Terorisme

Kisah Wiji Joko, Eks Kombatan Jamaah Islamiyah, Dalami Ilmu Militer dan Persenjataan di Filipina

Kisah Wiji Joko, Eks Kombatan Jamaah Islamiyah, Dalami Ilmu Militer dan Persenjataan di Filipina

Wartakotalive.com/ M Rifqi Ibnumasy
Salah satu tokoh JI yakni Wiji Joko alias Ibrahim Ali menceritakan perjalanannya semasa menjadi anggota JI hingga organisasi tersebut resmi dibubarkan. Wiji Joko mengaku memperdalam ilmu militer dan senjata di Filipina. 

WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK -- Jamaah Islamiyah (JI) resmi membubarkan diri setelah 16 tokoh dan elite organisasi itu menyatakan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 30 Juni 2024 lalu.

Salah satu tokoh JI yakni Wiji Joko alias Ibrahim Ali menceritakan perjalanannya semasa menjadi anggota JI hingga organisasi tersebut resmi dibubarkan.

Di tahun 2000, Wiji Joko menjadi salah satu anggota JI yang diberangkatkan ke Filipina untuk bertempur melawan militer pemerintah setempat.

Di Filipina inilah, Joko mengaku memperdalam ilmu-ilmu persenjataan dan militer.

Menurutnya di sana ia mendapat pendidikan yang tidak jauh berbeda dengan akademi militer.

“Tapi yang pasti kita berlatih waktu itu dan terlibat dalam konflik bersenjata di daerah konflik juga, di Filipina, di Pulau Mindanao,” kata Joko di Depok, Jawa Barat, Minggu (17/11/2024).

Baca juga: Mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah Serahkan Sejumlah Senjata dan Bahan Peledak ke Densus 88

“Sebagai sebuah tempat belajar askari, ya tentu kita merujuk pada referensi-referensi buku ke-askarian,” sambungnya.

Kata Joko, keberangkatan kombatan JI ke Filipina bukan untuk memerangi warga sipil, melainkan melawan militer pemerintah.

“Jadi kita waktu itu tahun 2000 ada all out war, jadi pejuang Filipina, kita berada di barisan pejuang Filipina bersama-sama mempertahankan teritori. Pejuang melawan militer pemerintah, waktu itu,” ujarnya.

Baca juga: Densus 88 Tangkap 6 Teroris Jaringan Anshor Daulah dan Jamaah Islamiyah di Dua Wilayah

Menurut Joko, jihad yang pernah dilakukan bukan dalam rangka memerangi negara, atau bermusuhan dengan aparatur negara.

“Jadi saya sangat senang sekali atau berharap nanti saya dan kawan-kawan termasuk Komunitas Jamaah Islamiyah bisa dengan smooth landing, bisa dengan lancar, mulus kembali ke NKRI,” ungkapnya.

“Dan bisa berintegrasi secara biasa, normal dengan seluruh komponen bangsa, memperkuat bangsa,” ungkapnya lagi.

Pembubaran JI

Salah satu alasan JI dibubarkan adalah adanya Undang-undang Tahun 2008 yang menyatakan JI sebagai organisasi terlarang.

Atas pelarangan tersebut, JI sebagai organisasi maupun anggotanya secara individu memiliki beban hukum yang besar.

“Nah di situ beban hukum sangat besar dan berat, baik secara individu terutama ya, bagian secara kolektif,” terang Joko.

“Bisa dibayangkan ketika seseorang dia tidak melakukan atau dia tidak ada indikasi apapun terkait dengan aktivitas terorisme yang identik dengan pembunuhan, pemboman ataupun serangan terhadap fasilitas sipil dan itu semua tidak ada,” ujarnya.

"Cuma gara-gara dia terbukti sebagai bagian atau anggota dari entitas JI maka dia bisa dikenakan pidana. Nah itu di antara beban hukum. Saya kira itu di antara pembubarannya,” ungkapnya lagi.

Baca juga: Densus 88 Ciduk Tujuh Terduga Teroris Jamaah Islamiyah di Jawa Barat

Namun yang lebih penting, adanya pergeseran pemikiran di kalangan tokoh-tokoh JI.

Dalam perjalanannya, Joko mengaku mempunyai pikiran dan hati yang terbuka terhadap masukan-masukan dan hasanah ilmiah. 

“Ketika kita menemukan sesuatu yang lebih baik, lebih benar, ya kita kembali merujuk pada ilmu,” terangnya.

Atas berbagai kajian keilmuan tersebut, akhirnya JI resmi membubarkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI secara sempurna. (m38)

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

 Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved