Dituding Fahri Hamzah Tim Sukses dan Bukan Ilmuwan, Denny JA Bilang Begini
DENNY JA angkat bicara mengenai tudingan Fahri Hamzah, bahwa dirinya bukan lagi ilmuwan, melainkan tim sukses.
DENNY JA, peneliti dan pendiri lembaga riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI), angkat bicara mengenai tudingan Fahri Hamzah, bahwa dirinya bukan lagi ilmuwan, melainkan tim sukses.
Sebelumnya, Fahri Hamzah menilai bahwa Denny JA kini cenderung menjadi tim sukses salah satu pasangan calon presiden, karena materi risetnya tendensius, salah satunya mengangkat sentimen agama dalam tingkat keterpilihan pasangan calon.
Menurut Denny JA, Fahri Hamzah tidak membaca hasil riset secara utuh dan hanya sepotong, sehingga akhirnya mengeluarkan pernyataan tersebut.
• Fahri Hamzah Sebut Denny JA Tim Sukses, Bukan Ilmuwan, Ini Gara-garanya
"Iya, jadi Pak Fahri Hamzah hanya membaca sepotong berita, tidak menangkap desian riset secara keseluruhan," kata Denny JA saat dihubungi wartawan, Rabu (6/3/2019).
Ia mengatakan, riset yang diakukan dengan mengangkat sentimen agama, bertujuan mengetahui variasi pemilih muslim di Indonesia pada Pemilu 2019.
Variasi tersebut, katanya, penting diketahui karena pemilih muslim di Indonesia jumlahnya cukup besar, yakni berkisar antara 85 hingga 87 persen.
• Tanggapi Hasil Survei Terbaru LSI Denny JA, Fahri Hamzah: Sesama Pemain Jangan Saling Tipu
"Penting kita untuk tahu aneka nuansa di dalamnya itu, dan apakah nuansa itu memberikan respons elektoral yang berbeda-beda. Nah, itu ingin ketahui dengan aneka dimensinya," jelasnya.
Menurut Denny JA, dimensi yang diteliti bukan hanya berdasarkan orientasi politik seperti yang dipermasalahkan Fahri Hamzah, melainkan juga dimensi lainnya seperti kepuasan ekonomi dan keanggotaan ormas.
"Jadi pemilih muslim pun soal orientasi politik berbeda-beda. Ada yang ingin Pancasila dengan NKRI , namun ada sekitar 3 sampai 4 persen yang ingin Indonesia seperti Timur Tengah," paparnya.
• Andi Arief: Mohon Maaf Saya Telah Membuat Marah dan Kecewa, Doakan Saya
"Di situ beda lagi perilakunya. Yang ingin Pancasila seperti sekarang, Jokowi yang menang. Tapi yang ingin seperti Timur Tengah, yang menang Prabowo. Yang ingin seperti Islam liberal, yang menang Jokowi. Jadi itu bagian dari nuansa pemilih muslim," ulasnya.
Bila Fahri Hamzah menggap bahwa tidak ada orientasi pemilih muslim seperti itu, menurut Denny JA, berarti Fahri Hamzah tidak mengenal pemilihnya.
"Karena ini menjadi menarik untuk tahu seberapa beda pilihan-pilihan elektoral presidennya itu. Nah, ini yang Fahri Hamzah tidak paham," tuturnya.
• Hakim Tolak Penangguhan Penahanan Meski Ratna Sarumpaet Mengaku Sempat Sakit Parah dan Sudah Uzur
Dennya JA juga membantah apabila materi sentimen agama tersebut diangkat untuk mengadu domba pemilih muslim di Indoensia.
Ia mengatakan, studi tersebut sudah biasa dilakukan di Amerika Serikat dan negara barat lainnya. Bahkan, di Amerika Serikta riset studi sentimen agama dilakukan sangat rinci.
"Di Amerika, di Barat, nuansa-nuansa sentimen agama biasa diexplore, malah lebih jauh lagi, frekuensi datang ke gereja pun dihitung," ungkapnya.
• Berkicau Lagi di Twiter, Andi Arief Ancam Tuntut dan Cabut Gelar Profesor Mahfud MD
"Mereka yang ke gereja minimal sebulan sekali, setahun sekali, setiap minggu, dan bagaimana perilaku pemilihnya. Dan yang ke gereja tiap hari cenderung ke Donald Trump. Dan yang jarang cenderung ke Hillary Clinton, itu bukan kita mengadu domba," bebernya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai Denny JA saat ini lebih condong seperti tim sukses, dan bukan ilmuwan.
Sebab, menurut Fahri Hamzah materi riset lembaganya, yakni LSI Denny JA dalam survei Pemilu Presiden 2019, cenderung tendensius.
• 99 Persen Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Adalah Manusia
"Denny JA itu tim sukses, dia bukan ilmuwan. Menurut saya surveinya mulai berbahaya karena memasukkan elemem-elemen adu domba antar-warga negara," ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/3/2019).
Pernyataan Fahri Hamzah tersebut merespons hasil survei LSI Denny JA yang menyebut bahwa mayoritas pemilih muslim Prabowo-Sandi menginginkan Indonesia seperti Timur Tengah.
Menurut Fahri Hamzah, materi survei tersebut berpotensi mengadu domba masyarakat.
• Santer Kabar Jual Beli Jabatan, DPRD DKI: Bambang Widjojanto dan Kawan-kawan Jangan Cuma Duduk Diam
"Saya terus terang belakangan semakin kurang. Dulu dia kakak kelas saya. Saya kagum lah sama Denny. Sekarang agak payah surveinya, materinya tendensius. Janganlah, jangan mau adu domba," katanya.
Lagipula, menurut Fahri Hamzah, siapa yang menginginkan Indonesia seperi negara di kawasan Timur Tengah?
Indonesia, menurutnya, lebih nyaman ketimbang negara di kawasan Timur Tengah yang kebanyakan porak-poranda.
• Fahri Hamzah Nilai Pilpres Tak Adil karena Jokowi Bebas Temui Kepala Daerah Sedangkan Prabowo Tidak
"Siapa yang mau jadi Timur Tengah? Orang negara bubar. Ini kan otaknya kayak enggak masuk gitu loh. Ini negara enak di sini. Masa kita, 'wah enak nih tinggal di negara bubar', gimana sih itu orang, kan pakai akal aja dong. Denny, Denny, cari makan jangan gitu amatlah," paparnya.
Sebelumnya seperti diberitakan Kompas.com, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan penelitian mengenai pergeseran sentimen agama, setelah enam bulan masa kampanye calon presiden dan wakil presiden.
Hasilnya, ada 3,5% pemilih muslim yang menyatakan Indonesia harus seperti dunia Timur Tengah (Arab).
• Prihatin Terhadap Andi Arief, Maruf Amin: Sudah Jadi Tokoh Kok Masih Terjerat Narkoba?
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa mereka memilih pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Yang ingin Indonesia khas Pancasila, lebih banyak pendukung Jokowi- Maruf. Yang ingin Indonesia seperti Timur Tengah, adalah pemilih Prabowo-Sandiaga," ujar peneliti LSI Ardian Sopa dalam jumpa pers di Kantor LSI Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Ada pun, jumlah pemilih muslim yang menjadi responden survei LSI sebanyak 87,8%.
• Andi Arief: I Am Not Criminal!
Saat diminta menjawab atas tiga pilihan orientasi politik yang diberikan, sebanyak 84,7% menyatakan Indonesia harus khas dengan Pancasila.
Kemudian, 3,5% menyatakan Indonesia harus seperti dunia Timur Tengah (Arab).
Hanya 1,1% yang memilih Indonesia harus seperti dunia Barat.
• Tak Setuju Kebijakan Kantong Plastik Berbayar, Menteri LHK: Berarti Plastiknya Boleh Asal Bayar
Lebih lanjut saat ditanya mengenai orientasi politik terhadap pasangan yang dipilih, responden yang menyatakan Indonesia harus seperti dunia Timur Tengah (Arab) lalu memilih pasangan Prabowo Sandiaga, sebanyak 54,1%.
Sementara, yang memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf sebanyak 45,9%.
Pengumpulan data dalam survei ini dilakukan pada 18 -25 Februari 2019.
• Tanggapi Hasil Survei Terbaru LSI Denny JA, Fahri Hamzah: Sesama Pemain Jangan Saling Tipu
Penelitian ini menggunakan metode multistage random sampling, dengan melibatkan 1.200 responden.
LSI Denny JA juga merilis hasil survei terbaru mereka, terkait elektabilitas capres-cawapres, satu bulan menjelang Pilpres 2019.
Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa mengatakan, elektabilitas kandidat nomor urut 01 Jokowi-Maruf Amin masih unggul dibandingkan kandidat nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
• Polisi Tak Lanjutkan Proses Perkara ke Penyidikan, Kasus Andi Arief Cuma Berumur Tiga Hari
Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Jokowi-Maruf Amin sebesar 58,7 persen, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 30,9 persen, suara tidak sah 0,5 persen, dan belum menentukan pilihan 9,9 persen.
Lantaran pakai model surat suara, maka ada asumsi surat suara yang tidak sah.
"Jokowi-Amin masih unggul dari Prabowo-Sandi dengan selisih tetap sekitar 20 persen, tapi masih ada sisa waktu 40 hari," kata Ardian Sopa di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (5/3/2019).
• KPPU: Pilih Kasih Order GrabCar kepada Mitra Khusus Adalah Pelanggaran
Ardian Sopa juga menyebut, temuan survei ini sebenarnya sudah bisa menggambarkan hasil Pemilu Pilpres 2019 sebenarnya pada 17 April nanti.
Sebab, selisih capres 01 dan capres 02 masih terpaut jauh, sementara pemungutan suara tinggal sebulan.
"Kalau dilihat dari tren ini, pertarungan sudah selesai. Kalau dari lihat tren, tetapi namanya politik itu bisa berubah," jelas Ardian Sopa.
• Bulan Depan Indonesia Masuki Musim Kemarau
Survei terbaru itu digelar pada 18-25 Februari 2019, terhadap 1.200 responden yang dipilih dengan multistage random sampling, menggunakan metode surat suara.
Metode pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara tatap muka. Margin of error survei ini 2,9 persen. (Taufik Ismail)