WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Populasi penduduk dunia berusia lebih dari 65 tahun terus merangkak naik.
Badan dunia urusan ekonomi dan sosial (United Nation Department of Economic and Social Affairs Divisi Population Ageing) memproyeksikan adanya pertumbuhan jumlah penduduk lebih dari 65 tahun dari 901 juta jiwa (12.3 persen) pada tahun 2015 menjadi 1.4 Milyar (16.5 persen) pada tahun 2030.
Lonjakan penduduk dunia juga diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun 2050 atau mencapai 2,1 Milyar.
Tahun 2020, populasi penduduk berusia diatas 65 tahun di Jepang meningkat 60persen, Mexico sebesar 111 persen dan 80 persen di China.
Baca juga: RSUD Tangerang Miliki Layanan Hearing Solution, Pemeriksaan Pendengaran dari Bayi Hingga Lansia
Baca juga: Cegah Malnutrisi pada Lansia, Jangan Biarkan Selera Makannya Turun
Lonjakan penduduk ini akan memunculkan fenomena “Baby Boomers” yang berimplikasi pada perubahan peta politik, ekonomi dan sosial.
Indonesia pun mendekati cepatnya penuaan penduduk.
Pada 2020, penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 26,4 juta jiwa. Kementerian PPN/Bappenas memproyeksikan, pada 2045 mendatang, penduduk lansia akan berjumlah sekitar 61,4 juta jiwa atau sekitar 20-25 persen dari total penduduk.
“Indonesia diprediksi menjadi negara dengan silver economy terbesar setelah Tiongkok dan Jepang. Untuk itu, sekarang adalah waktu yang penting untuk mulai mengembangkan berbagai kebijakan multisektor yang lebih efektif, inklusif, dan berkelanjutan agar kita siap menghadapi penuaan penduduk,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Webinar Peluncuran dan Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional (Stranas) Kelanjutusiaan yang digelar secara daring, Kamis belum lama ini.
Baca juga: Cegah Malnutrisi pada Lansia, Jangan Biarkan Selera Makannya Turun
Baca juga: Masih Ada Mispersepsi, Baru 22 Persen Lansia Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Lengkap
Silver economy atau ekonomi perak adalah sistem produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa yang bertujuan untuk menggunakan potensi pembelian orang tua dan lanjut usia serta memenuhi kebutuhan konsumsi, hidup dan kesehatan mereka.
Salah satu strategi menghadapi penuaan penduduk adalah digitalisasi yang memudahkan lansia untuk mengakses layanan kesehatan, finansial, hingga sosial, sekaligus mengurangi kontak fisik dan risiko penularan Covid-19.
Terlebih, literasi digital lansia saat ini masih relatif rendah, yakni 46,68 persen pada 2020.
Untuk itu, Kementerian PPN/Bappenas mengusung digitalisasi Sistem Informasi Lanjut Usia atau Silani dalam bentuk aplikasi berbasis website.
Baca juga: Antisipasi Tawuran dan Bentrokan, Tokoh Pemuda Kembangan Minta Jumlah Personel Polisi ditambah
Website ini untuk pemutakhiran data lansia, rujukan layanan, dan manajemen kasus, serta berbasis android yang dapat diakses lansia di wilayah uji coba.
Digitalisasi Silani memudahkan pelaksanaan Layanan lansia terintegrasi berdasarkan kajian human factor study.
“Layanan lansia terintegrasi perlu dukungan konkret pemerintah daerah hingga tercermin dalam kebijakan berkelanjutan, penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak lansia. Dengan Stranas Kelanjutusiaan ini, kita mendorong komitmen lintas stakeholder, baik pemerintah dan swasta di tingkat pusat, daerah, maupun komunitas untuk menyejahterakan lansia kita,” tegas Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Pungky Sumadi.
Baca juga: Belanja sekaligus Belajar Membatik, di Rumah Batik Gobang Betawi, Kembangan Jakarta Barat
Baca juga: Smartphone dengan Baterai Terbaik Mencatat Rekor Mampu Hidup Selama 57 Jam