Lebaran 2016

Kampung Naga, Harmoni Alam di Tengah Kemacetan Lebaran

Berada di Kampung Naga di Tasikmalaya, ibarat kembali ke peradaban berpuluh-puluh tahun lalu, ketika tidak ada penerangan listrik.

wanderingindonesia.blogspot.com
Kampung Naga 

WARTA KOTA, GARUT - Berada di Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, ibarat kembali ke peradaban berpuluh-puluh tahun lalu, ketika tidak ada penerangan listrik dan alat-alat elektronik modern lainnya.

Pada malam hari, suasana pun sunyi senyap dan gelap gulita. Alat penerangan yang menjadi andalan hanyalah lampu petromaks dan lampu-lampu kecil berbahan bakar minyak tanah.

Saat matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur, ayam terdengar berkokok bersahut-sahutan di antara rumah penduduk.

Satu persatu warga desa terlihat keluar rumah dan berjalan santai menuju mushola untuk menunaikan ibadah sholat subuh.

Dari salah satu rumah penduduk yang menggunakan konsep rumah panggung yang tidak terlalu tinggi, tampak asap berwarna putih mengepul dari dapur, pertanda dimulainya aktivitas sehari-hari.

Ketika hari sudah agak siang, kaum pria tampak membawa cangkul untuk mengawali aktivitas mereka sehari-hari sebagai petani, sementara anak-anak dan kaum ibu lebih banyak melakukan pekerjaan domestik di rumah.

Dari kejauhan, perkampungan penduduk terlihat berderet rapi dengan bentuk dan ukuran hampir sama.

Atap ijuk berwarna hitam atau rumbia, dinding putih dari bambu atau serat rotan yang dianyam seperti tikar.

Di depan perkampungan tersebut, terdapat beberapa kolam ikan yang di masing-masing sudutnya dilengkapi jamban yang dibatasi dinding dari anyaman bambu.

Seperti yang terlihat pada Rabu (13/7), yaitu H+5 Lebaran 2016, suasana damai tenang di Kampung Naga sangat kontras dengan kondisi di jalan raya antara Tasikmalaya dan Garut yang macet total ketika para pemudik kembali dari kampung halaman masing-masing.

Padahal jarak antara Kampung Naga dengan jalan raya tersebut tidak lebih dari satu kilometer dan hanya dipisahkan oleh bukit dan sungai.

Beberapa kali terdengar bunyi klakson dari mobil yang pengemudinya stress akibat terjebak kemacetan panjang, imbas dari penyempitan jalan di jalur Nagreg.

Kampung Naga, merupakan sebuah perkampungan adat yang masih tetap memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang modern.

Dalam kehidupannya keseharian mereka masih tetap menjalankan cara-cara seperti leluhur mereka sebelumnya.

Lokasi kampung berada di lembah yang subur itu dibatasi oleh dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved