Keracunan MBG

Puding MBG Diduga Penyebab 20 Siswa SD di Jakbar Keracunan, Ini Kata Kepala SPPG Meruya Selatan

Puding MBG Jadi Penyebab Keracunan 20 Siswa SDN di Jakbar, Ini Kata Kepala SPPG Meruya Selatan

Wartakotalive.com/ Nuri Yatul Hikmah
PUDING MBG BERACUN - Kepala SPPG Meruya Selatan, Satria Jayaputra menyampaikan bahwa puding yang diberikan kepada siswa dan penyebab keracunan, bukan dibuat di dapur SPPG Meruya Utara, tetapi dari pihak kedua yang merupakan UMKM. Menurut Satri, SPPG boleh melibatkan UMKM asalkan mereka mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta mendapat sertifikat halal. 

Ringkasan Berita:
  • Badan Gizi Nasional (BGN) menutup sementara operasional Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Meruya Selatan setelah insiden dugaan keracunan makan bergizi gratis (MBG) di SDN Meruya Selatan 01
  • Kepala SPPG Meruya Selatan, Satria Jayaputra, mengungkap bahwa puding berasal dari pihak kedua, yakni UMKM lokal
  • Sebanyak 20 siswa SDN Meruya Selatan 01 mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG pada 29 Oktober 2025, dengan dugaan penyebab berasal dari puding berbau sangit.
 
 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pihak Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Meruya Selatan mendapatkan surat penutupan operasional sementara dari Badan Gizi Nasional (BGN), buntut keracunan makan bergizi gratis (MBG) yang mereka sajikan di SDN Meruya Selatan 01, Rabu (29/10/2025) lalu.

Hal itu dilakukan BGN sampai hasil laboratorium terkait puding yang diduga jadi penyebab keracunan siswa terbit.

Kepala SPPG Meruya Selatan, Satria Jayaputra menyampaikan bahwa puding yang diberikan kepada siswa, bukan dibuat di dapur SPPG Meruya Utara, tetapi dari pihak kedua yang merupakan UMKM.

Baca juga: Warga Protes Aroma Tak Sedap, Kubangan di SPPG Bojong Menteng Bekasi akan Ditutup

"Kalau puding sih kebetulan memang kami itu memakai orang kedua, jadi kami memakai UMKM yang membuat puding tersebut," ungkap Satria saat ditemui di SPPG Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Senin (3/11/2025).

Kata Satria, SPPG boleh melibatkan UMKM asalkan mereka mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta mendapat sertifikat halal.

Karena itulah ia memesan puding dari UMKM yang biasa beroperasi dan langgaran kebanyakan orang.

Namun setelah ada insiden ini, pihak SPPG memastikan tak akan lagi bekerja sama dengan UMKM tersebut. Ia juga masih menunggu proses investigasi selanjutnya terkait kasus ini.

"Untuk UMKM sih sebenarnya kita sudah tidak akan memakai UMKM untuk pihak kedua lagi ya karena kan sudah kejadian seperti ini, lebih baik kita menghindari lebih baik kita membuat sendiri di dapur," kata Satria.

Menurutnya, hari itu pihak SPPG akan mengirim susu untuk pelengkap menu MBG siswa. Namun, stok susu itu sedang tidak tersedia.

Karena itulah, Satria menggantinya dengan puding dan mengambilnya dari UMKM lantaran khawatir waktu pengirimannya tidak tepat apabila membuatnya sendiri oleh tim dapur.

"Tim dapur ada 6 orang, 2 masak nasi, 4 masak bahan baku (lauk)," katanya.

"(Ke depan) lebih baik kita yang membuat karena kita biar tahu nih bahan-bahannya apa aja, ini aman atau enggak terus apakah tangannya mereka ini bersih atau enggak. Kalau misalkan di UMKM kan kami enggak tahu mereka pembuatannya seperti apa," jelas dia.

Satria mengungkap, meskipun para siswa kini dalam kondisi sehat usai mendapatkan perawatan medis, namun insiden ini diakuinya menjadi pembelajaran berharga untuk ke depannya.

Untuk informasi, SPPG Meruya Selatan mulai beroperasi pada 27 Oktober 2025. Mereka mendistribusikan MBG untuk 2.562 siswa yang tersebar di empagmt sekolah yakni SDN Meruya Selatan 01, MIN 19 Jakarta, MAN 10 Jakarta, dan SMPN 206 Jakarta.

Dugaan Keracunan

Sumber: Warta Kota
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved