Kabar Artis

Shyalimar Malik Cerita Pengalaman Kelam Dibully di SMP, Dorong Penguatan Aturan dan Pengawasan

Selebritas Shyalimar Malik membuka pengalaman pahitnya menjadi korban bullying di SMP dan kini dorong penguatan aturan

warta kota/arie
CERITA BULLYING SHYALIMAR -- Shyalimar Malik mengungkap pernah menjadi korban perundungan saat SMP, mulai dari hinaan verbal hingga lemparan benda. Ia prihatin kasus bullying masih marak dan mendorong sekolah memperketat pencegahan, termasuk pemasangan CCTV dan keberanian siswa untuk speak up. 

Ringkasan Berita:
  • Shyalimar Malik mengungkap pernah menjadi korban perundungan saat SMP, mulai dari hinaan verbal hingga lemparan benda.
  • Ia prihatin kasus bullying masih marak dan mendorong sekolah memperketat pencegahan, termasuk pemasangan CCTV dan keberanian siswa untuk speak up.
  • Cima mendesak pemerintah membuat aturan khusus anti-bullying serta menerapkan sanksi tegas seperti skorsing atau dikeluarkan dari sekolah.
 
 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Selebritas Shyalimar Malik membuka pengalaman pahitnya menjadi korban perundungan saat duduk di bangku SMP.

Ia mengaku mengalami bullying verbal hingga fisik oleh teman-temannya tanpa alasan jelas.

Shyalimar, yang akrab disapa Cima, mengatakan ia kerap dicaci dengan kata-kata merendahkan seperti “bodoh”, “jelek”, dan “gendut”.

Baca juga: Siswa SMPN di Tangsel Meninggal Karena Bullying, PGRI: Guru Perlu Dilatih, Siswa Mesti Peran Aktif

Tidak hanya itu, ia juga pernah dilempari botol dan benda lain ketika berjalan di koridor sekolah.

“Saya tidak bisa melawan dan hanya pasrah. Perlakuan itu membekas hingga sekarang,” ujarnya, Minggu (16/11/2025).

Melihat maraknya kasus perundungan belakangan ini, termasuk yang berujung korban jiwa, Cima menyampaikan keprihatinan mendalam. 

Ia menilai perlu langkah konkret dan tegas untuk memerangi budaya kekerasan di lingkungan pendidikan.

Menurut cucu mantan Wakil Presiden Adam Malik tersebut, sekolah harus memperkuat pencegahan melalui pemasangan kamera CCTV di titik rawan seperti kantin, perpustakaan, dan lapangan.

Ia juga menekankan pentingnya keberanian siswa untuk bersuara, baik sebagai korban maupun saksi.

Cima mendorong pemerintah dan aparat penegak hukum untuk merumuskan payung hukum yang lebih jelas, termasuk kemungkinan pembentukan undang-undang khusus perundungan.

Baca juga: Pengamat UI Ungkap 2 Pola Bullying di Sekolah, Dikaitkan Kasus Siswa SMPN 19 Tangsel

Sanksi tegas seperti skorsing hingga dikeluarkan dari sekolah dinilai perlu diterapkan demi memberikan efek jera.

“Idealnya ada aturan khusus tentang perundungan. Sekolah juga harus aktif memasang poster peringatan dan memberi edukasi rutin tentang dampak bullying,” kata Shyalimar.

Ia menegaskan perlunya kombinasi antara penegakan hukum yang kuat dan pengawasan serta edukasi ketat di sekolah.

 "Jadi, harus ada kombinasi antara penegakan hukum yang kuat dari pemerintah dan pengawasan serta edukasi yang ketat dari pihak sekolah," sambungnya. (Ari). 

 

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp
 
 

 

 

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved