Pilpres 2019
Pimpinan Lembaga Survei Jadi Target Pertama Pembunuhan Pemilik Senjata Api ilegal, Ini Motifnya
MABES Polri mengungkap upaya pembunuhan empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei, yang direncanakan oleh enam tersangka.
MABES Polri mengungkap upaya pembunuhan empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei, yang direncanakan oleh enam tersangka pemilik senjata api ilegal.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, satu orang pimpinan lembaga survei menjadi target pertama.
“Jadi pimpinan lembaga survei itu disuruh hajar dulu, kemudian dikasih uang. Motifnya masih kami dalami,” ungkap Dedi Prasetyo di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019).
• Satu dari Enam Tersangka Baru Sempat Berbaur dengan Massa Aksi 22 Mei Sambil Kantongi Revolver
Dedi Prasetyo menduga pimpinan lembaga survei tersebut menjadi target upaya pembunuhan berkaitan dengan institusinya, di mana lembaga survei bisa menggiring opini publik lewat hasil survei.
“Ya bisa jadi ke arah situ, mereka (pelaku) kan sudah analisis, mereka profesional,” jelas Dedi Prasetyo.
Dedi Prasetyo menegaskan, pihaknya akan terus menelusuri siapa aktor intelektual dan penyandang dana dari rencana tersebut.
• Siapa Empat Pejabat Negara yang Jadi Target Pembunuhan? Polisi Pastikan Bukan Presiden
“Dari enam tersangka kan ada HK sebagai leader. HK ini dipesan oleh aktor intelektual, yang desain semua rencana, dan ada penyandang dana di atasnya,” beber Dedi Prasetyo.
Selain menyita berbagai jenis senjata api dan rompi antipeluru, polisi juga mengamankan sejumlah mata uang asing Dolar Singapura yang setara dengan Rp 150 juta, sebagai bagian dari janji pemberian uang.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal juga mengungkapkan, tersangka pemilik senjata api ilegal sudah melakukan survei ke kediaman empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei, yang menjadi target pembunuhan.
• Fadli Zon Bilang 51 Bukti Termasuk Tautan Berita yang Dilampirkan Prabowo-Sandi ke MK Cuma Pengantar
Bahkan, menurut Iqbal, tersangka sudah melakukan pemetaan aktivitas sehari-hari para tokoh nasional tersebut.
“Semua sudah disurvei oleh pelaku, sudah difoto, sudah dipetakan kegiatan sehari-hari misal pulang jam kantor kapan,” tutur Iqbal di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019).
Iqbal pun mengungkapkan bahwa target pembunuhan empat tokoh nasional itu ditujukan untuk memberi gambaran kepada masyarakat, baik secara nasional maupun internasional, bahwa negara sedang kacau.
• Fadli Zon: Demonstrasi di Negara Demokrasi Tidak Boleh Mematikan Orang
“Memang dibuat sedemikian rupa sehingga menggambarkan negara sedang digoyang, tapi Allah SWT sayang dengan negara Indonesia, sehingga kami diberi jalan untuk mengungkapkan ini,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan Wartakotalive.com, Iqbal mengatakan, pihaknya menetapkan enam tersangka baru terkait kerusuhan aksi 22 Mei 2019.
Enam tersangka baru itu memiliki peran berbeda, mulai dari pembelian senjata api hingga peran menyusup ke kerumunan massa pada aksi 22 Mei.
• Fadli Zon Masih Yakin Peserta Aksi 22 Mei Bukan Demonstran Bayaran
Bahkan, Polri mengungkap adanya perintah kepada tersangka untuk membunuh empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei.
Dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019), Iqbal mengatakan pihaknya sudah menetapkan tersangka berinisial HK alias Iwan, AZ, IR, dan TJ sebagai eksekutor.
Lalu ada tersangka AD dan satu perempuan berinisial AF alias Vivi, yang berperan sebagai penjual senjata api mulai dari harga Rp 5 juta sampai Rp 50 juta.
• Permadi: Revolusi yang Saya Maksud Revolusinya Bung Karno
“Awalnya HK diperintahkan seseorang untuk membeli senjata api pada Oktober 2018, yang kemudian berhasil didapatkan dari AD dan AF pada 13 Oktober 2018," ungkap Iqbal.
Senjata yang didapatkan, lajut Iqbal, diserahkan juga kepada AZ dan TJ.
Kemudian pada Maret 2019, HK menerima perintah untuk membunuh dua tokoh nasional.
• Kuasa Hukum Duga Akun Twitter Mustofa Nahrawardaya Diretas, Minta Polisi Lakukan Uji Forensik IT
Pada 12 April 2019, kembali ada perintah untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya plus satu pimpinan lembaga swasta, yaitu lembaga survei. Sehingga, total ada empat tokoh nasional yang jadi target.
Iqbal mengungkapkan, empat tokoh nasional itu adalah pejabat negara, namun dirinya enggan membocorkan identitas empat tokoh nasional itu secara gamblang kepada publik.
Iqbal juga menegaskan bahwa pihak Polri sudah mengantongi identitas seseorang yang memberi perintah tersebut.
• Anies Baswedan Bilang Tak Pernah Tangkap Pengkritiknya, Kubu Jokowi Nilai Sedang Tebar Pesona
“Empat tokoh nasional adalah pejabat negara, tapi bukan kapasitas saya untuk mengungkapkan. Nanti akan disampaikan bila pendalaman sudah mengerucut," tuturnya.
"Kami sudah mengetahui siapa seseorang yang memberikan perintah tersebut, sedang kami lakukan pendalaman,” sambungnya.
Iqbal mengatakan, para tersangka bahkan sudah mengintai kediaman target-target tersebut.
• Polisi Temukan Rompi Anti Peluru dari Penyusup Aksi 22 Mei, Aparat Cari Tahu Cara Mendapatkannya
Bahkan, tersangka IR sudah menerima uang sebanyak Rp 15 juta untuk melakukan tugas tersebut.
Iqbal juga mengungkap bahwa tersangka HK sempat berbaur dengan peserta aksi unjuk rasa pada 21 Mei 2019 di depan Gedung Bawaslu, sambil mengantongi senjata api revolver taurus 38.
Sebelumnya diberitakan Wartakotalive.com, pemerintah sudah mengidentifikasi kelompok-kelompok yang memanfaatkan situasi dan membuat kacau saat proses rekapitulasi penghitungan Pemilu 2019 di KPU.
• Permadi Bilang Ucapannya Soal Revolusi di Gedung DPR Kebal Hukum
Kelompok pertama adalah para teroris yang bakal beraksi saat 22 Mei, namun sudah lebih dahulu diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri.
Kelompok kedua ialah upaya penyelundupan senjata yang berhasil diendus oleh intelijen. Atas aksi ini, ada dua orang yang ditangkap.
Mereka adalah purnawirawan TNI berpangkat Mayjen berinisial S yang juga mantan Danjen Kopasus, serta seorang oknum berstatus militer aktif, Praka BP.
• Polisi Duga Perusuh Aksi 22 Mei Bakar Asrama Brimob Petamburan untuk Rebut Senjata Aparat
Kini keduanya sedang menjalani proses hukum oleh penyidik Mabes Polri dan POM TNI, atas dugaan penyelundupan senjata terkait aksi 22 Mei menyikapi hasil Pemilu 2019.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di kantornya, Senin (20/5/2019) lalu, sudah menyatakan motif penyelundupan senjata, terindikasi untuk menciptakan isu adanya penembak jitu (sniper).
Teranyar, tiga orang ditangkap berikut dua senjata laras panjang dan amunisinya sebagai barang bukti.
• Delapan Orang Tewas, Polri Gandeng Komnas HAM Usut Kerusuhan Aksi 22 Mei
"Sebagai kelanjutan dari penangkapan senjata laras panjang yang pernah saya sampaikan. Saat ini juga telah ditangkap tiga orang sebagai aktornya," ujar Moeldoko di kantornya, Rabu (22/5/2019).
Tiga orang yang diamankan itu adalah Asumardi yang bertugas mencari senjata, Helmy Kurniawan sebagai penjual senjata, dan Irwansyah sebagai eksekutor.
"Eksekutor kepada siapa? Saya kira semua sudah tahu, pada pejabat yang sudah disiapkan sebagai sasaran," ungkapnya.
• Ini Peran Enam Tersangka Baru Terkait Kerusuhan Aksi 22 Mei, Salah Satunya Perempuan
"Ini saya sampaikan kepada publik agar publik paham tentang perkembangan situasi yang saya sampaikan. Agar tidak ada praduga," imbuhnya.
"Apa yang saya sampaikan sejak awal, telah terbukti bahwa ada sebuah upaya sistematis dari kelompok tertentu di luar kelompok teroris, dompleng pada situasi ini," tambah Moeldoko.
Moeldoko berpesan agar masyarakat Indonesia paham dan tidak melibatkan diri dalam kerumunan massa.
• Dua Tersangka Kerusuhan Aksi 22 Mei 2019 Konsumsi Narkotika, Kata Polisi untuk Tambah Keberanian
Karena, sejak jauh-jauh hari pemerintah sudah melihat ada upaya sistematis untuk membawa suasana ini menjadi tidak baik.
Dikonfirmasi apakah tiga orang yang ditangkap ini bagian dari Mayjen S? Moeldoko menjawab ini berbeda kasus. Dia meyakini dalam waktu dekat bakal ada aktor lainnya yang terungkap.
"Ini berbeda (dengan Mayjen S), ada lagi yang di belakangnya. Sebentar lagi akan terungkap. Siapa di belakang dua pucuk senjata sudah diketahui, tinggal tunggu waktu saja," paparnya. (Rizal Bomantama)