Pemerintah Diminta Lakukan Reformasi Ketenagalistrikan, Perusahaan Energi Didorong IPO
IESR mendorong pemerintah dalam rangka mereformasi kebijakan ketenagalistrikan untuk mengakselerasi transisi energi bersih yang ada di Tanah Air.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Institute for Essential Services Reform (IESR), mendorong pemerintah untuk mereformasi kebijakan ketenagalistrikan untuk mengakselerasi transisi energi bersih di Tanah Air.
IESR juga menilai pasar modal bisa menjadi salah satu alternatif bagi perusahaan energi terbarukan (renewable energy) untuk memperoleh pendanaan dari investor.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) membutuhkan investasi besar sehingga masih banyak dibiayai dari investasi asing.
Hanya saja kini mulai berkembang pemanfaatan sumber energi terbarukan lainnya seperti biogas, biomassa, surya, dan bayu.
Menurutnya, kini sudah banyak perusahaan dalam negeri yang mengembangkan pembangkit energi terbarukan terutama berskala kecil seperti surya, mikrohidro, minihidro, biogas, dan biomassa.
Perusahaan dalam negeri juga melakukan investasi pembangkit energi terbarukan berskala besar seperti PLTP dan PLTA baik melalui pembiayaan perbankan maupun pasar modal.
"Ada range atau tingkatan yang berbeda-beda ketika bicara perusahaan energi terbarukan, dari sisi modal dan pendanaan serta dari sisi jenis maupun skala pembangkit yang dibangun. Untuk perusahaan dalam negeri sebetulnya juga sudah banyak yang menjadi pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP)," tutur Fabby, Selasa (12/11/2024).
Fabby menyampaikan, kendala pendanaan green energy bisa di atasi, salah satunya melalui pasar modal, dengan melakukan penawaran saham umum perdana atau initial public offering (IPO).
Namun, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi sehingga tidak semua perusahaan bisa masuk ke bursa efek.
Baca juga: Gelar Coffee Morning, DPRD dan Pemkab Bogor Bahas Masa Depan Pembangunan Bumi Tegar Beriman
Menurutnya, untuk melantai di bursa, perusahaan energi terbarukan harus memiliki prospektus menarik baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan.
"Misalnya perusahaan energi terbarukan ini memiliki 3 sampai 4 proyek, maka kita lihat bagaimana dengan investment return rate (IRR). Apakah memiliki kontrak jangka panjang. Apakah proyeknya tidak bermasalah, bagaimana rekam jejak dan kredibilitasnya.”
Sebelumnya, Ernst and Young (EY) Indonesia memprediksi IPO dari sektor energi terbarukan akan ditunggu seiring dengan meningkatnya minat pasar.
Dalam 5 tahun terakhir, ada beberapa IPO yang sukses dari perusahaan energi terbarukan, termasuk PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Harga saham perusahaan tersebut meningkat setidaknya 30 persen sejak penawaran perdana hingga 30 September 2024.
Dekarbonisasi Industri di Indonesia Terus Didorong untuk Buka Peluang Lapangan Kerja Hijau |
![]() |
---|
Universitas Mercu Buana dan MPR RI Kolaborasi Serukan Transisi Energi Nasional Hadapi Krisis Iklim |
![]() |
---|
Anggota DPRD DKI Kenneth Minta Rencana IPO Perumda PAM Jaya Harus Dikaji Secara Mendalam |
![]() |
---|
Percepat Transisi Energi di Indonesia, Ada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pertama di Jawa Barat |
![]() |
---|
Jepang Dorong Negara Komunitas Nol Emisi Tiru Indonesia Tekan Emisi Karbon Lewat Amonia Hijau |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.