Netizen Seluruh Dunia Keluhkan Whatsapp Down, Gambar & Video Tak Bisa Didownload

Netizen Seluruh Dunia Keluhkan Whatsapp Down, Gambar & Video Tak Bisa Didownload. Simak selengkapnya.

spectator.co.uk
ILUSTRASI Aplikasi Whatsapp 

NETIZEN di seluruh dunia tampaknya mengeluhkan aplikasi WhatsApp yang mendadak tak berfungsi untuk mengirim gambar dan video, Rabu (3/7/2019. 

Di Indonesia sudah banyak warganet yang mengeluhkan hal tersebut. 

Dilansir express.co.uk dari artikel berjudul 'WhatsApp down: Server status latest as messaging app not working for users', yang ditulis oleh JOSEPH CAREY, disebut bahwa Monitor pemadaman independen Downdetector telah mendaftarkan lebih dari 1.400 laporan dari pengguna sekaligus menegaskan bahwa aplikasi tersebut tidak berfungsi dengan baik.

Persebaya Surabaya Unggul Head To Head dari Persib Bandung, Tapi Bajul Ijo Tak Mau Remehkan Lawan

Polisi Bakal Minta Keterangan Saksi Ahli Terkait Laporan Fairuz A Rafiq Soal Bau Ikan Asin

Peta pemadaman menunjukkan Inggris dan bagian-bagian Amerika Selatan terkena dampak paling parah oleh pemadaman itu.

Secara khusus, banyak penggemar mengeluh mereka tidak dapat mengirim atau menerima foto dan audio

Downdetector tampaknya telah menguatkan klaim semacam itu - situs tersebut telah menyatakan 63 persen masalah WhatsApp terkait dengan penerimaan pesan.

Selain itu, 33 persen masalah dikatakan berasal dari masalah koneksi dengan layanan.

Akhirnya, tiga persen penggemar menyatakan mereka mengalami masalah saat terhubung ke aplikasi.

Lihat Data Sensus BPS, Ridwan Kamil Berseloroh: Poligami Agak Susah Ya, Lelaki Terlalu Banyak

BERITA FOTO: Beginilah Penampakan Imigran yang Bermukim di Trotoar Kebon Sirih

Pakai VPN

Sampai kini belum ada konfirmasi resmi terkait tak berfungsinya sejumlah fitur dalam whatsapp. 

Tapi warga Indonesia beberapa waktu lalu pernah mengalami hal serupa ketika Pilpres 2019 sedang berada di puncak. 

Ketika itu Kemenkominfo mengeluarkan kebijakan membatasi whatsapp dan membuat warga berbondong-bondong menginstall VPN.

Cukup berbahaya menggunakan VPN di Android saat WhatsApp, Instagram, Facebook dibatasi untuk diakses.

Cara pakai  saat ini sedang tersebar melalui WhatsApp.

 Koordinator Relawan Prabowo-Sandi Aceh Jadi Tersangka Kasus Video Hasutan, Begini Reaksinya

 Gubernur DKI Jakarta Ungkap Delapan Orang Tewas Sejak Kerusuhan 21 Mei

 Aksi Pedagang di Flyover Slipi Ini Beredar Viral, Perekamnya Bilang Kebaikan Kadang Tak Terlihat

Lantas, apa itu VPN?

Sejak Rabu (22/5/2019) siang, pengguna aplikasi WhatsApp, Instagram, dan Facebook mengeluhkan pembatasan akses yang dilakukan pemerintah.

Pembatasan WhatsApp, Instagram, dan Facebook untuk mencegah penyebaran kabar hoaks saat unjuk rasa bertajuk Aksi 22 Mei.

Sulitnya mengakses aplikasi WhatsApp, Instagram, dan Facebook membuat sejumlah pengguna internet terutama pegguna sistim operasi Android mencoba memakai Virtual Private Network ( VPN) yang tersedia gratis melalui toko aplikasi Google Play Store.

Namun, di balik gratisnya VPN, tahukah anda bahaya menggunakan VPN melalui smartphone karena terdapat akses mobile banking dan digunakan dalam transaksi.

 Festival Betawi Cipedak Bakal Digelar Bulan Depan

 Tak Ada Aktivitas di Pasar Grosir Blok A Tanah Abang Pascakerusuhan Aksi 22 Mei

 Kini Mudik Sambil Staycation Jadi Tren Libur Lebaran, Ini Promo dan Keunggulan Traveloka

Pada saat ini, banyak pengguna Android menggunakan VPN gratis untuk mengakses internet.

VPN adalah koneksi antarjaringan yang sifatnya pribadi.

Dilakukan melalui jaringan internet publik dan memungkinkan pengguna untuk bertukar sumber daya secara pribadi melalui jaringan internet publik.

Banyak yang menyebut jika koneksi internet melalui VPN lebih aman ketimbang koneksi internet biasa.

Namun, rupanya VPN juga memiliki risiko yang wajib Anda ketahui.

Dikutip TribunSolo.com dari Life Hacker, Selasa (2/10/2018), sebuah penelitian dilakukan peneliti dari Data61/CSIRO, UC Berkeley, UNSW Sydney, dan UCSI mengungkap jika aplikasi Android yang menggunakan VPN ternyata cukup berisiko.

Total ada 283 aplikasi VPN yang diuji para peneliti.

 Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi Petakan Potensi Kemacetan di Jalur Pantura

 Tutup Sehari Pasar Tanah Abang Merugi hingga Rp 200 Miliar

 UPDATE Kantor Polsek Dibakar: Pelaku Diduga 200 Orang, 3 Mobil dan 8 Sepeda Motor Tinggal Kerangka

Hasilnya, ada beberapa bahaya, seperti adware, trojan, malvertising, atau bahkan spyware.

Anda juga pantas was-was, sebab 18 persen dari total aplikasi VPN di Android tersebut sama sekali tidak mengenkripsi data penggunanya.

Untuk lebih jelasnya, baca ulasan berikut.

Salah satu bahaya yang wajib diantisipasi ketika menggunakan VPN gratis ialah penjualan data ilegal.

Solusi untuk menghindari masalah ini ialah menggunakan VPN berbayar, sebab jenis VPN berbayar memiliki aturan ketat dan jaminan terkait penjualan data.

Dikutip TribunSolo.com dari sejumlah sumber, di berbagai negara bahkan ada dugaan penyedia VPN gratis ini menjual data ke pihak ilegal.

Adapun pihak ilegal yang dimaksud adalah seperti korporasi pengirim spam e-mail atau hacker.

Kemudian risiko kedua saat menggunakan VPN gratisan ialah kemungkinan pihak penyedia layanan malah menggunakan IP Address sebagai Network Endpoint.

Apa itu Network Endpoint?

Network Endpoint ini berguna untuk meningkatkan bandwith layanan VPN untuk meningkatkan kecepatan internet pemakai internet lainnya.

 Koordinator Relawan Prabowo-Sandi Aceh Jadi Tersangka Kasus Video Hasutan, Begini Reaksinya

 Tak Ada Aktivitas di Pasar Grosir Blok A Tanah Abang Pascakerusuhan Aksi 22 Mei

 Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi Petakan Potensi Kemacetan di Jalur Pantura

Bahkan, beberapa sumber menyebut ada kemungkinan Network Endpoint dijual.

Risiko lain penggunaan VPN gratisan adalah serangan Man in the Middle, yakni serangan terhadap sistem komputer yang saling berhubungan satu sama lain.

Ada potensi si penyerang berada di tengah jalur komunikasi dan menggunakannya untuk membaca, membajak, mencuri data, atau paling buruk adalah menyisipkan malware.

Bahaya lain yang bisa muncul dalam penggunaan VPN gratisan adalah potensi bocornya data dan IP ke publik.

Sebab, secara sistematis, VPN bekerja seperti terowongan yang mana koneksi pengguna melewati jalur khusus untuk dalam mengakses internet.

Mengakses internet menggunakan VPN gratisan kadang kala juga membuat koneksi menjadi lebih lambat.

Yang namanya terowongan, maka bukan tidak mungkin juga jika jalur tersebut memiliki banyak kebocoran.

Apabila alamat IP bocor ke publik, maka pengguna internet bersangkutan akan menghadapi ancaman serius yaitu malware dan hacker.

Selama ini, banyak penyedia layanan VPN gratis yang mengandalkan pendapatan dari iklan-iklan yang dipasang di website mereka, sehingga bahaya Adware bisa saja mengancam. 

 Habis Tetapkan Jokowi Menang Pilpres 2019, KPU Umumkan Hal yang Bikin Banyak Orang Kecele

 Aksi Pedagang di Flyover Slipi Ini Beredar Viral, Perekamnya Bilang Kebaikan Kadang Tak Terlihat

 Kini Mudik Sambil Staycation Jadi Tren Libur Lebaran, Ini Promo dan Keunggulan Traveloka

Hambat Penyebaran Hoaks

Sementara, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI melakukan pembatasan sementara terhadap fitur media sosial dan pesan instan demi menghambat penyebaran hoaks seputar aksi demo dan kerusuhan 22 Mei 2019.

Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara mengatakan pengguna sejumlah media sosial tidak bisa mengirim dan menerima video dan foto untuk sementara waktu.

"Pembatasan dilakukan terhadap platform media sosial, fitur-fitur media sosial, tidak semuanya, dan messaging system, " ujar Rudiantara, Rabu (22/5/2019).

Berdasar pengamatan BBC News Indonesia, platform media sosial populer di Indonesia seperti Instagram, WhatsApp, dan Facebook sulit diakses menggunakan seluler sejak Rabu (22/5/2019) siang.

Akses video dan foto hanya bisa dilakukan via jaringan nirkabel atau WiFi.

 Ternyata Benda Ini yang Ada di Dalam Ransel Perempuan Bercadar Saat Aksi 22 Mei di Depan Bawaslu

 Ternyata Benda Ini yang Ada di Dalam Ransel Perempuan Bercadar Saat Aksi 22 Mei di Depan Bawaslu

 Gubernur DKI Jakarta Ungkap Delapan Orang Tewas Sejak Kerusuhan 21 Mei

Layanan teks dan berbagi lokasi tampaknya masih tersedia.

Telegram dan VPN

Saat WhatApp down dan error karena penggunaannya sedang dibatasi, warganet di Tanah Air menyiasatinya agar tetap lancar berkomunikasi melalui aplikasi pesan instan.

Pantauan Tribun-Timur.com, ada 2 cara alternatif dipakai.

Pertama, dengan menggunakan VPN.

Ada sejumlah aplikasi VPN untuk menembus blokiran WhatsApp.

 Jemaah Berdzikir dan Menangis Menanti Kedatangan Jenazah Ustaz Arifin Ilham, Penerbangannya Tertunda

 Ternyata Benda Ini yang Ada di Dalam Ransel Perempuan Bercadar Saat Aksi 22 Mei di Depan Bawaslu

 Gubernur DKI Jakarta Ungkap Delapan Orang Tewas Sejak Kerusuhan 21 Mei

Cara ini ramai disebar melalui WhatsApp oleh netizen.

Kedua, menggunakan Telegram.

Telegram memiliki fitur yang sama dengan WhatsApp dan bukan jadi sasaran pemblokiran oleh pemerintah, saat ini.

Melalui Telegram, pengguna dapat mengirim pesan dan bertukar foto, video, stiker, audio, dan tipe file lainnya.

Telegram juga menyediakan pengiriman pesan ujung ke ujung terenkripsi opsional.

Menkominfo Sarankan Warga ke Media Mainstream

Pengamat kebebasan berinternet memperingatkan bahwa pembatasan terhadap media sosial dan layanan perpesanan oleh pemerintah jangan sampai menjadi preseden.

Menteri Rudiantara mengatakan, akses ke sejumlah media sosial tersebut dibatasi karena perannya dalam penyebaran konten hoaks.

"Kita tahu modusnya adalah posting di media sosial, Facebook, Instagram, dalam bentuk video, meme, dan foto. Kemudian screen capture (tangkap-layar), viralnya bukan di media sosial, tapi di messaging system WhatsApp," jelas Rudiantara.

 Jemaah Berdzikir dan Menangis Menanti Kedatangan Jenazah Ustaz Arifin Ilham, Penerbangannya Tertunda

 Gubernur DKI Jakarta Ungkap Delapan Orang Tewas Sejak Kerusuhan 21 Mei

 Tak Ada Aktivitas di Pasar Grosir Blok A Tanah Abang Pascakerusuhan Aksi 22 Mei

"Jadi kita semua akan mengalami pelambatan kalau kita download (mengunduh) atau upload (mengunggah) video dan foto. Karena viralnya yang negatif besarnya mudaratnya ada di sana," imbuhnya.

Kini, kata Rudiantara, berita terkini terkait dengan aksi 22 Mei 2019 pun hanya bisa diakses melalui media arus utama.

"Yang biasanya main di media online, media sosial, sekarang kita kembali sementara ke media mainstream," cetusnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) RI, Wiranto mengatakan pemerintah belum dalam memastikan sampai kapan pembatasan itu akan berlangsung.

Namun, dia memastikan langkah ini dilakukan bukan untuk bertindak "sewenang-wenang", melainkan "suatu upaya untuk mengamankan negeri ini."

"Kita bersama-sama memiliki negeri ini, jadi berkorban dua-tiga hari untuk enggaklihat gambar kan tak apa-apa," ujar Wiranto.

Peneliti dari Jaringan Kebebasan Berekspresi Asia Tenggara atau SAFEnet, Matahari Timoer, menilai langkah pemerintah bisa diterima sebagai langkah darurat.

Persebaya Hadapi Laga Big Match Lawan Persib, Osvaldo Haay Malah Pergi ke Papua, Ini Sebabnya

Perankan Sosok Lebih Tua di Film Bridezilla, Rio Dewanto Ungkap Kesulitannya

Pasalnya, menurut Matahari, hoaks tidak bisa dilawan hanya dengan informasi yang benar.

"Orang yang menyebarkan hoaks itu tidak bisa disadarkan hanya dengan 'eh ini hoaks'. Itu saya ngalamin banget, saya mendapatkan informasi di grup, saya katakan itu hoaks, saya sebarkan tautan dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), mereka enggak percaya. Mereka lebih percaya dengan informasi yang mereka dapatkan dari pimpinannya, dari lingkungannya, dari orang-orang yang memang satu perjuangan dengan mereka, satu aliran politik, satu identitas politik."

"Nah, dalam situasi yang semakin rumit per 21 Mei tadi pagi, dan antisipasi 22 Mei ini saya pikir membatasi akses untuk menyebarkan image dan video itu perlu dilakukan oleh pemerintah," kata Matahari menjelaskan.

Namun, ia mewanti-wanti bahwa pemerintah juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat dengan melaporkan secara transparan mengenai efektivitas pembatasan akses ini.

Bruno Matos Mengaku Puas Persija Jakarta Bisa Menang di Hadapan the Jakmania

"Pemerintah juga harus memberikan laporan kepada publik apakah efektif apa yang sudah dilakukan, informasi-informasi seperti apa yang dengan pembatasan seperti itu akhirnya tidak sampai, tidak menyebar," kata Matahari.

Ia juga memperingatkan, jangan sampai pembatasan akses ini menjadi preseden — bahwa setiap ada masalah, pemerintah lantas menutup akses media sosial untuk masyarakat.

Kerusuhan yang terjadi di sejumlah tempat setelah pengumuman hasil rekapitulasi suara pemilu 2019 telah mengakibatkan enam orang meninggal dunia. Polisi mengatakan kerusuhan tersebut sudah diatur dan disebabkan oleh provokator. (cc)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved