Lebaran 2016
Kampung Naga, Harmoni Alam di Tengah Kemacetan Lebaran
Berada di Kampung Naga di Tasikmalaya, ibarat kembali ke peradaban berpuluh-puluh tahun lalu, ketika tidak ada penerangan listrik.
Dengan demikian, setiap rumah tidak memiliki pintu belakang karena menurut kepercayaan, rezeki yang masuk dari pintu depan akan kembali keluar melalui pintu belakang.
Akibatnya, deretan rumah di kampung tersebut terlihat seperti lorong layaknya pertokoan.
Hal unik lainnya, setiap rumah tangga tidak mempunyai perobatan seperti kursi, meja, tempat tidur dan perobatan lainnya. Yang ada hanyalah peralatan memasak yang menggunakan kayu bakar.
Keunikan itulah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung, tidak hanya domestik, tapi juga manca negara.
"We enjoyed visiting your beautiful village and its very nice to see how they live here," (Kami menikmati kunjungan ke kampung Anda yang indah, dan sangat menyenangkan melihat bagimana mereka hidup di sini) tulis Angela Benedict, turis asing dari Cologne dalam buku tamu yang disediakan di balai-balai Kampung Naga.
Meski Kampung Naga tersebut sudah dikenal sebagai salah tempat yang menarik untuk dikunjungi, warga desa tersebut menurut penuturan Darmawan dan Yadi, menolak jika desa mereka dijadikan tempat wisata.
"Kalau dijadikan tempat wisata, berarti kami akan dijadikan tontonan, yang kami inginkan adalah sebagai tuntunan," kata Darmawan.
Karena menganggap desa mereka tersebut bukan tempat wisata, maka setiap pengunjung yang datang adalah tamu dan tidak akan dipungut bayaran di pintu masuk desa itu.
Namun demikian, pengunjung masih tetap bisa berkontribusi terhadap warga desa dengan membeli cendera mata yang disediakan, berbelanja di warung-warung penduduk, atau membayar jasa pemandu. (Antara)
