Berita Jakarta

Anak-anak di Pemukiman Pemulung Kembangan Jakbar, Swasta Terpentok Biaya—Negeri Tak Diterima

Kampung pemulung di RW 03 Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, menjadi potret keterbatasan yang tak terbantahkan di tengah kota metropolitan Jakarta. 

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
KETERBATASAN - Kampung pemulung di RW 03 Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, menjadi potret keterbatasan yang tak terbantahkan di tengah kota metropolitan Jakarta. Nasib anak-anak yang sekolah di kampung tersebut menjadi masalah di tengah keterbatasan. 

Untuk menyekolahkan putrinya, Sukara bersama sang suami harus mengais rezeki dari mengumpulkan kertas, kardus bekas, hingga memilah gelas dan sendok plastik bekas sebelum dikirim ke pengepul.

Ia bahkan baru mendapat upah tiap satu minggu sekali, lantaran kini hasil yang ia kumpulkan kurang laku.

"Sekarang lagi repot, ya. Kertasan (sampah kertas) lagi repot. Saya enggak kirim sehari, tapi perminggu. Seminggu Rp 4 juta itu masih dibagi-bagi lagi, buat gaji anak buah, buat makan," katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu (2/8/2025).

Baca juga: Warga Kabupaten Bekasi Resah Hadapi Anomali Cuaca, Rumah Rusak dan Kekeringan

Dengan hasil yang minim itu, Sukara masih harus membayar iuran sekolah putrinya yang tak sedikit. 

Pasalnya, anaknya itu tertolak sekolah negeri lantaran tak memenuhi syarat. Walhasil, wanita yang bahkan tak mengetahui pasti umurnya itu, menyekolakan anaknya ke Sekolah Sumpah Pemuda yang tak jauh dari rumahnya.

Meski bersekolah di swasta yang menengah ke bawah, namun biaya kebutuhan pun membengkak.

Kadang kala, ia membayangkan ada sekolah gratis untuk anaknya agar uang yang dimiliki bisa dialokasikan untuk banyak hal, termasuk mengembangkan usahanya.

"Bulanan sekolah Rp 150.000, uang jajannya sehari Rp 20.000, belum buku paketnya, lebih lah dari Rp 900.000 (perbulan)," ungkap dia.

Saat Warta Kota menanyai soal Sekolah Rakyat yang bisa membantunya, Sukara mengaku belum pernah mendengarnya.

Menurutnya, ia akan sangat senang jika sekolah itu ada dan gratis untuk siapapun terutama masyarakat seperti dirinya.

"Aku pengen, ya, gratis aja enaknya. Sampai SMA, sampai kuliah, kalau masih panjang umur," kata Sukara.

Kendati demikian, Sukara menyadari bahwa dirinya sebenarnya merupakan warga Banten. Meskipun dia sudah belasan tahun di Jakarta.

Apabila Sekolah Rakyat sudah beroperasi, Sukara berharap ada kesempatan untuk mendapatkannya secara gratis, tidak terbatas pada persyaratan yang sulit.

"Karena kemarin ke negeri pun daftar tapi ada aja persyaratan yang bikin kepental kan, kayak umur, jarak, akhirnya ke swasta, lumayan juga biayanya," ungkap Sukara.

Sementara itu, warga lain yang enggan disebutkan namanya mengaku tak menyekolahkan anaknya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved