Sri Mulyani: Pria Banyak Ciptakan Masalah Ekonomi, Seharusnya Bapak-bapak Pula yang Menyelesaikan

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai representasi perempuan dalam proses pembuatan kebijakan masih sangat minim.

Warta Kota/Alex Suban
Menteri keuangan Sri Mulyani memberi pernyataan kepada wartawan setelah bertemu presiden di Istana Negara, Senin (19/2/2018). Sri Mulyani menyesalkan rusaknya Stadion Utama Gelora Bung Karno karena arena itu telah direnovasi dengan dana pajak masyarakat. 

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai representasi perempuan dalam proses pembuatan kebijakan masih sangat minim.

Sehingga, berbagai masalah menimbulkan gejolak ekonomi global.

Bahkan, ia bergurau kebanyakan masalah ekonomi di dunia ditimbulkan oleh 'bapak-bapak' yang dalam hal ini berarti adalah pria.

Tak Dianggap di Pertemuan Dunia, Luhut Panjaitan Ingin Indonesia Punya Senjata Nuklir

"Banyak bapak-bapak yang menciptakan masalah ini."

"Ini masalah karena kurangnya representasi perempuan dalam proses perumusan kebijakan," ujarnya di Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Menurut Sri Mulyani, ketidakpastian di 2019 terus berlanjut di 2020.

Bukan TikTok, Ini Perusahaan yang Bakal Jadi Sponsor Utama Liga 1 2020

Dan ini hampir seluruhnya dibuat oleh tangan-tangan pria.

Dalam artian, pria menimbulkan beberapa sentimen negatif.

Di antaranya Brexit, perang dagang Amerika Serikat dan Cina, demonstrasi Hong Kong, meski di sana dipicu oleh seorang chairwoman.

2 Kelompok Curanmor Saling Todong Pistol Gegara Rebutan Wilayah, Dibekuk Saat Cari Mangsa Baru

"Kemudian perang dagang Jepang-Korea, semua adalah laki-laki," kata Sri Mulyani.

Ia menambahkan, kondisi perekonomian global tersebut masih menjadi tantangan utama dalam pengelolaan keuangan negara.

Eks direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, kondisi pertumbuhan ekonomi global yang lesu turut berpengaruh terhadap kinerja ekspor dan impor dalam negeri.

Berharap Proyek Revitalisasi Monas Kembali Dilanjutkan, Sekda DKI: Mau Dipercantik Kok Rumit Loh

Akibat berbagai kejadian yang memengaruhi kondisi geopolitik dunia sejak tahun lalu, volume perdagangan dunia hanya tumbuh di kisaran 1 persen.

Angka ini yang terendah dalam beberapa tahun terakhir.

"Bapak-bapak yang menciptakan masalah ini."

Satu Penyidik KPK Dilarang Berkantor dan Belum Digaji, Katanya Sudah Dikembalikan tapi Polri Bantah

"Jadi, seharusnya bapak-bapak pula yang menyelesaikan," ucapnya.

Konco Wingking

Sebelumnya, Sri Mulyani memandang kesetaraan gender atau jenis kelamin di Indonesia masih banyak dipengaruhi faktor sosial, budaya, dan agama.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam acara Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bertema 'Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju', di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Minggu (22/12/2019).

"Konstruksi sosial, agama, budaya di keluarga itu menyebabkan perempuan walaupun di konstitusi diberikan kesamaan kesempatan."

Polisi Ogah Perpanjang Pernyataan Luthfi Alfiandi yang Mengaku Disetrum, Kondusivitas Jadi Prioritas

"Namun saat dididik mulai diperut, kemudian besar, tidak semua keluarga memperlakukan anak perempuan dan laki-laki sama," kata Sri Mulyani.

Menurut dia, sebagian warga Indonesia masih mengenal Patrilineal, suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah.

Kemudian, kata dia, seorang ibu menempatkan diri sebagai 'Konco Wingking'.

Bakal Gelar Liga 1 U-23, PT LIB Cabut Aturan Ini di Liga 1 2020

'Konco Wingking' dikenal di budaya Jawa dan kadang dianggap berkonotasi negatif.

Di mana, perempuan harus selalu di belakang suaminya.

"Kemudian tertular kepada anak waktu memperlakukan anak laki-laki dan perempuan," ulasnya.

DPRD DKI Bilang Revitalisasi Monas Tanpa Koordinasi Bikin Kepercayaan Publik kepada Pemprov Menurun

Ia mencontohkan kalau ada makanan enak, anak laki-laki akan diberi duluan.

Kemudian, bila ekonomi keluarga pas-pasan, anak yang harus terus sekolah laki-laki, bukan perempuan.

"Itu memang konstruksi sosial keluarga dan bahkan kultural."

Shin Tae-yong Bakal Panggil 34 Pemain, Ini Target PSSI untuk Timnas Indonesia di 2020

"Menyebabkan banyak perempuan di Indonesia merasakan beban besar," tuturnya.

Untuk itu, dia berharap, ke depan agar perempuan dapat lebih berkontribusi di segala sendi kehidupan masyarakat Indonesia.

Bahkan, dia menegaskan, bukan tidak mungkin perempuan dapat melakukan dan berprestasi lebih baik.

LIGA 1 2020 Bakal Bergulir Selama 8 Bulan, Jadwal Sudah Dibuat tapi Belum Final

"Perempuan itu saya perhatikan merasa sukses selalu merasa kesepian."

"Itu karena mereka dianggap pengecualian atau ekseptional."

"Perempuan sukses harus diapresiasi tiga kali lebih hebat," katanya. (Yanuar Riezqi Yovanda)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved