Pendidikan

SKBN 05 Gropet Jadi Alternatif Belajar, Ijazah Setara Sekolah Formal

SKB Negeri 05 Gropet jadi alternatif belajar paket A, B, C dengan ijazah setara sekolah formal. Sistem fleksibel, gratis, dan diminati masyarakat.

Wartakotalive/Miftahul Munir
SEKOLAH NONFORMAL - Sanggar Kegiatan Belajar Negeri (SKBN) 05 Grogol Petamburan, Jakarta Barat menjadi tempat belajar alternatif yang diminati masyarakat di Jakarta 

WARTAKOTALIVE.COM, GROGOL PETAMBURAN - Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Negeri 05 Grogol Petamburan menjadi pilihan masyarakat yang membutuhkan pendidikan nonformal setara SD, SMP, dan SMA. 

Lewat paket A, B, dan C, lembaga ini menawarkan sistem belajar fleksibel namun tetap diakui setara sekolah formal.

Sebagai lembaga pendidikan nonformal milik pemerintah, sekolah ini menawarkan kesempatan bagi anak-anak hingga orang dewasa untuk mengejar pendidikan setara SD, SMP, hingga SMA melalui paket A, B, dan C.

Plt Kepala SKB Negeri 05 Gropet, Sefurohman menjelaskan, sistem pendidikan di SKB berbeda dengan sekolah negeri pada umumnya. 

Jika sekolah negeri berada pada jalur pendidikan formal, maka SKB merupakan lembaga nonformal yang memiliki aturan dan kurikulum khusus, meski tetap mengacu pada kurikulum nasional.

Tenaga pengajar, kata Sefurohman, memiliki sebutan berbeda bukan guru melainkan tutor.

Baca juga: Puspresnas Ungkap Daftar SMA Terbaik Jakarta 2025, Negeri Masih Dominan

Hal itu menandai perbedaan karakter pembelajaran yang lebih fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

"Di SKB Negeri 05, peserta didik tidak menjalani sistem kelas 1 hingga 12 seperti sekolah reguler. Sebagai contoh, paket A setara SD langsung dimulai dari setara kelas 4, 5, dan 6. Paket B setara kelas 7, 8, dan 9, sedangkan paket C mencakup setara kelas 10 hingga 12," katanya kepada Warta Kota, Senin (17/11/2025).

Metode belajar fleksibel

Sefurohman menegaskan, metode pembelajaran untuk para siswa dibuat lebih fleksibel karena bersifat nonformal, SKB menerapkan tiga shift belajar dalam sehari. 

Paket A atau siswa SD belajar dari pukul 07.30–10.00 WIB, kemudian paket B (SMP) masuk pukul 10.00–12.00 WIB, dan paket C (SMA) pukul 12.00 sampai pukul 15.00 WIB. 

"Fleksibel, tapi tetap mengikuti standar pembelajaran. Walau berbentuk nonformal, ijazah SKB tetap setara dengan sekolah formal," tegasnya. 

Lulusan paket A dapat melanjutkan ke SMP negeri, begitu juga dengan lulusan paket B bisa sekolah ke SMA negeri umum.

Sebab, ijazah mereka diakui seperti sekolah pada umumnya karena dianggap setara.

Sefurohman menegaskan, lulusan paket C dapat mengikuti seleksi perguruan tinggi melalui sistem penerimaaan mahasiswa baru (SPMB).

Baca juga: Wamensos Agus Jabo Sebut Sekolah Rakyat Sebagai Jembatan Emas Siswa Wujudkan Cita-Cita

“Karena sudah setara, prosesnya sama seperti lulusan formal. Lama waktu belajar mengikuti sistem naik kelas seperti sekolah umum," tuturnya. 

Peserta didik, lanjut Sefurohman, harus menuntaskan jenjang sesuai lamanya, kecuali jika masuk pada tingkat kelas tertinggi. 

Misalnya masuk langsung kelas 6, maka siswa tersebut hanya cukup belajar di SKBN 05 Gropet satu tahun saja.

Saat ini SKB Negeri 05 memiliki sekitar 113–114 peserta didik dari tiga jenjang paket tersebut.

Di sana hanya ada tiga ruang kelas yang digunakan secara bergantian, tapi Sefurohman memastikan aktivitas belajar dilakukan secara teratur meski ruang yang tersedia terbatas.

“Kita sebenarnya masih bisa menerima lebih banyak peserta didik, tetapi keterbatasan ruang membuat harus bergantian. Belajarnya dari Senin-Jumat," ujarnya.

Ia berharap pemerintah dapat menambah fasilitas agar proses pendidikan di SKBN 05 Gropet semakin optimal memberikan pendidikan kepada anak-anak.

Menurutnya, beberapa SKB lain milik pemerintah daerah sudah memiliki bangunan lebih memadai dan nyaman untuk para siswa belajar di dalam kelas.

Ia menegaskan, SKB Negeri 05 telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat, terutama mereka yang terkendala biaya atau harus bekerja. 

"Ini kesempatan baik untuk masyarakat yang butuh fleksibilitas belajar. Waktunya lebih singkat, tetapi kualitas tetap dijaga," terang pria yang juga jabat Kepala Sekolah SMPN 83 Jakarta.

Sefurohman menambahkan, tantangan terbesar SKB adalah kurang dikenal oleh masyarakat, sehingga banyak yang membiarkan anak-anaknya putus sekolah. 

Kemudian, banyak masyarakat yang baru mengetahui bahwa ijazah SKB setara dengan pendidikan formal dan bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikan umum lainnya. 

"Begitu tahu bisa disetarakan, mereka jadi terbuka pikirannya. Ternyata ada alternatif sekolah lain,” ungkapnya.

Sebagai informasi, SKB Negeri 05 Gropet sudah berdiri sejak tahun 1974 silam dan terus berkembang mengikuti kebutuhan pendidikan masyarakat. 

Sefurohman sendiri baru mulai menjabat Plt Kepala Sekolah SKBN 05 Gropet sejak Januari 2025 lalu dan banyak peserta didik yang terbantu.

Termasuk, kata dia, orang dewasa yang ingin mengejar pendidikan karena alasan ekonomi di masa lalu, banyak yang memanfaatkan untuk sekolah di sana.

Menariknya, seluruh proses pendidikan di SKB Negeri 05 digratiskan, karena biaya operasional ditopang oleh dana BOS dan BOP. Sehingga peserta didik tidak dibebani biaya apapun termasuk saat pengambilan ijazah ketika lulus.

“Semua gratis. Tidak ada pungutan. Kami berharap semakin dikenal dan dimanfaatkan masyarakat sebagai pilihan pendidikan yang terjangkau, fleksibel, dan tetap berkualitas. Semoga masyarakat bisa memanfaatkan kesempatan ini. Pendidikan itu hak semua orang," tutupnya. (m26)

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved