Munas Golkar

Bahlil Ungkap Jabat Ketum Golkar karena Dekat dan Didukung Pemerintah, Sebut Sebelumnya Juga Begitu

Bahlil Lahadalia Ungkap Jadi Ketum Golkar karena Dekat dan Didukung Presiden, Sebut Yang Terdahulu Juga Begitu

WartaKota/Nuri Yatul Hikmah
Bahlil Lahadalia daftar sebagai calon Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar periode 2024-2025, Senin (19/8/2024). Bahlil ungkap menabat Ketum Golkar karena Dekat dan Didukung Pemerintah, Sebut ketum Sebelumnya Juga Begitu 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang kini menjadi Ketua Umum Partai Golkar yang baru, sempat mengungkit sejumlah tokoh terdahulu yang selalu dapat dukungan dari pemerintah atau Presiden hingga bisa menjadi Ketua Umum Golkar. 

Bahlil mempertanyakan kenapa dirinya kini dianggap salah ketika melakukan hal yang sama dengan para ketum Golkar terdahulu.

Hal itu disampaikan Bahlil Lahadalia dalam pemaparan visi misinya di acara Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2024). 

Baca juga: Jadi Ketum Golkar, Bahlil Ingatkan Kader Jangan Main-main Dengan Raja Jawa!

Awalnya, Bahlil menjelaskan sulitnya masuk kepengurusan DPP Golkar. 

Bahlil pun bertekad untuk berjuang lewat Himpunan Mahasiswa Pemuda Indonesia (Hipmi) dan masuk pemerintah.

"Setelah saya fight di Hipmi kemudian saya berproses masuk pemerintah, saya bilang apakah tahu sudah barang ini, ini momen tepat untuk berkompetisi di Partai Golkar," kata Bahlil

Kemudian ia pun mengungkit para tokoh terdahulu yang dekat dengan pemerintah dan bisa menjadi ketua umum.

Ia menyebut mulai dari Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie (Ical), hingga Airlangga Hartarto.

"Jusuf Kalla menang ada kedekatan dengan pemerintah, begitu selesai muncul Pak Aburizal Bakrie fight dengan Pak Surya Paloh, Pak Surya Paloh dapat dukung Pak JK tapi sudah selesai jadi wapres, Pak Ical didukung oleh Pak SBY dan kemudian menang," kata Bahlil

"Setelah Pak Ical selesai muncul Pak Setya Novanto, posisi Pak Setnov dekat dengan Pak JK juga, begitu selesai zaman Pak Airlangga, Pak Airlangga juga menang karena dekat dengan Pak Presiden (Jokowi) karena sebagai Menko Perekonomian," sambungnya. 

Lebih lanjut, Bahlil bercerita yang ingin berkompetisi jadi Ketua Umum Golkar.

Namun, ia merasa heran dianggap salah saat dapat dukungan pemerintah.

"Nah kemudian saya muncul menjadi salah satu kompetitor. Mazhab saya sebenarnya mazhab kompetisi. Karena sebenarnya saya lahir benar-benar berjuang, untuk mendapatkan suatu rejeki," ucapnya. 

"Ketika proses Munas Golkar kali ini, saya pun dianggap mendapat dukungan pemerintah, dan dianggap itu salah. Pertanyaannya adalah kenapa calon-calon terdahulu tidak dinyatakan salah, kok saya dinyatakan salah?" sambungnya. 

Lantas Bahlil pun mempertanyakan hal tersebut. Dirinya bertanya apakah faktor ia yang bukan anak dari siapa-siapa.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved