Berita Nasional

Meski Jadi Ormas Terkaya, Muhammadiyah Larang Pengurus Hidup Bermewah-mewah

Meski menjadi organisasi masyarakat (Ormas) Islam terkaya di dunia, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah larang pengurus hidup bermewah-mewah. 

Editor: Desy Selviany
SuaraMuhammadiyah.id
Ketua Umum PP Muhamaddiyah Prof Haedar Nashir bicara soal pandemi Covid-19 

WARTAKOTALIVE.COM - Meski menjadi organisasi masyarakat (Ormas) Islam terkaya di dunia, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah larang pengurus hidup bermewah-mewah. 

Imbauan itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Rabu malam (19/11/2025) dalam Leadership Training bagi Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) angkatan sebelas di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) seperti termuat dalam keterangan resmi. 

Ulama Indonesia itu mengingatkan agar pengurus Muhammadiyah menjalankan organisasi secara efisien. 

Meski dikenal sebagai organisasi Islam dengan aset triliunan rupiah, namun kesederhanaan dan efektivitas dalam gerakan harus tetap terjaga. 

Setiap gerakan harus terukur sehingga memberikan dampak bagi kemajuan masa depan. 

Pesan supaya berlaku efisien ini tidak hanya ditujukan kepada institusi atau kelembagaan, tetapi juga bagi para perseorangan atau pimpinan baik di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) maupun yang di Persyarikatan. 

Sanjungan atas berbagai capaian yang diraih oleh Muhammadiyah, kata Haedar, jangan kemudian menjadikan pimpinan, kader, dan warga Muhammadiyah sombong – tetapi tetap boleh bangga.

Sementara itu, kepada peserta pelatihan, Haedar menyampaikan supaya segala jabatan yang diemban tidak boleh menjadikan sombong diri, di sisi lain juga tidak boleh menunduk-nunduk yang menampakan rendah diri. 

“Kesombongan itu akan membuat barrier kita dengan orang. Tapi juga kemudian kata Pak AR itu nunduk-nunduk, itu tidak boleh juga. Moderatlah atau tawassuth,” katanya. 

Kepemimpinan, imbuhnya, harus memiliki dimensi ruhaniah, intelektual, dan sosial. 

Berbagai dimensi ini menurutnya dapat menjadikan kepemimpinan itu berdampak pada kemajuan pada institusi atau lembaga yang dipimpinnya. 

Baca juga: Sosok Kiai Miftachul Akhyar yang Ingin Tumbangkan Gus Yahya di PBNU

Selain itu, kepemimpinan di Muhammadiyah merupakan wasilah untuk menjalankan fungsi kerisalahan atau kenabian. 

Maka dalam menjalankan kepemimpinan didorong supaya memiliki empat karakter yaitu sidiq, tablig, fatanah, dan amanah. 

“Pemimpin di level apapun itu menjalankan fungsi kerisalahan, yang disebut sebagai kepemimpinan profetik,” ungkapnya. 

Keempat karakter kepemimpinan nabi tersebut menurutnya berlaku universal, artinya tidak hanya tepat untuk kepemimpinan dalam urusan-urusan keagamaan saja, melainkan juga kontekstual dalam kepemimpinan di bidang yang lain. 

Sumber: WartaKota
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved