Ribuan Anak-anak Keracunan Massal, Fakta Indonesia Sindir jadi Program Makan Beracun Gratis

Forum Warga Kota (Fakta) Indonesia, mendesak pemerintah agar menghentikan sementara program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Fakta Indonesia
HENTIKAN MBG - Wakil Ketua Forum Warga Kota (Fakta) Indonesia, Azas Tigor Nainggolan saat ditemui di kawasan Jakarta beberapa waktu lalu. Tigor menanggapi kasus keracunan massal karena program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan minta dihentikan, bahkan dia menyindir jadi program Makan Beracun Gratis. 

Menurut Tigor, lemahnya pengawasan pemerintah tidak lepas dari intervensi industri. 

Baca juga: Cegah Keracunan, Kemenkes Akan Awasi Ketat Program MBG

Baca juga: Prabowo Subianto Gelar Rapat Darurat Keracunan MBG, Ini Hasilnya​​​​​​​

Para pelaku industri serta usaha makanan dan minuman tidak sehat menguasai semua lini penjualan juga distribusi tanpa pengawasan yang baik dari pemerintah.

“Lemahnya pengawasan ini disebabkan adanya intervensi kuat industri atau pelaku usaha makanan atau minuman seperti MBDK terhadap pemerintah,” imbuhnya.

Dia kemudian mengutip pandangan ahli nutrisi internasional dalam melihat solusi jangka panjang.

Beberapa waktu lalu dia berdiskusi dengan Prof Barry M. Popkin, Profesor ahli Nutrisi dari University of North Carolina, Amerika Serikat.

“Profesor Barry mendukung bahwa makanan dan minuman di rumah lebih sehat daripada makan dan minuman dari luar rumah,” katanya.

Berdasarkan pandangan itu, Tigor mengusulkan pendekatan baru dalam program MBG. 

Dia meminta agar kembalikan saja anak-anak agar makan makanan dari rumah sendiri.

“Jika ingin meningkatkan gizi dan kesehatan anak maka pemerintah merubah pendekatannya. MBG bukan lagi mendistribusikan makanan gratis melalui pelaku usaha di luar rumah,” ujarnya.

Dia menegaskan, pendekatan berbasis keluarga jauh lebih aman dan minim penyelewengan.

Jika makanan itu basisnya dari rumah dan keluarga, tidak mungkin si ibu mengkorupsi makanan untuk anaknya sendiri.

“Sangat tidak mungkin seorang ibu memberikan makanan basi atau busuk atau beracun kepada anak-anaknya,” ucap Tigor.

Baca juga: Sultan Hamengku Buwono X Ultimatum Keracunan MBG di Yogyakarta

Baca juga: Keracunan Massal Jadi Alarm, Pakar Minta Revitalisasi Program MBG

Selain itu, program MBG rawan korupsi karena mekanisme distribusi melibatkan pihak ketiga. 

Sebagai contoh, biaya makanan tiap anak awalnya seharga Rp 15.000, sampai di sekolah jadinya Rp 10.000.

“Bahkan pelaku usaha MBG masih mau untuk lebih besar lagi hingga harga biaya makanan bisa di bawah Rp10.000 tanpa memperhatikan kualitas makanan produknya beracun, basi, dan busuk,” ungkapnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved