Pendidikan

Universitas Mercu Buana dan MPR RI Kolaborasi Serukan Transisi Energi Nasional Hadapi Krisis Iklim

Pola cuaca yang tidak menentu, naiknya permukaan laut, hingga penurunan keanekaragaman hayati kini menjadi realitas yang tidak dapat diabaikan.

Dokumentasi Universitas Mercu Buana
KOLABORASI - Dunia sedang menghadapi percepatan krisis iklim. Pola cuaca yang tidak menentu, naiknya permukaan laut, hingga penurunan keanekaragaman hayati kini menjadi realitas yang tidak dapat diabaikan. Di tengah ancaman tersebut, para ahli dan pemangku kepentingan menegaskan: transisi energi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Hal itu disampaikan Erna Setani di seminar bertema Urgensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim yang diselenggarakan di Jakarta yang dipandu Assoc Prof Dr Leila Mona Ganiem, Kamis (12/6/2025).  

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dunia sedang menghadapi percepatan krisis iklim.

Pola cuaca yang tidak menentu, naiknya permukaan laut, hingga penurunan keanekaragaman hayati kini menjadi realitas yang tidak dapat diabaikan.

Dampak terberat justru dirasakan kelompok masyarakat paling rentan.

Baca juga: Percepat Transisi Energi di Indonesia, Ada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pertama di Jawa Barat

Di tengah ancaman tersebut, para ahli dan pemangku kepentingan menegaskan: transisi energi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.

"Perubahan iklim adalah kenyataan, dan mereka yang paling rentan menanggung konsekuensinya," kata Dr Erna Setani, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Ristek Universitas Mercu Buana, pekan lalu.

Hal itu disampaikan Erna Setani di seminar bertema Urgensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim yang diselenggarakan di Jakarta yang dipandu Assoc Prof Dr Leila Mona Ganiem. 

Baca juga: Wacana Prabowo Kurangi Penggunaan Batu Bara Tahun 2040 Dinilai Realistis Hadapi Transisi Energi

Acara tersebut merupakan bagian dari Diskusi Kebangsaan MPR RI bersama Universitas Mercu Buana

Menurut Erna Setani, akar dari berbagai gangguan lingkungan terletak pada ketergantungan dunia yang berkepanjangan terhadap bahan bakar fosil.

Sektor energi masih menjadi kontributor utama emisi gas rumah kaca secara global.

Baca juga: Subsidi Energi Tepat Sasaran Jadi Rekomendasi Percepatan Transisi Energi di Era Prabowo-Gibran

Jika tidak ada perubahan dalam cara produksi dan konsumsi energi, maka risiko kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap kesejahteraan manusia akan semakin besar.

Transisi energi peralihan dari energi berbasis karbon menuju sumber energi bersih dan terbarukan seperti surya, angin, air, dan geotermal kini dipandang sebagai kebutuhan moral, ilmiah, dan strategis.

Namun, perubahan ini tidak cukup hanya pada tataran teknologi.

Baca juga: PPSDM KEBTKE-Aquatera Tandatangani Nota Kesepahaman Pengembangan SDM Transisi Energi

"Yang dibutuhkan adalah pergeseran pola pikir, kebijakan, hingga gaya hidup, dan itu harus dimulai sekarang, karena penundaan hanya akan meningkatkan risiko dan biaya," kata Erna.

Eddy Soeparno, Wakil Ketua MPR RI, yang turut hadir dalam seminar ini juga menyoroti urgensi kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat transisi energi.

"Kita tidak bisa menunggu, transisi energi harus dilakukan sekarang, dan harus melibatkan seluruh elemen  pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat, ini adalah tanggung jawab kolektif," kata Eddy Soeparno.

Baca juga: Dorong Transisi Energi, PLN Gaet 63 Startup Berbasis Teknologi Hijau di Ajang Startup Day 2025

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved