Perang Iran vs Israel

11 Warga Iran di Amerika Diduga Teroris Ditangkap, Setelah AS Gempur Fasilitas Nuklir

Operasi penangkapan besar-besaran terhadap warga negara Iran dilakukan di Amerika Serikat.

Kena Betancur/AFP via CNN
PENANGKAPAN WARGA IRAN - FBI menangkap beberapa warga Iran yang tinggal di Amerika ditengah berkecamuknya perang Iran vs Israel 

WARTAKOTALIVE.COM - Operasi penangkapan besar-besaran terhadap warga negara Iran dilakukan di Amerika Serikat.

Hal ini berkaitan dengan meningkatnya ancaman teroris setelah serangan udara AS terhadap tiga situs nuklir Iran pada pekan lalu.

Seperti dilaporkan oleh NBC, 11 warga negara Iran yang memiliki catatan kriminal atau diduga terkait dengan terorisme, dan telah tinggal secara ilegal di AS, ditangkap akhir pekan lalu.

Selain itu, aparat Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) juga menangkap seorang warga negara AS yang diduga melindungi salah satu WN Iran tersebut dan mengancam akan "menembak petugas ICE di kepala," demikian diumumkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) dalam sebuah pernyataan tertulis.

Baca juga: Perang Timur Tengah Adalah Permainan Catur Global, AS Pegang Papan, Israel-Iran Hanya Bidak

Sebelum Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah akhir untuk menyerang situs nuklir,  Iran telah memperingatkan akan melancarkan serangan teroris di Amerika Serikat menggunakan "sel-sel tidur" di dalam negeri.

Peringatan ini dilaporkan NBC News pada Minggu, mengutip dua pejabat AS dan seorang sumber yang mengetahui ancaman tersebut.

Meskipun demikian, DHS tidak secara spesifik menyebutkan bahwa para pria yang ditangkap terkait dengan rencana teror.

TEHERAN DISERANG - Tangkapan layar menunjukkan Israel menyerang Ibu Kota Iran, Teheran pada Selasa (24/6/2025) setelah gencatan senjata disetujui.
TEHERAN DISERANG - Tangkapan layar menunjukkan Israel menyerang Ibu Kota Iran, Teheran pada Selasa (24/6/2025) setelah gencatan senjata disetujui. (YouTube CRUX)

Baca juga: Trump Murka Israel dan Iran Langgar Gencatan Senjata yang Berjalan Belum Sehari

Kasus Kontroversial dan Peningkatan Kewaspadaan

Terpisah dari penangkapan tersebut, seorang pengacara imigrasi di New York, Farzad Siman, mengatakan bahwa ICE juga menahan kliennya yang berkewarganegaraan Iran pada Senin.

Penahanan ini dilakukan meskipun kliennya tidak memiliki catatan kriminal dan telah menerima status suaka pada Agustus lalu setelah meyakinkan hakim bahwa ia terancam di Iran karena berpindah agama ke Kristen.

"Mereka tidak memberi alasan penahanan," kata Siman kepada NBC News. "Tapi ia mengatakan ada warga Iran lain yang ditahan bersamanya."

Siman menjelaskan bahwa kliennya, seorang pria 48 tahun yang diidentifikasi sebagai Ali untuk melindungi keluarganya di Iran, tidak pernah melanggar hukum AS.

Ali mengajukan suaka segera setelah menyeberang ke AS dari Meksiko pada 1 Juli 2022. Hakim Imigrasi Richard Bailey di Pennsylvania bahkan menyatakan kesaksian Ali "kredibel."

Pemerintah mengajukan banding pada September, dan selama proses tersebut, Ali wajib rutin melapor ke ICE.

Pada Senin, ia diminta datang ke pusat detensi di Long Island dan langsung ditahan. DHS belum menanggapi permintaan komentar terkait kasus ini.

Mengumumkan penangkapan 11 orang tersebut, Asisten Menteri Keamanan Dalam Negeri, Tricia McLaughlin, menyatakan bahwa DHS "bekerja penuh untuk mengidentifikasi dan menangkap teroris maupun ekstremis kekerasan yang masuk secara ilegal."

Kesebelas pria Iran itu kini berada dalam tahanan ICE; lima di antaranya memiliki vonis atas pencurian besar, kepemilikan narkoba, senjata api, dan berbagai tindak kriminal lainnya.

Salah satu yang ditangkap, Ribvar Karimi, yang ditangkap di Locust, Alabama, diketahui pernah menjadi penembak runduk Angkatan Darat Iran (2018–2021) dan masuk AS pada 2024 melalui visa tunangan (K-1) namun tidak pernah menyesuaikan statusnya, sehingga "dapat dideportasi," kata DHS.

Baca juga: Ide Gencatan Senjata Israel Vs Iran Ternyata dari Netanyahu yang Memohon ke Donald Trump

FBI Alihkan Fokus dan Potensi Balasan Iran

FBI telah meningkatkan pemantauan ancaman Iran pasca-serangan AS di situs nuklir, menurut dua sumber Reuters.

Beberapa agen kini dibebaskan dari tugas penegakan imigrasi demi fokus pada kontra-terorisme, kontra-intelijen, dan keamanan siber yang terkait dengan Iran.

Kantor lapangan FBI di Chicago, Los Angeles, San Francisco, New York, dan Philadelphia bahkan telah membatalkan rotasi imigrasi. Juru bicara FBI menegaskan bahwa lembaga tersebut "terus menata ulang sumber daya" demi keamanan nasional.

Iran sendiri telah membalas serangan AS dengan menembak pangkalan udara Amerika di Qatar pada Senin, meskipun tanpa korban jiwa.

Gencatan senjata Iran–Israel mulai berlaku Selasa di bawah tekanan Trump, namun pejabat AS khawatir Iran dapat membalas di tanah AS melalui operatif yang sudah berada di dalam negeri.

Peringatan dari DHS menyebutkan "lingkungan ancaman meningkat" setelah serangan AS, dan beberapa organisasi teror asing menyerukan kekerasan terhadap kepentingan AS.

Walaupun belum ada ancaman kredibel yang teridentifikasi, FBI dan kepolisian setempat berada dalam siaga tinggi di kota-kota besar seperti New York.

IRAN SERANG PANGKALAN MILITER AS - Langit kota Dohar, Qatar, diwarnai ledakan dan suar usai Iran dilaporkan melancarkan serangan rudal dengan target Pangkalan Militer Udara Amerika Serikat (AS) Al Udeid, di Qatar, pada Senin (23/6/2025) malam waktu setempat. Serangan ini diduga sebagai balasan atas aksi militer AS membantu Israel dengan menyerang tiga fasilitas nuklir utama di Iran. 
IRAN SERANG PANGKALAN MILITER AS - Langit kota Dohar, Qatar, diwarnai ledakan dan suar usai Iran dilaporkan melancarkan serangan rudal dengan target Pangkalan Militer Udara Amerika Serikat (AS) Al Udeid, di Qatar, pada Senin (23/6/2025) malam waktu setempat. Serangan ini diduga sebagai balasan atas aksi militer AS membantu Israel dengan menyerang tiga fasilitas nuklir utama di Iran.  (X @Drelidavid/@IranObserver0)

Riwayat Plot Iran di AS

Sejarah mencatat beberapa upaya plot yang terkait dengan Iran di AS:

Rencana Pembunuhan Donald Trump (2024) – Diungkap oleh Departemen Kehakiman pada November, diduga digerakkan oleh Garda Revolusi.

Plot Terhadap John Bolton (2022) – Melibatkan tawaran USD 300.000; pelaku intelijen Iran bernama Shahram Poursafi masih buron.

Plot Pembunuhan Masih Alinejad (2020–2025) – Aktivis Iran–Amerika; dua mafia Rusia divonis pada Maret 2025 karena upaya pembunuhan berbayar USD 500.000.

Plot Bom 2011 atas Duta Besar Arab Saudi Adel Al-Jubeir – Digagalkan oleh DEA; menunjukkan pola Iran menggunakan pihak ketiga kriminal.

Para analis menilai Iran kerap memakai "pembunuh bayaran" alih-alih operasi skala besar.

"Kemampuan untuk mencoba berbeda dengan kemampuan untuk sukses," ujar Jon Alterman dari CSIS.

Setelah serangan AS, FBI dan DHS juga mengadakan panggilan dengan aparat lokal untuk memperbarui situasi ancaman.

Direktur Secure Community Network, Michael Masters, menyatakan bahwa "volume materi daring yang kami pantau saat ini sangat tinggi."


Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

 

Baca Wartakotalive.com berita lainnya di Google News

Dapatkan informasi lain dari WartaKotaLive.Com lewat WhatsApp : di sini

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved