Pilpres 2019

Beredar Rekaman CCTV Dugaan Pembagian Amplop kepada Perusuh Aksi 22 Mei, Mirip Mobil Ambulans

REKAMAN CCTV dugaan pembagian amplop kepada para perusuh aksi 22 Mei, beredar viral di media sosial.

Wartakotalive.com/Feri Setiawan
Aksi massa di depan Kantor Bawaslu di Jalan MH Thamrin kembali Rusuh, Rabu (22/5/2019) malam, sejumlah demonstran menyerang petugas kepolisian dengan melemparinya dengn batu, dan melontarkan kembang api. 

REKAMAN CCTV dugaan pembagian amplop kepada para perusuh aksi 22 Mei, beredar viral di media sosial. 

Akun Facebook Revolusi Mental membagikan video rekaman CCTV tersebut, Sabtu (25/5/2019) malam.

"Rekaman CCTV Bali Tower: detik-detik pembagian amplop sebelum perusuh pendukung Prabowo-Sandiaga memprovokasi kerusuhan. Pembagian dilakukan oleh mobil Ambulance Gerindra," begitu judul yang diberikan oleh akun Facebook Revolusi Mental. 

Dalam rekaman CCTV berdurasi 1 menit 30 detik itu, tampak puluhan pria berkumpul di Jalan KH Wahid Hasyim samping Gedung Sarinah, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019), sekitar pukul 01.00 dini hari.

Awalnya sekelompok pria itu mengerumuni sebuah mobil memiliki lampu sirena mirip mobil ambulans di jalur Bus Transjakarta.

Mereka tampak diduga menerima amplop putih dari orang di dalam ambulans tersebut. Setelah semua orang diduga menerima amplop, ambulans itu melesat cepat meninggalkan lokasi.

30 Hoaks Beredar Selama Pembatasan Media Sosial, Disebar Melalui 1.932 URL

Hanya beberapa detik setelah ambulans pergi, sekelompok pria itu langsung meluber ke tengah jalan yang sudah lengang, lalu mulai memprovokasi aparat.

Sepersekian detik kemudian, mereka kocar-kacir. Beberapa orang ada yang berlari menyeberangi ruas jalan di sebelahnya, beberapa lagi masih ada yang berteriak memprovokasi aparat.

Polisi Membenarkan

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengonfirmasi kebenaran isi rekaman CCTV dugaan pembagian amplop kepada para perusuh aksi 22 Mei, yang beredar viral di media sosial.

"Infonya demikian mas. Di ambulans yang diamankan ada amplop, uang juga sekitar Rp 6 jutaan," ujar Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi Triibunnews.com lewat aplikasi pesan WhatsApp, Selasaa (28/5/2019).

Polisi Benarkan Isi Rekaman CCTV Ambulans Bagikan Amplop kepada Perusuh Aksi 22 Mei 

Gerindra: Tunggu Investigasi

Wakil Sekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade memilih untuk menunggu hasil investigasi pihak kepolisian terkait beredarnya video dugaan bagi- bagi uang di mobil Ambulans saat kerusuhan 21 - 22 Mei 2019.

Andre tak mau berspekulasi terkait isi di dalam video tersebut. Ia pun meminta agar masyarakat bersabar menunggu hasil penelusuran polisi. Sebagaimana dikutip dari Kompastv, menurut Andre, aktivitas di dalam video tersebut belum diketahui pasti.

Sebelumnya diberitakan Wartakotalive.com, Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal mengungkapkan, pihaknya telah mengamankan sebuah ambulans yang diduga milik partai politik.

Sandiaga Uno Bantah Ditawari Jabatan oleh Kubu Jokowi Seperti yang Dibilang Dahnil Anzar Simanjuntak

Iqbal mengatakan ambulans berisi batu dan alat-alat yang diduga untuk menyuplai massa aksi 22 Mei.

"Ada satu ambulans. Ada partainya. Penuh dengan batu dan alat-alat," ujar Iqbal di Kemenkopolhukam, Rabu (22/5/2019).

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono kemudian mengonfirmasi ambulans itu milik DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Relawan Jokowi Sebut Peluang Prabowo-Sandi di MK Ibarat Masukkan Kampak ke Lubang Jarum

Meski bertujuan membantu korban saat aksi 22 Mei, mobil ambulans milik DPC Partai Gerindra Tasikmalaya tidak membawa alat medis.

Bahkan, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengungkapkan,tiga orang yang membawa mobil ini dari Tasikmalaya, tidak memiliki kualifikasi sebagai petugas medis.

"Tiga orang ini tidak mempunyai kualifikasi sebagai petugas medis. Dua di mobil tersebut tidak ada peralatan medis," ujar Argo Yuwono di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

BPN 02 Minta Jokowi Segera Telepon Langsung Prabowo Jika Ingin Rekonsiliasi, Tidak Lewat Perantara

Argo Yuwono mengungkapkan, barang yang ditemukan di dalam mobil tersebut hanya ada batu.

Padahal, ambulans tersebut ditugaskan oleh pengurus pusat Partai Gerindra untuk mengangkut korban kerusuhan aksi 22 Mei.

"Yang ada hanya batu yang sudah kita tunjukkan," ucap Argo Yuwono.

BPN Prabowo-Sandi Duga Pemerintah Ketularan Tiongkok Batasi Media Sosial

Polisi menetapkan lima tersangka dalam kasus ambulans bawa batu saat aksi 22 Mei.

Kelima tersangka tersebut merupakan orang yang berada di ambulans yang membawa batu tersebut.

"Jadi pada saat itu, petugas dari kepolisian menemukan adanya mobil yg ambulans yang berisikan lima orang," kata Argo Yuwono.

BPN Siap Rekonsiliasi tapi Tetap Ingin Jokowi Didiskualifikasi dan Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Lima tersangka tersebut merupakan dua pengurus DPC Gerindra Tasikmalaya, yakni Wakil Sekretaris, Obi (O) dan Sekretaris, Iskandar (I), satu sopir bernama Yayan (Y), serta dua penumpang bernama Hendrik Syamrosa, dan Surya Gemara Cibro.

Namun, kelimanya masih belum mengaku terkait penemuan batu di dalam ambulans tersebut.

"Dari hasil pemeriksaan juga, yang bersangkutan tidak tahu ada batu di dalam, bilang tidak tahu ada dalam mobil," tutur Argo Yuwono.

Kubu Jokowi Bilang Bambang Widjojanto Bisa Wujudkan Ambisi Prabowo karena Alasan Ini

Kedatangan ambulans Partai Gerindra DPC Tasikmalaya tersebut ke Jakarta, untuk memberikan bantuan medis jika ada korban aksi 22 Mei.

Perintah tersebut dilayangkan oleh pengurus DPP Partai Gerindra kepada pengurus di daerah. Namun pada perjalanannya, ambulans tersebut malah membawa batu.

"Perintah dari ketua DPC, ada perintah dari Jakarta untuk mengirimkan ambulans ke Jakarta untuk mendukung kalau ada korban di 22 Mei," beber Argo Yuwono.

Peneliti LIPI: Aparat Kita Terlalu Baik Hadapi Perusuh Aksi 22 Mei

Ambulans tersebut merupakan inventaris Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Gerindra Tasikmalaya.

"Sebelumnya sudah antisipasi kalau ada korban tanggal 22 Mei," cetus Argo Yuwono.

 Akibat perbuatannya, para tersangka dikenakan Pasal 55, 56 kemudian Pasal 170, 212, 214 KUHP dengan ancaman penjara lebih dari lima tahun.

Ini Peran Andri Bibir Saat Kerusuhan Aksi 22 Mei, Polisi Tegaskan Tak Pukuli Anak Hingga Tewas

Yayan Hendrayana, sopir mobil ambulans Partai Gerindra, hanya tertunduk lesu saat dihadirkan di konferensi pers Polda Metro Jaya, Kamis (23/5/2019).

Yayan mengenakan seragam warna oranye dari Direktorat Tahanan dan Barang Bukti. Ia ditahan akibat dugaan perbuatan melawan hukum.

Yayan tak berbicara. Ia berdiri seraya menyilangkan tangan. Tangan kirinya menggenggam erat tangan kanan.

Sudahi Pembatasan Medsos, Pemerintah Minta Masyarakat Hapus Aplikasi VPN untuk Hindari Hal-hal Ini

Pria berkumis ini mendengarkan secara seksama saat Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar (Pol) Argo Yuwono menerangkan kronologi kasus di hadapan awak media.

Kepada Tribun Network, Yayan mengaku hanya menjalankan instruksi dari Dewan Pengurus Cabang Partai Gerindra Tasikmalaya, untuk membawa mobil ambulans warna putih berlambang Partai Gerindra.

"Saya disuruh DPC," kata Yayan seraya berjalan menuju mobil tahanan.

Ambulans Partai Gerindra Bawa Batu, Andre Rosiade: Bukan Perintah DPP, Semua Harus Dibongkar!

Yayan ditugaskan mengemudikan mobil ambulans dari Tasikmalaya menuju Jakarta. Mobil tersebut ditujukan untuk membantu korban-korban yang berjatuhan saat aksi 22 Mei.

Berdasarkan informasi dari kepolisian, Yayan dibekali uang operasional Rp 1,2 juta, namun ia membantah telah menerima uang tersebut.

"Belum, Pak. Saya juga belum dibayar," kata Yayan seraya masuk ke mobil tahanan dan menyudahi keterangan.

‎Kubu 02 Sayangkan Tiada Belasungkawa Jokowi Atas Korban Aksi 22 Mei, Lalu Ancam Bubarkan Komnas HAM

Yayan menyopiri mobil bernomor polisi B 9686 BCF. Mobil itu diduga dimiliki PT Arsari Pratama.

"Mobil ini atas nama PT Arsari Pratama yang beralamat di Jakarta Pusat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

Yayan ditangkap bersama Obby Nugraha alias Obby, Iskandar Hamid, Syamrosa, dan Surya Gemara Cibro.

Kubu Jokowi Yakin Tak Ada yang Bisa Kalahkan Prabowo Jika Kembali Maju di Pilpres 2024

Polda Metro Jaya menangkap lima orang itu terkait temuan batu-batuan di ambulans Partai Gerindra, saat kerusuhan aksi 22 Mei di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Ambulans berangkat dari Tasikmalaya, Selasa (21/5/2019) pukul 20.00 WIB. Saat itu, mobil dikemudikan tersangka Yayan.

Sedangan tersangka Iskandar Hamid (Sekretaris DPC Partai Gerindra) dan Obby Nugraha (Wakil Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya), menjadi penumpang.

Pemerintah Akhiri Pembatasan Media Sosial, Foto dan Video di Linimasa Kini Muncul Lagi

"Bertiga menggunakan mobil ambulans berangkat ke Jakarta, karena ada instruksi sesuai keterangan tersangka diperintahkan untuk berangkat ke Jakarta," jelas Argo Yuwono.

Setiba di Ibu Kota, di kawasan HOS Tjokroaminoto, dua orang asal Riau menumpang di ambulans. Mereka berdua ialah Hendrik Syamrosa dan Surya Gemara Cibro.

"Setelah kami cek ternyata simpatisan, dia bukan pengurus tapi simpatisan," ungkap Argo Yuwono.

Diperiksa Sembilan Jam, Amien Rais: Yang Lama Ngetiknya Itu Loh

Pada pukul 04.00 WIB, mereka bergegas menuju Gedung Bawaslu untuk menghampiri massa aksi.

Namun, ada saksi yang melihat massa demonstran mengambil batu dari mobil tersebut.

"Sekitar jam 04.00 WIB terjadi lemparan-lemparan antara petugas dengan pengunjuk rasa. Ada lemparan-lemparan, kemudian ada saksi yang melihat batu diambil dari mobil tersebut. Kemudian tim menyisir dan menemukan mobil itu dan dibawa ke Polda," beber Argo Yuwono.

Pedagang Korban Kerusuhan Aksi 22 Mei Semringah Dibantu Modal oleh Jokowi, Bangga Bisa ke Istana

Argo Yuwono juga menegaskan, kendati membawa ambulans dan digunakan untuk mengantisipasi jatuhnya korban, tidak ditemukan perlengkapan medis maupun obat-obatan di mobil tersebut.

Semua penumpang mobil itu, tidak ada satupun yang memiliki kualifikasi sebagai petugas medis.

Pelaku dijerat pasal 55, 56, 170, 212 dan 214 KUHP, dengan ancaman hukuman lima tahun kurungan penjara atau lebih.

Romahurmuziy Minta Dispenser di Rutan KPK Diganti Atau Dikuras, Katanya Bikin Diare

Kanit I Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Malvino Edward Yusticia mengatakan, saat ini pelaku belum memberikan keterangan asal batu tersebut dan siapa yang memerintahkan.

"Mereka berlima mengaku tidak tahu asal batu itu dari mana. Makanya itu yang sedang kita dalami," cetus Malvino.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, ambulans dikirim ke Jakarta atas instruksi DPP Partai Gerindra.

UGM: Status Guru Besar Amien Rais Sudah Tidak Berlaku Lagi

Oleh karena itu, pihak kepolisian akan mendalami hal itu, dengan memintai keterangan dari pihak DPP Partai Gerindra dan pihak perusahaan PT Arsari Pratama.

"Pasti itu (kita mintai keterangan)," ucap Malvino.

Polisi juga menyita beberapa amplop berisi uang dari satu tersangka kerusuhan pada 22 Mei dini hari.

Amien Rais Bawa Buku Ini Sebagai Bukti Saat Diperiksa Sebagai Saksi Kasus Dugaan Makar

Amplop tersebut disita dari satu pelaku yang ditangkap di Petamburan, Jakarta Barat. Di amplop tersebut tertera nama-nama yang diduga merupakan pelaku kerusuhan.

"Ada uang masuk dalam amplop, di amplop ada nama-nama. Di dalam ada uang antara Rp 200 ribu-Rp 250 ribu, serta ada uang Rp 5 juta untuk operasional," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Uang tersebut didapati ada di tas yang dibawa oleh para pelaku. Argo Yuwono mengungkapkan, pihaknya sedang menggali pihak yang mendanai kerusuhan tersebut.

Jangan Khawatir! Jika Tak Dicairkan Hari Ini THR PNS dan TNI/Polri Tidak akan Hangus

"Sedang kita gali , siapa seseorang itu yang telah memberikan dana operasional dan amplop," tutur Argo Yuwono.

Polisi juga menyita sejumlah uang dolar Amerika Serikat sejumlah 2.760 dolar AS.

"Itu dolar pelaku dari Lombok. Ini TKP di Bawaslu. Dolar ini totalnya 2.760 dolar," beber Argo Yuwono.

Sri Mulyani Bilang Dana THR Telah Dicairkan Rp 19 Triliun, Sudah Cek Rekening?

Di depan Gedung Bawaslu polisi mengamankan barang bukti bendera hitam, mercon atau petasan, dan beberapa ponsel.

Di Gambir polisi menyita batu yang digunakan massa untuk menyerang.

"Di Petamburan, polisi menyita celurit, busur panah, bom molotov," jelas Argo Yuwono.

Fadli Zon: Hoaks Itu

Menanggapi dugaan adanya mobil Partai Gerindra digunakan memfasiltiasi massa perusuh, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon meragukan kebenaran mobil ambulans milik partainya membawa batu saat aksi demo yang berakhir ricuh di depan kantor Bawaslu, Selasa (21/5/2019).

Menurut Fadli yang juga Wakil Ketua DPR RI, jumlah ambulans yang dimiliki Gerindra cukup banyak dan digunakan guna melayani masyarakat, bukan mengangkut batu.

"Saya kira tidak ada ya. Ambulans Gerindra jumlahnya ratusan, ada di mana-mana. Dan tugasnya adalah selama ini melayani warga di daerah masing-masing," kata Fadli di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (22/5/2019).

Fadli memastikan Gerindra tak mungkin memberikan fasilitas bagi massa demo untuk membuat kericuhan. Apalagi, Ketum Gerindra Prabowo telah mengimbau massa agar tidak terprovokasi.

"Jadi kalau ada yang kayak gitu pasti tidak mungkin, karena instruksi kita semua dilakukan dengan cara yang damai. Seperti yang Prabowo katakan ya, kita janganlah melawan kalaupun diprovokasi," ucap dia.

Fadli justru meragukan keberadaan amplop yang dipegang pendemo.

"Halah itu hoaks semua, mana ada. Amplop itu yang mau pemilu, yang mau pilpres, pileg, ada 400 ribu amplop tuh baru ada. Saya kira enggak ada ini," kata Fadli.

YLKI Bilang Efek Pembatasan Media Sosial Tak Siginifikan karena Masyarakat Masih Bisa Pakai VPN

Polisi: Aksi Settingan

Sebelumnya, polisi mengatakan pihaknya menemukan amplop berisi uang dari massa yang diamankan dalam kericuhan aksi 22 Mei di Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Dengan penemuan itu, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal menduga aksi kericuhan itu merupakan aksi settingan yang dilakukan oleh massa bayaran.

"Ada satu ambulans ada logo partainya, itu penuh dengan batu dan alat-alat. Sudah kami amankan," ujar Iqbal di Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).

Ini Asal Uang yang Disita KPK dari Laci Ruang Kerja Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin

"Ada juga kami geledah massa-massa itu ada amplop dan uangnya, sudah disita. Polda Metro Jaya sedang mendalami," sambungnya.

"Bukan peristiwa spontan tapi by design, settingan. Diduga ini massa settingan, massa bayaran untuk menciptakan rusuh," ungkapnya.

Ia menjelaskan, mayoritas massa diduga berasal dari luar daerah atau luar Ibu Kota. Dari hasil pemeriksaan kepolisian, mereka berasal dari Jawa Barat, Banten, hingga Jawa Tengah.

Total Uang Serangan Fajar Milik Bowo Sidik Pangarso Rp 8,45 Miliar, KPK Menghitungnya Sebulan Lebih

Keyakinan polisi bahwa massa tersebut adalah massa settingan, terlihat saat mengamankan massa di beberapa lokasi.

Awalnya, kata dia, polisi mengamankan massa yang membuat kerusuhan di sekitar kawasan Tanah Abang.

Akan tetapi, muncul massa rusuh lainnya di Jalan Sabang dan Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Pusat.

Penuhi Panggilan Polisi dalam Kasus Dugaan Makar, Amien Rais Janjikan Konferensi Pers yang Mantap

Jenderal bintang dua tersebut mengatakan, ada 200 orang di Jalan KS Tubun yang tengah beraksi pada pukul 03.00 WIB.

"Dari beberapa peristiwa tersebut, berbagai data sudah kami dapat. Dari hasil pemeriksaan sementara, bahwa mayoritas dari luar Jakarta. Dari Jawa Barat, Banten, dan ada dari Jateng," jelasnya. (*)

Catatan Redaksi:

Berita ini telah diperbarui, Selasa (28/5/2019). Konfirmasi dari pihak Partai Gerindra dan Mabes Polri telah ditambahkan ke dalam berita

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved