Balita tewas

Menko Pratikno Ngaku Ngantuk Tapi Cengengesan Ditanya Balita Tewas Cacingan, Guntur: Gak Ada Empati

Menko Pratikno Ngaku Ngantuk Tapi Cengengesan Ditanya Balita Tewas Cacingan, Guntur: Gak Ada Empati

Tangkapan layar @GunRomli
PRATIKNO CENGENGESAN DIKECAM - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno dinilai tidak memliki empati saat menanggapi kasus meninggalnya RY (4), balita di Sukabumi, Jawa Barat, akibat infeksi cacing yang memenuhi tubuh hingga otaknya. Pratikno mengaku mengantuk namun tertawa cengengesan ketika ditanya soal kasus tewasnya balita yang mengenaskan tersebut, Kamis (21/8/2025). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno dinilai tidak memliki empati saat menanggapi kasus meninggalnya RY (4), balita di Sukabumi, Jawa Barat, akibat infeksi cacing yang memenuhi tubuh hingga otaknya.

Pratikno mengaku mengantuk namun tertawa cengengesan ketika ditanya soal kasus tewasnya balita yang mengenaskan tersebut, Kamis (21/8/2025).

Kecaman atas Pratikno diungkapkan politisi PDI-P Mohamad Guntur Romli lewat akun X-nya @GunRomli, Jumat (22/8/2025).

Baca juga: Dedi Mulyadi Marah Balita di Sukabumi Tewas dengan Tubuh dan Otak Penuh Cacing, Hukum Kades dan PKK

"Pratikno, Menteri gak punya empati. Ditanya soal balita yg meninggal dgn tubuh penuh cacing: Saya Agak Ngantuk Dikit (Sambil Tertawa)," ujar Romli sembari menyematkan video Pratikno saat diwawancarai wartawan,

Kecaman keras juga dilontarkan Konten Kreator Didi Lionrich di media sosialnya.

"Ada lagi nih pejabat yang error. Ditanya soal kesehatan rakyat, jawabannya saya ngantuk. Lah itu tanggung jawab elu mony##. Ya itu Pratikno, mantan mensesneg-nya Jokowi. Orang yang disebut-sebut jadi kepanjangan tangannya Jokowi," kata Didi.

Karenanya Didi meminta Presiden mengganti Pratikno dan semua orang Jokowi dengan orang kepercayaan Prabowo.

"Kelakuan dan bacotan mereka udah terlalu banyak yang nyakitin rakyat Pak," kata Didi.

"Trus buat Pratikno dan siapapun pejabat yang ngantuk. Jangan pernah cengengesan kalau lagi ngomongin nyawa manusia. Apalagi ini tentang anak kecil. Bang### Lu," teriak Didi geram.

"Kalau ngantuk ya mundur. Tidur sana di rumah. Ngapain lu makan duit rakyat tapi gak mau ngurusin rakyat. Bangga amat lu jadi beban. Ape lu," katanya seakan menantang Pratikno.

Pernyataan Pratikno ini juga membuat netizen murka.

"Baguslah. Diabetes kayanya gampang ngantuk. Semoga lekas…," kata akun @chumaidijusuf.

"Jadi inget bosnya dulu soal kasus Kanjuruhan. Keknya disitu juga PDIP mulai agak2 kurang respect sama Jokowi. Walaupun abis ngasi klarifikasi di 2023 Indeks Korupsi naik. Tapi minimal jawab soal Kanjuruhan elegan lah Bukan: Saya jawab dilain waktu sembari ketawa2. Kacau sih," ujar @FelixSGL1.

"3 Periode jadi Mentri itu luaar biasa .. 404 prestasi bliio mmg tsk ada 2 nya .. gak sia sia bliio pernah menjabat jadi Rektor UGM ... Jadi kalau beliau menjawab berita tsb dgn ngantuk ya kita maklumi saja ... Beliooo mmg Gak Peduli," tambah @oki_samaran.

"Dari nama saja PRATIKNO sdh menggambarkan klu dia tdk bisa kerja. PRAKTIK= Praktik. NO=Tidak. Jadi artinya, praktiknya tidak ada," ujar @AbiebSyah087021.

"Dialah otak dr semua keculasan dan kebohongan mulyono," kata @Dakenwolve.

"Padahal, beliau udah ada di Pemerintahan lebih dari 10 tahun... Jawabannya cuman céngéngésan... So pathetic," kata @MhParuhumS.

Baca juga: Menko PMK Pratikno Prediksi Arus Balik Mudik Nataru Terjadi 29 Desember 2024 Hingga 1 Januari 2025

Sebelumnya Menko PMK Pratikno irit bicara saat ditanya kasus meninggalnya RY (4), balita di Sukabumi, Jawa Barat, dengan tubuh penuh cacing.

Dokter menyebut RY mengalami infeksi cacing akut.

Menurut Pratikno, detail kasus tersebut sepenuhnya ditangani oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Mungkin anu ya, Kemenkes yang mengawal cukup detail," kata Pratikno saat ditemui di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).

Saat ditanya lebih lanjut oleh awak media terkait laporan kasus RY, Pratikno meminta media menanyakan ke Menkes.

"Tapi detailnya Menkes ya," kata Pratikno.

Wartawan kembali menanyakan apakah Pratikno sudah mendapatkan informasi lebih lanjut soal kasus balita itu.

"Detailnya nanti di Kemenkes ya, kamu," katanya.

"Enggak tahu saya ini agak ngantuk dikit ini...hehehe hahahah," ujar Pratikno sembari menunjuk dirinya dan tertawa lepas.

Sebagai informaasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berada di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Selain itu Kemenko PMK, juga membawahi Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Diketahui seorang balita meninggal dengan tubh penuh cacing di Sukabumi.

Balita RY tersebut merupakan anak dari pasangan Udin (32) dan Endah (38).

Ia pertama kali dibawa ke RSUD R Syamsudin SH pada 13 Juli 2025.

Saat itu RY dalam kondisi tidak sadarkan diri dan diduga mengalami komplikasi akibat TBC.

Namun, selama perawatan, tim medis menemukan banyak cacing keluar dari tubuhnya.   

 “Awal mula sekali itu ketahuan dari hidung, selanjutnya saat perawatan tampak juga lewat BAB-nya,” ungkap pejabat Humas RSUD R Syamsudin SH Irfanugraha Triputra.

Menurut Irfan, kondisi kritis RY dipengaruhi dua faktor utama, yakni TBC dan infeksi cacing.

Meski sudah mendapat penanganan intensif, RY meninggal dunia pada 22 Juli 2025.

Kasus ini semakin viral setelah beredar video yang menunjukkan tubuh bocah tersebut dipenuhi cacing.

Bikin Marah Dedi Mulyadi

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi geram dan marah soal adanya balita perempuan berusia 3 tahun bernama Raya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang tewas dengan kondisi tubuh hingga otaknya dipenuhi cacing.

Dedi Mulyadi menyatakan prihatin dan kecewa atas meninggalnya Raya, karena menilai adanya ketidakpedulian dan kelalaian dari aparat desa setempat hingga Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di sana.

"Saya menyampaikan prihatin dan rasa kecewa yang sangat dalam serta permohonan maaf atas meninggalnya seorang balita berusia 3 tahun dan dalam tubuhnya dipenuhi cacing," kata Dedi Mulyadi di akun Instagramnya @dedimulyadi71, yang dikutip WartaKotalive.com, Selasa (19/8/2025).

Menurut Dedi Mulyadi, dirinya telah menelepon dokter yang menangani Raya, dan mendapat penjelasan dari dokter soal kondisi Raya.

Dedi mengatakan dokter tersebut menyebutkan dalam bahasa sederhana bahwa Raya telah mengalami cacingan akut.

"Selain itu, Ibunya mengalami gangguan kejiwaan atau ODGJ. Dia (Raya) sering dirawat oleh neneknya, dan bapaknya mengalami penyakit paru-paru atau TBC," kata Dedi.

Menurut Dedi, diketahui sejak balita, Raya terbiasa hidup di kolong rumah.

Baca juga: Jubir PDIP Guntur Romli Sebut Ratusan Orang Kawal Hasto Kristiyanto di KPK

"Dan di kolong rumah itu bersatu dengan ayam dan kotoran. Sehingga dimungkinkan dia seringkali tangannya tidak pernah dicuci kemudian mulutnya kemasukan cacing sehingga menimbulkan cacingan yang akut," papar Dedi.

Dedi mengaku menyampaikan rasa duka yang mendalam selain memberikan perhatian kepada Kepala Desa setempat hingga Ketua Tim Penggerak PKK dan bidan desa.

"Untuk itu saya menyampaikan rasa duka dan perhatian yang utama kepada Ketua Tim Penggerak PKK, Kepala Desa, Bidan Desa yang berada di daerah tersebut yaitu Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kampung Pangenyangan," kata Dedi.

"Untuk itu semua dimungkinkan saya akan memberikan sanksi karena fungsi-fungsi pokok-pokok pergerakan PKK-nya tidak jalan, fungsi posyandunya tidak berjalan, dan fungsi kebidanannya tidak berjalan," tambah Dedi Mulyadi.

Sanksi-sanksi kata Dedi akan diberikan bagi siapapun dan daerah manapun di Jawa Barat, yang terbukti tidak memberikan perhatian kepada masyarakat. 

"Dan selanjutnya kami akan melakukan langkah-langkah penanganan terhadap keluarga tersebut. Terimakasih, termasuk hari ini, kami mengirim tim untuk mengangkut seluruh keluarga tersebut, agar keluarganya dirawat karena menderita TBC," papar Dedi.
 
Dedi berharap kejadian ini serta sanksi yang diberikannya menjadi perhatian seluruh aparat pemerintahan di Jawa Barat agar senantiasa peduli pada kondisi warganya.
 
"Ini perhatian bagi kita semua, seluruh aparat pemerintahan untuk senantiasa dalam setiap hari kroscek terhadap apa yang terjadi dalam lingkungan. Jangan ribut, jangan abai, ketika peristiwanya terjadi. Salam hormat untuk semua, semoga kita bisa bekerja dengan baik," kata Dedi.

Dedi menuturkan, kasus ini seharusnya tidak terjadi apabila struktur pelayanan kesehatan di tingkat bawah berjalan optimal. 

“Kalau RT rajin berkeliling, kader Posyandu aktif, dan bidan desa rutin memantau, kejadian ini bisa dicegah. Artinya, struktur pemerintahan di bawah tidak menjalankan fungsi pelayanan dengan baik,” tegas Dedi.

Dedi menyebutkan, sanksi yang diberikan tidak bisa langsung bersifat personal atau langsung.

Tetapi akan menyasar alokasi anggaran pemerintah daerah.

Menurut Dedi, hal ini menjadi peringatan bagi semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang.

"Ini bagi saya insiden besar, perkara yang sebenarnya mudah ditangani, tetapi tidak ditangani ini yang terjadi. Kemudian, beberapa kali saya menangani masalah warga Sukabumi, nah kalau seluruh masalah di Sukabumi harus saya yang turun tangan, lalu pemerintahannya ke mana?" keluh Dedi.

Dedi menekankan, pemerintah daerah seharusnya lebih cekatan dalam menjawab kebutuhan dasar masyarakat.

"Sekali lagi saya tekankan, sanksinya pemotongan anggaran pemerintah daerah. Ini saya perhitungkan, padahal problem Sukabumi itu tinggi banget, infrastruktur paling banyak menyerap anggaran, rumah yang terdampak bencana juga ada 9.000 jiwa," katanya.

"Kan itu harusnya cekatan dong. Bupati, camat sampai kepala desa harus cekatan," tambah Dedi.

Menurut Dedi kejadian meninggalnya Raya di Sukabumi harus menjadi pelajaran bagi pemerintah kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat.

"Ini jadi warning bagi pemerintah kabupaten/kota lain di Jawa Barat juga loh ya, jangan sampai mengabaikan kebutuhan dasar masyarakat," kata Dedi.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved