Pendekatan Multidisiplin jadi Penanganan Baru untuk Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut

Kanker payudara adalah kanker pada perempuan yang tersering ditemukan di mana pendekatan multidisiplin menjadi salah satu kunci utama pencegahan.

Istimewa
KANKER PAYUDARA - Kanker payudara adalah kanker pada perempuan yang tersering ditemukan. Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050 jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat.  

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA — Kanker payudara adalah kanker pada perempuan yang tersering ditemukan.

Setiap tahun ada 2,3 juta kasus baru atau sekitar 11,6 persen dari semua kasus kanker pada wanita menurut data dari GLOBOCAN/Global Cancer Observatory/World Cancer Research Fund berdasarkan estimasi tahun 2022. 

Sementara jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050 jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat. 

Tanpa intervensi yang efektif, beban kanker akan semakin besar dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.

dr. Agnes selaku Kepala Departemen Medical Check Up MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, membagikan pengalamannya di mana kanker payudara sering terdeteksi secara ‘tidak sengaja’ saat pasien medical check-up.

Bahkan ada banyak yang terdeteksi saat sudah fase stadium lanjut karena tidak ada gejala yang dirasakan pasien. 

“Tentunya, penemuan kanker payudara di stadium lanjut ini bisa dihindari andai saja pasien rutin melakukan SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri secara rutin atau pasien melakukan mammografi setahun sekali setelah mencapai usia 40 tahun,” jelas dr. Agnes lewat keterangan, Rabu (29/10/2025).

Sementara dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad PRP (K), Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, menambahkan, mammografi masih menjadi gold standard dalam skrining kanker payudara.

Mammografi dapat mendeteksi benjolan tumor kanker payudara di ukuran sangat kecil, sampai 0,2 milimeter dengan alat terbaru.

Baca juga: Hilangkan Rasa Takut, Dokter Ingatkan Deteksi Dini jadi Kunci Penanganan Kanker Payudara

“Tantangan dalam mammografi atau deteksi dini kanker payudara ini, selain akses terhadap mammografi yang masih terbatas, ada banyak sekali mitos yang masih dipercaya masyarakat. Misalnya mammografi itu sangat menyakitkan, mammografi bisa membuat kanker malah menyebar, dan sebagainya,” ungkap dr. Nina. 

Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI menjelaskan, kanker payudara tidak hanya menjadi tantangan medis tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. 

Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas, serta dampak psikologis jadi beban bagi pasien dan keluarga.

“Deteksi dini kanker masih menjadi tantangan. Sebagai bagian dari strategi nasional, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034 untuk memperkuat skrining dan deteksi dini,” jelas dr. Siti Nadia Tarmizi.

Saat ini cakupan skrining kanker payudara dengan mammografi di Indonesia masih rendah. Salah satunya karena keterbatasan alat dan tenaga medis. Dari sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia, hanya sekitar 200 rumah sakit yang memiliki alat mammografi.

“Pemerintah berkomitmen untuk tahun 2024 supaya setiap rumah sakit provinsi dilengkapi alat mammografi. Saat ini dari 514 kabupaten/kota, yang memiliki mammografi saat data dikumpulkan masih di bawah 100 kabupaten/kota,” lanjut dr. Siti.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Subspesialis Hematologi Onkologi Medik MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, DR. dr. Andhika Rahman, SpPD-KHOM memaparkan bahwa untuk kasus kanker payudara stadium lanjut, saat ini digunakan pendekatan dengan perawatan multidisiplin.

Pendekatan multidisiplin meliputi strategi penanganan pasien dengan melibatkan kolaborasi berbagai spesialis medis dan tenaga pendukung. Tujuannya adalah memberikan perawatan yang paling komprehensif, personal, dan efektif bagi pasien.

Berbeda dengan pendekatan konvensional, pendekatan multidisiplin melihat pasien secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi penyakitnya, tapi juga kondisi fisik, psikologis, sosial, dan kualitas hidupnya.

“Mengapa pendekatan ini penting, karena pada kanker payudara stadium lanjut penyakit sudah menyebar ke jaringan sekitar atau organ jauh atau metastasis. Artinya, pengobatan tidak lagi hanya berfokus pada tumor di payudara, tapi juga bagaimana mengontrol penyebaran penyakit, mengurangi gejala seperti nyeri atau sesak, mempertahankan fungsi organ, dan menjaga kualitas hidup pasien," tuturnya. 

Pendekatan multidisiplin kini menjadi standar emas dalam perawatan kanker payudara stadium lanjut di berbagai rumah sakit besar di dunia, dan mulai diterapkan juga di Indonesia.

Kolaborasi lintas bidang ini memberi harapan baru bahwa pasien tetap dapat hidup dengan kualitas yang baik, meski menghadapi kanker pada tahap lanjut.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved