Berita Jakarta

Loker di Jobfair Tak Sebanding dengan Angka Pengangguran, Ini Penjelasan Kasudin Nakertransgi Jakbar

Angka Pengangguran Jakbar Capai 76.000, Tak Sebanding dengan 3.504 Lowongan Kerja Dalam Jobfair, Ini Kata Kasudin Nakertransgi

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Wartakotalive.com/ Nuri Yatul Hikmah
JOBFAIR - Suasana Jobfair yang digelar selama 2 hari pada 3-4 Juni 2025 di GOR Tanjung Duren dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Salah satu pencari kerja bernama Husni merasa jobfair yang disediakan hanya formalitas dan semuanya omong kosong. 

Muhammad Husni (29) tak dapat menyembunyikan ekspresi kecewa dan putus asanya kala bercerita mengenai perjuangannya mengikuti jobfair selama empat tahun ke belakang, namun belum pernah mendapatkan panggilan satupun. 

Husni yang merupakan penyandang disabilitas daksa itu bahkan meyakini jika 90 persen pencari kerja yang mendaftar ke dalam jobfair tidak akan diterima. Terutama, penyandang disabilitas seperti dirinya.

Hal itu disampaikan Husni kepada Warta Kota saat ditemui di sela aktifitasnya mencari kerja di jobfair GOR Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (3/6/2025). 

"Udah berkali-kali nyari kerja di mana aja, kayak di perusahaan kopi Jago itu juga menolak saya berkali-kali juga," kata Husni dengan ekspresi kesal bercampur kecewa.

Tak sampai ditolak, Husni juga mengaku kerap mengalami diskriminasi lantaran fisiknya yang berbeda dari orang lain.

Padahal, Husni memastikan jika dirinya masih mampu melakoni pekerjaan di berbagai bidang.

"Orang HR-nya kayak diskriminasi disabilitas, makanya saya blak-blakan aja, kalau mau sama kayak di sini (jobfair), paling formalitas doang," kata Husni.

"Ya pasti, 90 persen itu enggak bakal diterima," imbuhnya.

Bahkan kata Husni, di wilayah Tangerang yang menjadi domisilinya pun, ia tak mendapatkan kesempatan kerja meski sudah pernah datang ke Disnaker Kota Tangerang.

Baca juga: Job Fair di GOR Tanjung Duren Jakbar Sepi Peminat, Perusahaan Lakukan Pembatasan Umur

Hal itulah yang membuat Husni pada akhirnya nekat pergi dari satu kota ke kota lainnya demi mendapatkan pekerjaan.

"Kayak (dapat) intimidasi pendidikan lah, (lulusan) SMA LB (luar biasa), itu sekolah khusus enggak diterima, atau hanya menerima orang dalamnya dia (HRD)," katanya.

Selain itu, Husni juga mengaku kecewa dengan sistem rekrutmen tenaga kerja di Indonesia yang selalu mengedepankan fisik.

Sehingga, penyandang disabilitas daksa seperti dirinya, seakan tak memiliki kesempatan lebih. 

"Semua sampai kayak tinggi badan, muka good looking (elok dilihat) lah, itu terlalu absurb (tak jelas)," katanya.

"Diminta nunggu 5 hari lah, 1 bulan lah, padahal enggak diterima," lanjutnya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved