Berita Depok
Buntut Manipulasi Rapor PPDB, 9 Tenaga Kependidikan SMPN 19 Depok Terancam Dipecat, Termasuk Kepsek
Dari sembilan oknum tenaga pendidikan yang terlibat semuanya terancam dipecat, termasuk kepala sekolah (kepsek) dan tiga guru honorer.
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Feryanto Hadi
“Di negeri ini, sekolah saja masih menjadi barang mewah. Padahal, sekolah adalah barang publik yang mestinya bisa dinikmati oleh semua anak, tanpa terkecuali,” kata Ubaid saat dihubungi, Selasa (23/7/2024).
Menurut dia, sistem PPDB yang belum berkeadilan itu membuat banyak terjadinya perebutan bangku di sekolah.
Baca juga: Hari Anak Nasional, KAI Services Ajak Anak Berkebutuhan Khusus Melukis di Kereta Makan Taksaka
Dalam penelitian JPPI, lanjut Ubaid, pihaknya menemukan ada banyak modus-modus kecurangan saat PPDB.
Disederhanakan oleh Ubaid, total ada 10 jenis kecurangan yang terjadi pada PPDB 2024.
Di antaranya terkait pungutan liar, cuci rapor, permainan kuota bangku, sertifikat palsu, penerimaan KIP tidak lulus, otak atik zonasi, sewa titipan, sistem online tapi tertutup, jual beli kursi dan suap, hingga manipulasi KK.
"5 kecurangan terbesar yang terjadi di tahun ini adalah cuci rapor (19 persen), sertifikat palsu (16 persen ), jual beli kursi (15 persen ), permainan kuota bangku yang tersedia (11 % ), dan manipulasi KK (10 % )," kata Ubaid.
"Cuci rapor dan pemalsuan sertifikat ini, modus lama yang tambah marak di tahun ini. Kasus ini khusus terjadi di jalur prestasi," imbuhnya.
Adapun untuk manipulasi KK, terjadi untuk jalur zonasi.
Baca juga: Hari Anak Nasional 2024, RSUD Tamansari Imbauan untuk Jaga Mental dan Fisik dari Penyakit Menular
Sementara terkait masalah jual beli kursi, diwarnai dengan suap dan juga permainan kuota bangku.
Menurut Ubaid, berbagai kecurangan tersebut melukai harapan anak-anak untuk bisa lanjut bersekolah.
“Memang, sebagian anak-anak yang tidak lulus PPDB ini, ada yang berhasil melanjutkan pendidikan di sekolah swasta hingga lulus tuntas," kata Ubaid.
"Tapi pada sisi lain, ternyata masih ada jutaan anak Indonesia yang harus gigit jari dan menelan pil pahit karena tidak bisa sekolah,” imbuhnya.
Ironinya, lanjut dia, ada dua tipe anak-anak yang gagal PPDB. Pertama, mereka memilih tidak lanjut ke jenjang lebih tinggi atau putus sekolah.
Kedua, mereka yang lanjut ke jenjang lebih tinggi namun tidak sampai lulus sekolah (drop out).
"Data tahun ajaran 2023/2024 (anak putus sekolah) jumlahnya mencapai 1.267.630 anak. Sedangkan (Drop out) mereka ini jumlahnya mencapai 1.153.668 anak," kata Ubaid menyebutkan data Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud RI.
Cerita Pahit Pencari Kerja di Depok, Tidak Kunjung Dapat Pekerjaan Walaupun Empat Kali Ikut Job Fair |
![]() |
---|
Kabar Baik Buat Pejuang Loker, Job Fair Depok Buka 3.000 Lowongan Kerja dari 50 Perusahaan |
![]() |
---|
Job Fair Disnaker Depok Diserbu Ribuan Pencari Kerja, Antrean Panjang Mengular |
![]() |
---|
Depok Diguyur Hujan Lebat Sore Ini, BMKG Beri Peringatan Siaga |
![]() |
---|
Gandeng Komunitas Ciliwung Depok, Mitra Tours and Travel Bersihkan Sampah dan Tebar Benih Ikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.