satibi belum menghitung hasil penjualannya.
• Novel Baswedan Bilang Tetangga dan Saksi Tak Yakin RB dan RM Penyiram Air Keras pada 11 April 2017
Di hari pertama menurutnya penjualan memang tidak akan terlalu naik drastis. Namun ia optimis besok penjualan dodolnya akan melonjak.
"Sejak pagi tadi yang beli bukan hanya orang Tionghoa, orang Jakarta juga banyak," ungkap Satibi.
Selain Satibi, pedagang kerak telor juga memenuhi festival Cap Go Meh.
• WNI Mantan ISIS yang Ingin Hidup Sesuai Syariat Islam Disarankan Dikarantina di Aceh
Terlihat ada 3 pedagang kerak telor di acara tersebut, satu di antaranya Muhammad Ridwan (40).
"Setiap ada festival saya memang selalu ikut. Pendapatan lumayan kalau ada festival," ujar Ridwan.
Pengakuan Ridwan, umumnya pembeli kerak telor bukan dari kalangan Tionghoa, melainkan dari warga Jakarta yang ikut memeriahkan festival Cap Go Meh.

"Lumayan, kalau enggak ada festival cuma Rp 500 ribu dapat per harinya, tapi kalau festival seperti ini bisa sampai Rp 1,5 juta," bebernya.
Ridwan mengaku sudah 3 kali berjualan di acara festival Cap Go Meh di Glodok.
Tahun 2018, 2019, dan 2020 ia tidak pernah absen berjualan di festival itu. (*)