Fadli Zon Tegaskan Indonesia Darurat Guru, Guru PNS Pensiun Tapi Guru Honorer Tidak Kunjung Diangkat

Fadli Zon tegaskan Indonesia darurat guru, puluhan ribu guru PNS pensiun tapi guru honorer tidak kunjung diangkat. Guru honorer seperti dieksploitasi

Editor: Dwi Rizki
KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/6/2019). Fadli Zon sempat memberikan komentar soal isu Prabowo Subianto masuk Kabinet Jokowi.  

"Padahal, semangat utama peringatan Hari Guru bertujuan agar semua pihak, terutama pemerintah, untuk menghormati, mengapresiasi, dan meningkatkan kesejahteraan guru," imbuhnya.

Tapi sayangnya, pesan tersebut diungkapkan Fadli Zon tidak tercermin dalam pidato Nadiem Makariem.

Hal tersebut menurutnya patut menjadi pertanyaan bersama, khusunya alasan isu kesejahteraan guru tidak ada dalam program kerja Kementerian pendidikan Republik Indonesia.

"Kunci pendidikan terletak pada kualitas tenaga pengajar. Hanya saja, menurut saya, hingga saat ini, pemerintah belum secara serius mengatasi problem kesejahteraan guru, terutama guru honorer," jelasnya.

Pidato Nadiem Menyentuh Hati

Tidak ingin berbasa-basi dan mengagungkan para pahlawan pendidikan terdahulu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim mencurahkan isi hatinya lewat pidato Peringatan Hari Guru Nasional.

Pidato yang seharusnya dibacakan pada Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari ini, Senin (25/11/2019) itu justru viral dan menggugah para guru di pelosok Nusantara.

Bukan karena mendayu-dayu dengan penuh pengharapan, naskah pidato Nadiem Makarim itu dinilai menyentuh hati lantaran ditulis apa adanya.

Dalam pembukanya, Nadiem Makarim justru meminta maaf karena tidak melanjutkan kebiasaan yang umumnya disampaikan dalam peringatan Hari Guru Nasional.

Dirinya mengaku lebih ingin berbicara apa adanya ketimbang menyampaikan kalimat retorika yang inspiratif dan memacu semangat.

Menurutnya, tugas seorang guru adalah tugas yang paling mulia sekaligus tersulit dibandingkan dengan profesi lainnya di dunia ini.

Guru katanya harus dapat membentuk anak didik yang merupakan masa depan bangsa, tetapi dengan pertolongan yang minim.

Begitu juga dengan kurikulum dan regulasi yang ada saat ini, guru diungkapkan Nadiem tidak dapat membantu ketertinggalan siswa didiknya lantaran disibukkan dengan tugas administratif.

Hari Guru Nasional, Fahri Hamzah Justru Bersedih Sadari Nasib Guru Masih Terbelakang

"Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas," ungkap Nadiem dalam naskah pidato.

"Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan. Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan," jelasnya.

Tidak hanya itu, kesempatan guru untuk berinovasi pun tertutup dengan beragam regulasi, padahal setiap guru berharap dapat menjadil model bagi para anak didiknya.

"Anda frustasi karena anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal. Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi," jelas Nadiem.

"Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi," tambahnya.

Atas kenyataan pahit tersebut, Nadiem mengaku tidak akan muluk berjanji.

Perubahan katanya akan dihadirkannya dan dipastikan akan merubah kenyamanan.

Namun hal terpenting yang digarisbawahi adalah dirinya akan terus berjuang agar pendidikan bangsa kian maju dan berubah menjadi lebih baik.

"Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia," jelas Nadiem.

mengawali perubahan, Nadiem berharap agar setiap guru di setiap jengkal Nusantara dapat menghadirkan perubahan.

sebab menurutnya, sekecil apapun perubahan tersebut akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.

"Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak," jelasnya.

Pidato tersebut pun viral di media sosial sejak kemarin hingga hari ini, Senin (25/11/2019).

Seperti halnya akun twitter @collegemenfess; pada Minggu (24/11/2019).

Postingan tersebut dikomentari ratusan kali dan disukai oleh belasan ribu warganet.

Seperti akun @abchangbin_; yang berharap semua cita-cita dapat tertlaksana.

"Kereeeen, semoga semuanya terlaksana dengan baik. suka dengan kata katanya 'semua tidak berawal dari atas, semuanya berawal dan berakhir dari guru' salut pak," tulis akun @abchangbin_.

"Sebagai calon guru semua keresahan ku tersampaikan dengan apik, literally semua! monangis kalo inget gimana susahnya jadi anak yg berbeda dari yg lain tapi dipaksa menjadi sama kayak yg lain :') stress nya luar biasa," balas @iambrokenhearte.

Pernyataan Nadiem pun disepakati warganet, seperti @AliaTurrofiqoh yang justru mencurahkan isi hati usai membaca naskah pidato Nadiem.

"Aku dulunya seorang penghafal, aku selalu puas kalau dapat nilai paling besar, iya itu bagus..Tapi ketika lulus aku kalah maju dgn tman2 yg bahkan dulu gk ada apa2 nya d kelas," tulis @AliaTurrofiqoh.

"Dulu gk ada yg ngasih tau aku kalau di dunia nyata kemampuan yg dibilang pak Nadiem berkolaborasi dan berkarya itu jauh lebih penting. Aku terlalu fokus belajar ini itu cuman utk dapat nilai besar, sehingga aku tdk punya kemampuan husus. Aku lumayan kesulitan memulai masa dewsaku," tambahnya.

"Ah iya.. Aku tertampar lagi waktu nonton Film India judulnya 'First Rank'. Relate banget itu film. Masih bnyak orang tua dan guru yg fokusin anak buat dapat nilai bagus. Pdhl nilai bagus itu cuman utk bisa melewati ujian sekolah. Tapi ujian dunia nyata?," tutupnya. (dwi)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved