Makan Bergizi Gratis

Tak Dapat MBG, Dua SD di Jakbar Inisiasi Program 'Makan Bahagia Gratis'

Tak Dapat MBG Pemerintah, Dua SD di Jakbar Diberi Program 'Makan Bahagia Gratis' Pakai Sistem Tukar Kupon

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
MAKAN BAHAGIA GRATIS - Potret kantin sekolah SDN 01 Tambora Jakarta Barat yang menjadi lokasi tukar kupon untuk program Makan Bahagia Gratis. Kepala Sekolah SDN Tambora 01 Pagi, Harisa Mayati, program yang disebut 'MBG-nya swasta' tersebut diberikan lantaran sekolahnya belum mendapatkan MBG dari pemerintah. 

"Karena memang kebetulan di Tambora ini, di Kecamatan Tambora ini belum ada nih dapat makan bergizi gratis yang dari Presiden," kata Harisa.

"Jadi Pak Yusuf Hamka ini mencoba untuk mendukung program pemerintah dengan mengajak sistemnya gotong-royong. Awalnya ada 8 donatur. Jadi dari Pak Yusuf Hamka, lalu dari Wihara, lalu dari beberapa donatur yang pribadi," lanjutnya.

Lantaran program ini dipandang baik, Harisa pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Terlebih, anak-anak mengaku senang dan lebih bersemangat sekolah sejak adanya program MBG swasta ini.

"Kami sepakat dulu nih, menunya adalah makanan berat. Jadi, ada soto, ada nasinya juga, sandwich itu yang roti, yang ada sayuran sama dagingnya, ada nasi chicken, ada nasi goreng, ada nasi kuning, ada nasi uduk. Cuma memang porsinya anak-anak," katanya.

Sementara itu, salah satu penjual di kantin SDN 01 Tambora dan 03 mengaku terbantu dengan adanya program ini, sebab keberadaan mereka tidak tersaingi meski ada program makan gratis.

Justru, mereka merasa bisa mendapat 'gaji' pasti hariannya, sebab dipastikan mendapat Rp 155.000 per-hari dari penukaran kupon. Sisanya, ia menunggu para pembeli datang untuk membeli jajanan lain di lapaknya.

Sebab kantin itu juga kerap disambangi oleh sekolah lain yang juga satu atap, seperti SDN Tambora 02, SMP Negeri 63, hingga SMA 19 Jakarta.

"Ya terbantu lah, jadi enggak mati usahanya. Kalau ada MBG ada kantin juga ya nangis kita. Kalay gini kan enak," kata Yanti di lokasi.

Di samping itu, Yanti berujar jika ia memberikan makanan Rp 5.000 dengan cara masak dadakan. Sehingga siswa menerimanya dalam keadaan hangat.

Berdasarkan kesepakatan, Yanti hanya menerima siswa yang membawa kupon dan tempat makan dari rumah guna mengurangi sampah plastik.

"Jadi kalau enggak bawa tempat makan enggak boleh, kesepakatannya begitu," ungkap dia.

Sejauh ini, baik Harisa maupun Yanti mengaku proses pendistribusiannya selalu aman. Tidak ada siswa yang mengeluh sakit perut ataupun diduga keracunan.

Walhasil, program ini masih berjalan hingga hari ini.

"Jadi siswa tuh milih, misalkan saya kan jualan 3 macam ada nasi nugget, sushi, dan burger, pilih antara 3 itu untuk 1 kupon. Kalau milih jajanan enggak bisa, harus yang makan berat. Kalau bosan ke saya, bisa ke kedai yang lain, menunya beragam," pungkas dia. (m40)

 

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved